GA2: Cheese matcha

45 6 5
                                    

Senja,
Senja ku kini berarti,
Karena hadirmu saat ini,
Menemaniku di penghujung hari,
Bersama secangkir kopi—

Rasanya, Hati ini enggan beranjak pergi,
Walau gelap telah menghampiri,
Rasanya, Kepulanganku tiada berarti,
Mungkin karena tidak ada yang menanti,
Atau mungkin karena rindu ku telah terganti,
Rasanya, Jadi sulit untuk mengakhiri,
Tanpa-mu jiwa ku seakan mati,
Atau bahkan bagaikan tertusuk ribuan duri,
Entahlah, aku tidak paham dengan perasaan ku saat ini,
Yang pasti suatu saat aku akan merindukan masa kita kini—

—SELAMAT MEBACA—

Keramaian yang menyelimuti kantin yang pengap itu membuat Alula mengurungkan niatnya untuk pergi kesana. Setelah memutar balikkan badannya, ia tersentak kaget karena ada seseorang yang kini berdiri dihadapannya. Orang yang selalu membuat Alula merasa hari-harinya lebih berwarna dan bermakna, orang itu mampu membuat karakter Alula berbeda 180 derajat dari biasanya. Sifat keras Alula bisa berubah menjadi sangat lembut dan manja jika sedang bersama dengan Gema.

"Udah ayoo gapapa, nanti pas gue lewat juga pada minggir," ucap Gema yang sadar kalau Alula malas ke kantin hanya karena ramai. Sambil menarik lengan Alula yang masih diam tak berkutik, keduanya mulai melangkahkan kakinya menuju kantin kembali.

"Gemmm... tapi gue gak laperr," sergah alula dengan nada yang sedikit di buat-buat agar terlihat bahwa dia memang benar-benar malas menginjakkan kakinya ke kantin.

"Lulaa..... tapi gue laperr, jadi lo harus temenin gue," balas Gema dengan menyamai nada suara Alula dan mencubit gemas pipi Alula, yang kemudian dibalas dengan ringisan dan tatapan sinis ala Alula.

Semua orang memanggil Alula dengan sebutan lala, tetapi lain halnya dengan Gema yang memanggil Alula dengan sebutan Lula, katanya agar terlihat berbeda dan dikhususkan untuk orang 'tersayang' bagi Gema.

"Woi minggir dongg, cogan cecan mau lewat," teriak Gema dengan suara keras bagai tak memiliki dosa, dan kemudian dibalas tatapan resah dari seluruh penjuru kantin, mereka semua tidak akan mau berurusan dengan seorang Gema karena akan panjang urusannya nanti.

--&--

Kringggg....

Bel tanda istirahat telah usai sudah berbunyi 15 menit yang lalu, dan Gema masih tak berkutik dari 'pojok galau', tempat ternyaman Gema saat ini. Pojok galau adalah sebutan untuk hunian Gema dan kawan-kawannya ketika memboloskan diri dari jam pelajaran ataupun ketika sedang istirahat berlangsung. Tepatnya berada di sebelah pojok kanan kantin samping koperasi yang telah usang.

Gema mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mulai menelusuri Instagram yang isinya membuat Gema tambah bosan. Akhirnya Gema memutuskan membuka line untuk memberi pesan kepada Alula.

 Akhirnya Gema memutuskan membuka line untuk memberi pesan kepada Alula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alula yang sudah paham betul jika Gema memperlakukan nya dengan layaknya orang berpacaran itu berarti Gema sedang ada maunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alula yang sudah paham betul jika Gema memperlakukan nya dengan layaknya orang berpacaran itu berarti Gema sedang ada maunya.

"Lama gak nunggunya?, tadi gue dari toilet dulu," Gema angkat bicara ketika melihat lawan bicaranya kini sudah di depan mata, yaitu Alula.

"Lebay ah, baru juga 5 menit," cibir Alula sambil melangkahkan kakinya mendahului Gema dan menuruni anak tangga satu persatu menuju kantin.

"Makasih ya bby kamu pengertian deh, jadi tambah sayang," ucap Gema yang kemudian disusul jeweran maut khas Alula.

"Aduhh iya iya bby, ehh sayang, eh Lula dengg. Udah ya lepas yaa sakit nih," ringis Gema panjang lebar dan dibalas oleh Alula dengan tatapan penuh kemenangan.

--&--

Motor ninja merah Gema melesat dengan cepat menerobos kemacetan Jakarta dan berhenti di kawasan slipi untuk mengunjungi salah satu cafe favorit mereka berdua. Sejak kecil mereka sering di ajak ke cafe ini oleh orang tua mereka, karena memang kedua orang tua Alula dan Gema bersahabat dekat.

Klingg...
Lonceng cafe berbunyi dengan beriringan ketika Alula dan Gema membuka pintu.

"Mau pesen apa laa?," tanya Gema ketika telah menduduki meja handalan mereka berdua, yaitu meja bernomor 3.

"Cheese cake sama matcha Gem. Kaya biasa aja," balas Alula yang merasa sebal dengan Gema karena hampir setiap hari berkunjung ke cafe ini  tetapi Gema tak kunjung hafal dan bertanya terus ketika baru sampai, katanya si 'takut salah'.

Langkah seorang laki-laki yang berbeda 2 tahun di atas Alula membuyarkan lamunan Alula yang masih menunggu Gema memesan menu kesukaan mereka.

"Loh kak Rigel? Sendiri aja kak?," tanya Alula yang bingung karena biasanya kemana langkah Rigel tertuju pasti selalu bersama Alana, kecuali ke toilet.

HLS[1] GemAlulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang