-1 » Who?

12 2 0
                                    

Hawa dingin disertai langit yang mendung di Sabtu pagi, sangat mendukung untuk kembali meringkuk dengan terbalut selimut di kasur. Gorden kamar gadis itu masih tertutup dengan rapi dan lampu kamar masih menyala walaupun sekarang sudah pukul setengah sembilan pagi.

Saska memilih untuk duduk dengan tenang di kasur, tubuhnya terbalut dengan selimut hingga kepala. Matanya menatap lurus ke televisi di seberang kasurnya, menonton acara kartun pagi.

Ketenangan itu tidak berlangsung lama saat suara ketukan pintu sampai pintu itu terbuka mengalihkan perhatiannya. Abangnya, Albi, masuk dan kembali menutup pintunya. Cowok itu sepertinya baru selesai mandi karena harum parfumnya tercium oleh Saska, juga rambutnya yang berantakan masih basah.

"Ngapain ke kamar gue?" tanya Saska dengan tatapan yang beralih ke televisi.  Sementara Albi sudah duduk di sampingnya.

Albi menyentil dahi Saska. "Mandi sana."

"Mager," balas Saska. Gadis itu menguap terlebih dahulu sebelum kembali berbicara. "Mandiin."

"Saska, jangan mulai."

"Yaudah, nggak mandi." Saska mengalihkan penuh perhatiannya pada Albi.

Albi beranjak dari kasur Saska, lalu menyibak gorden kamar. Setelah itu Albi juga mematikan lampu kamar dan kembali duduk di samping Saska, lalu mendorong - dorong adiknya dari samping.

"Mandi."

"Beres nonton gue mandi."

Albi bertolak pinggang. "Anak gadis tuh seharusnya udah mandi dari pagi. Masa lo kalah sama gue sih?"

"Apa peduli gue?" tanya Saska sebal. "Lagian ini weekend. Biasanya lo nggak masalah gue nggak mandi seharian."

"Jadi lo mau ke perpustakaan nggak pake mandi dulu?"

Saska menatap Albi gemas. "Ini masih setengah sembilan, perpustakaannya juga buka jam sepuluh. Masih lama, elah."

"Yeee, lo fikir jaraknya sejengkal?" tanya Albi dengan sarkastis.

Saska menghela nafas, lalu mulai beranjak dari tempat tidurnya tanpa berucap lagi. Albi tersenyum puas, hingga beberapa detik kemudian Albi menatap Saska bingung karena gadis itu kembali ke kasur, mendekatinya.

"Ngapain balik lagi?" tanya Albi.

Saska tersenyum miring. Dengan secepat kilat, Saska menendang Albi hingga jatuh tersungkur. Saska tertawa, lalu berlari menuju kamar mandi.

"KELUAR LO!" pekik Saska di sela tawanya.

Albi meringis. Ia lupa kalau Saska akhir - akhir ini selalu mengusirnya dari kamar dengan cara seperti ini. Untung saja refleksnya bagus.

p r o v a

SMA Ignis memiliki sedikit kekurangan di bagian perpustakaan. Buku - buku di perpustakaan sekolah itu kurang lengkap, sehingga kebanyakan murid harus pergi ke perpustakaan umum sebagai referensi mereka untuk mengerjakan tugas. Para guru juga meminimalisir penggunaan internet sebagai media untuk belajar dan lebih banyak membuat muridnya agar menjadikan buku sebagai media belajar utama mereka, sehingga kadang siswa dan siswi kesulitan saat ada tugas. Tetapi, kepala sekolah dan guru - guru merasa ini adalah metode yang bagus.

Maka dari itu, sekarang Saska berada di perpustakaan umum. Ia harus mencari beberapa buku untuk mengerjakan tugas--walaupun sebenarnya Saska sama sekali tidak mempunyai niat untuk belajar, tapi ini demi memperbaiki nilainya yang anjlok semester kemarin. Ia ingin lebih sering mengumpulkan tugas agar nilai ujian akhirnya--yang bisa di perkirakan Saska di bawah KKM terselamatkan. Apa lagi ini sudah masuk semester akhir Saska di sekolah itu.

Limat menit yang lalu, Albi memaksa agar dialah yang mencari buku apa saja yang harus dipakai Saska untuk belajar, sehingga Saska sekarang berada di jajaran rak novel bergenre action. Ia dan Albi senang membaca novel action, kebetulannya, ternyata perpustakaan ini juga menyediakan beragam genre novel. Ini menguntungkan untuk Saska dan Albi karena mereka tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli novel.

Setelah selesai, Saska pergi untuk mengantre pendataan novel yang ia pinjam. Tidak lama dari situ, disebelahnya Albi baru datang untuk mendata bukunya juga. Tiba gilirannya, Saska menyerahkan novel kepada cowok di belakang meja-- yang bertugas untuk mendata tiap buku yang di pinjam.

"Kartu perpus?" tanya cowok itu.

"Nggak ada."

Cowok itu mengambil sesuatu dari laci meja, lalu kembali bertanya. "Nama?"

"Saskara."

Selesai menuliskan sesuatu, cowok itu memberikan novel yang sudah dimasukan kedalam kantong beserta satu kartu di atasnya.

"Terima kasih. Jangan lupa bawa kartunya kalau berkunjung."

Saska mengangguk, kemudian berlalu menuju meja dekat pintu keluar untuk menunggu Albi. Sepanjang gadis itu berjalan menuju meja, cowok itu menatapnya dengan lekat. Setelahnya, ia mengalihkan pandangan kearah Albi yang sedang di layani oleh temannya.

I find you, katanya dalam hati.[]

§

Hilo!

Yang ini pendek banget sih. Namanya juga awal he-he.

Ngomong - ngomong, soal teka - teki, sebenernya nggak tiap bab juga sih haha. Mau cuap - cuap lebih banyak lagi tapi takut ntar malah spoiler makin banyak. Pokoknya gitulah.

Paybay!

ProvaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang