"Karena menunggumu adalah satu-satunya hal yang bisa kulakukan..."
***
Musim Gugur, 2001
Kota Kwangju, Korea Selatan
Dua manusia itu berdiri berhadapan dengan iringan angin mendayu dari musim gugur yang tiba lebih cepat dari biasanya. Salah satunya menatap lurus iris mata keabuan di hadapannya dengan penuh arti, sementara yang satunya hanya menunduk nanar memandangi bebatuan kecil sebagai tempat berpijaknya saat ini.
"Sudah bertahun-tahun, kau masih belum bisa melihatku, Han Ji Ae?"
Yang menatap intens itu bersuara parau.
"Kau adalah sahabatku. Selamanya sahabatku." ucap si pemilik iris mata keabuan itu dengan nada yang tak kalah pilunya.
Hening kembali menelusup, menyisakan deru napas tak beraturan. Hanya saling pandang, pandang, dan pandang. Entah sampai kapan seperti itu. Berdiri berhadapan tanpa tahu apa yang harus dilakukan.
***
Musim Gugur, 1995
Kota Kwangju, Korea Selatan
Rumah berlantai dua dengan nuansa hijau itu disibukkan dengan kegiatan dua manusia yang mengenakan seragam yang sama di ruang tamu. Keduanya membolak-balikkan buku pelajaran dan membicarakannya dengan serius. Terkadang si perempuan merengut tak mengerti kemudian menuliskan apa yang dijelaskan oleh si laki-laki.
Mereka, Byun Baek Hyun dan Han Ji Ae, sepasang remaja yang menjadikan sahabat sebagai ikatannya sejak SMP.
"Baek Hyun-a, kau terlalu cepat menjelaskan tentang sistem syaraf manusia. Aku benar-benar lemah dengan materi itu." protes Ji Ae. Yang diprotes justru terkekeh.
"Aku sudah menjelaskan sepelan mungkin, otakmu saja yang terlalu lelet."
"Ya!" Ji Ae memukul-mukul punggung Baek Hyun dengan kencang, namun pemuda berambut kecokelatan itu justru semakin melebarkan bibirnya dan tertawa keras. "Ah sudahlah! Memukulmu berapa kalipun tidak akan berguna."
Ji Ae melirik gelasnya yang sudah kosong. Mendadak saja tenggorokannya kering.
"Oh? Yoboseyo? Eomma!" Begitu kepalanya menoleh kembali pada Baek Hyun yang duduk di sampingnya, ternyata pemuda itu sedang menerima telepon dari sang ibu. Ji Ae meraih gelasnya dan beranjak menuju dapur. Ia cukup sering main ke rumah besar Baek Hyun yang sepi itu, jadi ia sudah hafal benar letak dapur.
Baek Hyun adalah anak tunggal. Kedua orangtuanya memiliki perusahaan showroom mobil yang terkenal di kota Kwangju. Hampir setiap hari mereka meninggalkan Baek Hyun di rumah bersama beberapa pengurus. Namun Baek Hyun tidak terlihat seperti anak yang kesepian, ia justru sebaliknya, ceria dan sangat suka menjahili Ji Ae.
Terdengar suara air yang sedang dituang ke dalam gelas bersamaan dengan suara langkah menuruni anak tangga.
"Kau siapa?" Ji Ae meneguk perlahan air mineral yang baru saja dituangnya hingga suara itu membuat ia tersedak dan batuk-batuk. Si pemilik suara itu segera menghampiri Ji Ae, lalu menepuk-nepuk punggung mungilnya yang tertutup kemeja putih khas SMA Gyurin.
"Maaf, maafkan aku. Kau pasti terkejut sekali sampai batuk-batuk seperti ini."
Ji Ae menolehkan kepalanya tepat di hadapan wajah orang itu. Jaraknya hanya beberapa senti saja dan itu membuat batuk Ji Ae berhenti seketika, tergantikan oleh rasa kagum. Sadar bahwa jantungnya kemudian berdetak cepat, Ji Ae berkedip.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Fanfiction] Here For You
FanfictionLatar berada di kota Kwangju, Korea Selatan pada tahun 1995. Byun Baek Hyun dan Han Ji Ae adalah sahabat sejak SMP dan sangat dekat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Namun Baek Hyun memiliki perasaan khusus pada Ji Ae. Ia sudah menyatakan p...