Orang yang berbeda

19 4 0
                                    

Reina membelalakkan matanya. Kevin, yang di kenalnya dengan kepribadian lemah, yang selalu ia berusaha untuk lindungi, menghabisi monster yang berada di hadapannya.

Lebih lagi, dengan 1 sabitan pedang. Bajunya terkoyak karena cakar monster pada serangan pertama, namun yang berdarah bukanlah ia. Melainkan sang monster.

“A-apa ? Kamu.. bagaimana bisa ?”

Pria itu tidak menjawab apa apa. Malah, ia menoleh kepada Alissa.

“Mungkin yang kamu katakan itu benar. Hanya pemikiranku yang salah. Menyamaratakan sifat manusia.”

Alissa tersenyum mengiringi senyum yang di lemparkan padanya.

Reina baru sadar, bahwa sedari tadi ada Alissa yang menyaksikan seluruh adegan dramatis mereka.

“Kamu yang berniat menolong kami tadi kan ? Ah, syukurlah.. karena lama sekali keluar dari cave, aku pikir terjadi hal yang buruk. Tapi untunglah, tidak ada satupun dari kalian yang terluka.”

Reina menunjukkan wajah puas. Tanpa di selidiki pun, mereka tau, kalau ia benar benar mengkhawatirkan orang lain lebih dari dirinya sendiri.

Alissa mengerjapkan matanya, masih tidak percaya bahwa orang yang bersifat seperti ini belum punah. Bagaimana bisa seseorang yang bahkan sedang terluka, mengkhawatirkan orang lain ?

“Jadi, tujuanmu kesini..”

“Aku berniat mencari kalian. Aku tau kalau aku mungkin tidak akan bisa membantu banyak. Tapi, setidaknya aku bisa mengulur waktu. Untuk membiarkan kalian melarikan diri.”

Alissa merasa terharu dengan perkataan Reina. Ia memeluk erat Reina. Dan menangis. Maklum, baper. Secara kan perempuan. Rasa sensitif yang berlebihan.

“Mulai sekarang, biar aku yang melindungimu... hiks.. hiks.. aku tidak akan pernah membiarkanmu terluka..”

Lalu mereka berdua pun menangis bersama. Kevin terbahak, bagaimana bisa mereka sedekat ini dalam kurun waktu kurang dari sehari ?

“Oke, aku juga terharu. Tapi acara tangis menangisnya bisa di lakukan diluar ? Sebentar lagi, akan ada segerombolan monster datang.”

Keduanya serempak memasang wajah serius dan mengangguk setuju.

Namun, terlambat sudah. Segerombolan monster middle mendekati mereka.

Tanpa menghabiskan waktu lagi, Alissa merapal sebuah mantra. Menciptakan cahaya dari bawah kakinya, membuat roknya menggelombang ke atas dan bawah seperti tertiup angin.

Namun Kevin dan Reina hanya mengerjapkan matanya. Tak mudah untuk mempercayainya. Itu adalah teleport. Salah satu mantra glamore.

Sekejap mata, mereka sudah berada di luar cave.

Dan dia, perempuan itu, berada di sana. Sedang menangis. Mungkin menyesal karena ke-tidak-ikut-sertaannya.

Tapi yang pasti, itu tidak mengubah pandangan Alissa terhadapnya. Malah, ia tambah jengkel melihatnya. Menyesal di akhir.

Serius, itu membuatnya ingin menampar pipi orang munafik itu.

Sekarang, ia berlari dan memeluk Kevin seperti induk ayam menemukan anaknya yang hilang. Apakah ia tidak sadar kelakuannya jauh sebelum tadi ? Menganggapnya tidak lebih berharga dari sepotong sampah. Ugh!

“Kalau begitu, aku pulang dulu. Lagipula, semuanya sedang reuni-an, kan?”

Setiap dari mereka melihat satu sama lain dalam senyuman yang tenang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

World Beside RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang