Kegiatan MOS berlangsung selama 3 hari dan tidak ada sesutu yang aneh, berkesan, atau istimewah untuk Tara. Hanya saja seseorang sedikit mengganggu perasaannya. Bukan perasaan suka, melainkan lebih mengarah pada 'Ih.. Apa banget sih, dasar aneh!' kira-kira seperti itu.
"May, aku bingung ini perasaan aku doang karena aku udah terlanjur kesel sama dia, atau emang dianya ngeselin?" tanya Tara pada Mayla tiba-tiba ketika mereka sedang beristirahat sambil menyantap kue yang mereka beli di kantin sekolah.
"Maksudnya, Ra? Kamu ngomongin siapa?" jawab Mayla bingung. "Oh, iya, Ra. Aku mau nanyain ini tapi lupa mulu deh." lanjutnya.
"Kenapa emang?"
"Kamu sama Genta ada apaan, sih? Kalian sebelumnya pernah kenal?"
"Nggak tuh, kamu kenapa tiba-tiba nanya gitu?"
"Ya, abisan kalian berdua aneh, terus cara kamu liatin dia juga aneh."
"Dia tuh yang aneh. Kerjaannya kalau nggak jailin orang ya tebar pesone ke cewek-cewek cantik, sok ganteng banget!"
"Terus kenapa? Kan dia emang ganteng. Atau jangan-jangan Tara cemburu ya? HAHAHAHA, uhuk.. uhuk.."
Tara dengan segera mengambil air putihnya untuk diberikan pada Mayla, "Apasih Mayla, suka asal kalo ngomong. Tuhh.. Keselek kan, nih minum. Makanya kalau ketawa kira-kira, dong!"
"Makasih airnya. Abisan kamu, sih. Oh, iya ngomong-ngomong hari ini pengumuman pembagian kelasnya keluar, nanti sama-sama, mau?"
"boleh."
"Semoga kita satu kelas ya."
"Semoga kita satu kelas ya." ucap Tara dan Mayla secara bersamaan. Mereka bertatapan satu sama lain lalu mulai menertawai diri mereka sendiri.***
"ASYIIIIKKKK!"
"YESSSSSS!"
"KITA SATU KELAS! OMG, SENENG BANGET!" teriak Tara dan Mayla ketika mengetahui ternyata mereka berdua berada di kelas yang sama untuk 2 semester kedepan. "Eh, kita ribut banget sumpah." ucap Tara ketika menyadari beberapa mata menatap mereka. "Bodo, yang penting Tara sama Mayla sekelas hahaha.." balas Mayla.
Mayla dan Tara sebenarnya memiliki kepribadian yang berbeda. Tara cenderung santai dan pendiam, sedangkan Mayla sedikit ramai dan ceria. Tapi entah kenapa mereka merasa nyaman satu sama lain. Seiring berjalannya waktu mereka bersahabat dan hubungan mereka semakin baik.
Mayla terpilih menjadi ketua kelas, keputusan tersebut diambil berdasarkan voting dari teman-teman sekelas. Tetapi semakin kesini, semakin banyak anak-anak yang terang-terangan menunjukkan sifat asli mereka seperti memilih-milih siapa yang akan menjadi temannya, memandang sebelah mata anak yang menurut mereka memiliki level yang berbeda. Entah mereka sadar atau tidak, tapi Tara bisa melihat dengan jelas keadaan yang terjadi. Tidak terkecuali tentang Mayla yang banyak mendapat perkataan buruk dari para geng perempuan di kelas yang merasa dirinya populer. Alasannya apa lagi kalau bukan karena Mayla cantik, baik dan mudah bergaul dengan siapa saja. Mayla juga dekat dengan anak-anak laki-laki di kelas, mungkin karena itu mereka iri dengan Mayla dan melampiaskan dengan cara membicarakan kejelekan Mayla yang mereka buat sendiri entah itu benar atau salah kepada anak kelas lain sehingga mereka juga ikut membenci Mayla.
Kalau ditanya apakah Mayla tahu soal itu atau tidak, dia tahu. Malahan tahu betul siapa saja yang dengan terang-terangan membencinya. Tapi memang pada dasarnya ia bukan tipe yang sedikit-sedikit dibawa perasaan. Jadi ia santai saja. Walaupun terkadang suka merasa sedih dan lelah, tapi.. "Aku seneng kenal sama Mayla. Buat aku dia baik! Kalian nyebar-nyebar keburukan dia tuh atas dasar apa? Aku yang sahabatan sama dia nggak ada tuh ngerasa apa yang kalian omongin tentang jelek-jeleknya terbukti. Kalo iri bilang aja iri. Dasar titisan lambe-lambe! Enyah kalian dari sini!" itu kata-kata yang terlintas di pikiran Tara ketika dia mengetahui seseorang sedang memperlakukan Mayla kotor di belakangnya.
Kabar baiknya tidak semua teman-teman begitu pada Mayla. Banyak dari mereka yang tidak terpengaruh dan tetap berteman baik.
Sedangkan Tara, sejauh ini hubungan sosialisasinya terhadap teman-teman yang lain cukup baik, ia tidak mengalami kesulitan. Meskipun beberapa dari mereka sempat berkata, "Aku kira kamu cuek, abisan muka kamu jutek abis gitu. Eh, pas kenal ternyata baik anaknya." kurang lebih begitu.
Sebagai remaja perempuan gemuk dan berwajah kurang ramah bisa dibilang Tara cukup percaya diri dengan penampilannya, entah itu soal fisik atau apapun yang ia kenakan. Ia tidak terlalu ambil pusing ketika ada yang mengatainya gemuk dan lain sebagainya. Toh itu memang benar.
"May, kantin, yuk. Keburu rame ini!" ajak Tara ketika bel istirahat berbunyi.
"Sebentar, Ra, ini nyalin PRnya belum kelar. Jam Bu Endang abis istirahat kamu lupa? Kalo aku belum selesai nanti aku kena semprot, emang kamu tega lihat aku dimarahin?"
"Nggak usah drama deh, Mayla, suruh siapa baru ngerjain, hayo."
"Suruh kata hati aku, kata dia 'udah besok aja di kelas' gitu, hahaha.."
"Ha ha ha lucu banget! Terus aku kantin sendiri nih?" tanya Tara sambil memajukan bibirnya.
"Apasih jelek tau, hahaha.. Iya, udah sana keburu abis makanan-makanannya."
"Yauda deh, BYE!!!" jawab Tara sambil berlalu meninggalkan Mayla.
"Dih, pake acara ngambek segala." ucap Mayla tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan sahabatnya itu.
"Astaga, rame banget. Mayla sih, ah!! Awas aja." batin Tara ketika sudah menginjakkan kaki di kantin.
"Hai, Ra.." sapa Alfi dan Nana teman satu kelompok MOSnya dulu.
"Hai, Fi. Hai, juga Na."
"Tumben sendiri aja, Maylanya mana?" tanya Alfi kepada Tara. "Iya, nih, biasanya di mana ada Tara di situ ada Mayla, hahaha.." sahut Nana.
"Hahaha.. bisa aja kal–" belum sempat merampungkan kalimatnya, tiba-tiba seseorang tak sengaja menabrak Nana dan minuman yang ia bawa pun menumpahi seragam Tara.
"EEEHHH?!?! Apa-apaan nih?!" teriak Tara sambil berusaha membersihkan seragam putihnya yang terlanjur basah itu.
"Aduh, maaf. Maaf aku nggak sengaja, Ra." Nana yang merasa bersalah berusaha meluruskan.
"Gen, apa-apaan sih kamu, kalo jalan hati-hati! Baju temen aku jadi basah kan gara-gara kamu nabrak Nana tadi!" bentak Alfi pada seseorang yang sepertinya tidak sengaja menabrak Nana yang tidak lain dan tidak bukan adalah Genta. "Minta maaf sama Tara sekarang!" lanjut Alfi dengan nada sedikit membentak.
"Nggak! ngapain? Kan aku nabraknya Nana tadi bukan dia. Ya, aku minta maafnya ke Nana dong." Genta memalingkan wajahnya dari Tara dan menatap Nana "Maaf ya Na." jawabnya sambil cengengesan seperti tidak merasa bersalah sedikit pun.
"Ihhh.." Keluh Tara kesal.
"Udah, kan?" ucapnya singkat kemudian berlalu bersama ketiga temannya begitu saja. Genta sempat melihat ke arah Tara ketika berpapasan. Mungkin niatnya menggoda, karena pada saat itu Tara sedang memperlihatkan lirikan mautnya sambil terus menatap Genta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magenta
عاطفيةDilihat dari segi manapun aku tidak lebih dari Mayla sahabatku. Aku cuma cewek gendut, jelek, jutek dan berkacamata tebal. Itu yang mereka katakan tentang aku. Tidak ada yang spesial sama sekali. Suatu saat seseorang mulai menyadari kehadiranku, mem...