Games

10 2 2
                                    

     "TRIIIING!!! TRIIIING!!! TRIIIING!!!" jam alarm Mei tepat menunjukkan pukul 6 subuh. Seperti biasa, ia segera bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, mandi, mengenakan seragamnya, menggunakan bedak, dan mengalungkan name tag hijau yang telah dibuatnya semalaman.
"Mei! Cepat turun sarapan! " panggil bunda Mei. "Iya bun". Mei pun bergegas membawa tas ranselnya dan menuju ke lantai bawah. Tampak di meja makan sudah terhidang makanan lezat yang siap di santap. "Bun, sarapannya di bawa aja deh, udah telat" kata Mei yang tampak tergesa-gesa. "Ha..h kamu ini, kebiasaan. Yaudah sana panggil ayah suruh keluarin motor, biar bunda yang siapkan bekalnya" jawab bunda Mei.

     Jam sudah menunjukkan pukul 06:45 sedangkan Mei masih di rumah, gerbang ditutup jam 07:00 dan perjalanan menuju sekolah butuh 30 menit. Mei pun segera mengikat tali sepatunya, memakai helm, dan naik ke jok motor. "Mei, jam berapa sekarang?" tanya ayah Mei. "Eng.. 06:45 yah" jawab Mei pelan. "HAH?! Udah telat! Ngapain aja kamu dari tadi?!! Yaudah pegangan, ayah mau ngebut" jawab ayah. "Huft.. Ayah tiap hari juga ngebut kok" pikir Mei.

     "TENG! TENG! TENG!"
"DRRRRRRK... " Bel sekolah sudah berbunyi, dan pintu gerbang hendak ditutup. "CKIIIT" bunyi decitan ban motor ayah Mei. Pas jam 07:00! Mei segera turun, melepas helm nya, dan mencium tangan ayahnya. Ia pun segera lari menuju gerbang yang hampir ditutup. "Pak tunggu pak! " teriak Mei kepada Satpam yang hendak menutup gerbangnya. "Ayo cepetan! Udah bel! " teriak pak satpam. Melihat Mei yang tergesa-gesa, satpam tersebut menghentikan geretan gerbangnya dan membiarkan Mei masuk. "Fyuuh Selamat " Kata Mei dalam hati ketika berhasil melewati gerbang. Ia pun segera ke kelasnya dan duduk di bangkunya. Ia melepas jaket dan mengecek buku note dan buku panduannya. "Hmm.. Hari ini ada games ya" pikir Mei ketika melihat daftar kegiatan di buku panduan MPLS yang dibagikan kemarin.

     "SELAMAT PAGI TEMAN-TEMAN!!" Teriak Kak Vira yang mengagetkan Mei. "Jadi, sudah siap untuk games hari ini?!!!" Tanya Kak Vira dengan nada tinggi. "SIAP! " jawab anak anak seisi kelas. "Oh ya! Inget ya, mulai hari ini kalian sudah harus berteman dengan secret angel kalian" jelas kak vira. "Duuh.. Aku belum tau siapa Maya Ardilasari, orangnya beneran ada disini gak sih" gerutu Mei dalam hati. Murid-murid yang lain pun bergegas menuju luar ruangan. Ketika Mei berjalan menuju luar ruangan, tampak gadis sawo matang berkuncir kuda yang kemarin berada di depan pintu ruangan sedang menatapnya. Mei pun tidak menghiraukannya dan tetap berjalan.

     "Hai! Kamu Mei kan?! Bareng yuk, aku juga gak ada temen nih" Sapa anak itu tiba-tiba. Ia merangkul tangan Mei dan menariknya menuju kerumunan. Mei yang tidak mengerti keadaan hanya seperti orang linglung dan pasrah ditarik-tarik tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

     "Oke! Sekarang kalian bentuk kelompok! 1 kelompok berisikan 6 orang. Jika sudah, berkumpul ke kelompoknya masing-masing dan kita akan mulai games-nya" jelas salah seorang senior menggunakan microphone. Seperti biasa, Mei hanya diam tanpa berantusias mencari teman sekelompok, kebiasaannya inilah yang membuatnya selalu tidak mendapat teman kelompok.
"MEI! SINI! " panggil gadis berkuncir kuda tadi. Mei pun segera berjalan ke arah gadis itu. "Kamu sekelompok sama aku ya" kata gadis itu ramah. Mei pun hanya menjawabnya dengan sekali anggukan.

     "Oke! Disitu kalian sudah diberikan seutas tali, ikatkan itu pada setiap kaki anggota kelompok kalian" jelas kak vira yang ikut memimpin berlangsungnya games. Ketika Mei hendak mengikatkan tali ke kakinya, tiba-tiba gadis tadi langsung merebut tali yang digenggam Mei dan mengikatkannya ke kaki Mei. Mei sempat heran dengan kelakuannya tersebut, tapi gadis itu hanya membalasnya dengan tersenyum.

     Games pun dimulai.
"Setiap kelompok harus berjalan dengan kaki yang terikat satu sama lain sampai ke garis finish. Kedua tangan harus memegang pundak temannya di depan. Kunci dari permainan ini adalah keseimbangan dan kerjasama" jelas seorang senior menggunakan microphone.

     "SATUUU!! DUAAA!! TIGAAA!! EMPAAAT! LIMAAA! ENAAAM!" Sorak setiap kelompok sebagai aba aba untuk melangkah. Begitu pun kelompok Mei. Walau wajahnya tetap terlihat datar tanpa ekspresi, namun hatinya gembira. "Apa setelah ini aku bisa punya teman ya? " pekik Mei dalam hati.

     Games pertama pun berlalu, berlanjut ke games berikutnya. Kali ini games diadakan di arboretum belakang sekolah. Dalam games ini, setiap kelompok harus membawa segelas air dengan kain yang dibentangkan. Air di dalam gelas harus dimasukkan ke dalam ember tanpa tumpah. Jika tumpah, harus mengulangnya lagi dari awal. Dalam 'perjalanan' membawanya juga akan ada salah seorang senior yang mengganggu agar airnya tumpah.

     Games kedua berlalu, games berikutnya diadakan di lapangan kedua depan kantin. Setiap korlas harus duduk berbaris di tanah. Orang pertama akan mengoper air yang diambilnya di ember depan dengan menggunakan gelas plastik yang berlubang. Jadi setiap orang akan menjadi basah kuyup. Begitu juga dengan Mei, untungnya ia sudah membawa baju ganti.

     Games pun berakhir dengan para murid yang basah kuyup. Kemudian, mereka pun diberi waktu 30 menit untuk ganti baju dan makan.

     "Urggh.. Pusing.. " Wajah Mei memucat dan berkeringat. "Mei? Kenapa? " tanya gadis berkuncir kuda. Mei hanya menjawabnya dengan menggeleng mengisyaratkan kalau ia tidak apa-apa. Walaupun begitu, Mei tau pasti bahwa ia tidak baik baik saja. "Ah iya.. Aku belum makan dari tadi" pikir Mei. "HYUUNG.. " tubuh Mei mulai oleng. "Mei? Wajah kamu pucat banget. Kamu ga papa?" tanya gadis berkuncir kuda. Dia kemudian memegang kening Mei. "Mei, kamu keringat dingin. Kamu masuk angin. Cepetan ganti baju nanti aku cariin minyak angin " jelas gadis itu risau. Mei pun segera mengganti bajunya yang basah dengan baju yang kering. Setelah itu dia segera ke kelas bersama dengan gadis tadi. Sesampainya di kelas. Mei segera membuka tas ranselnya, mengeluarkan kotak bekal dan menyiapkan alat makannya. Nasi goreng pedas dengan telur mata sapi diatasnya, dan beberapa mentimun di pinggirannya tertata rapi di dalam kotak makannya. Tanpa ancang-ancang, Mei langsung melahap semua makanannya. Setelah selesai, Mei meminum air putih hangat untuk sedikit mencuci mulutnya.

     Waktu pun berlalu, tiba saat pengabsenan siswa. "Kali ini aku tidak akan melewati nama Maya Ardilasari" pikir Mei sambil terus menyimak berjalannya absen. "MAYA ARDILASARI" teriak kak Vira ketika menyebutkan nama-nama di absen. Mei pun segera mencari orang yang mengangkat tangannya tinggi tinggi. Tampak seorang gadis yang duduk di bangku paling depan mengangkat tangannya. "Gadis itu Maya Ardilasari?!!" pikir Mei kaget ketika melihat gadis berkuncir kuda yang seharian ini bersamanya ternyata adalah Maya Ardilasari, orang yang selama ini Mei cari.

     "TENG! TENG! TENG! " Bel sekolah berbunyi menandakan waktu pulang. Maya pun segera menghampiri bangku Mei. "Eh, kita turunnya bareng yuk! " ajak gadis itu. Mei yang dari terus melamun hanya menjawabnya dengan anggukan pelan. "Mei kenapa? Masih sakit? Minyak anginnya buat kamu aja, tadi aku membelinya di koprasi" kata Maya khawatir. "Aku gak papa, makasih minyaknya" jawab Mei. "Iya sama-sama" jawab Maya kemudian.

     "Dadaaah Mei!!! " teriak Maya saat berada di depan gerbang sambil melambaikan tangannya. Mei pun tersenyum dan sedikit melambaikan tangannya juga. "Apa sekarang kita sudah berteman? Aku ingin sekali punya teman. Aku tidak mau sendirian lagi" pikir Mei sedih. Ia kemudian menatap minyak angin dari Maya yang digenggamnya sedari tadi.

     "Baik, baik sekali. Terlalu baik. Apa aku pantas jadi temannya? "

Because of youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang