“Bagaimana ini ? Kita tidak bisa meninggalkan Kevin sendirian disana,” ujar salah satu dari perempuan yang berada tepat di depan pintu masuk *cave.
Wajahnya terlihat pucat, tak terkecuali dengan perempuan yang berada di sebelahnya.
“Tapi apa yang bisa kita lakukan ? Masuk kesana lagi dan mati bersamanya ?”
Perkataan dan tatapan matanya di balas perempuan itu dengan tamparan keras. Ia tidak tahu apa yang merasuki temannya itu sampai mengatakan hal yang begitu kejam.
“Apa yang terjadi padamu ?” Sorot matanya memancarkan kesedihan.
Perempuan itu hampir mengeluarkan air mata, namun ia menahan tangisannya. Berpura pura tidak peduli karena ego nya.
“Habis mau bagaimana lagi, kan ? Di dunia ini, kita harus menyelamatkan diri kita sendiri atau ikut terbunuh bersama sama. Nyawa kita mungkin melayang sebelum sampai ke tempatnya berada !”
Dari kejauhan, dengan kemampuannya mendengar dari jauh, Alissa mendengar perdebatan mereka. Ia sangat jengkel dengan orang yang memiliki pola pikir seperti itu, berpikiran sempit dan egois. Alissa berjalan menuju ke arah mereka.
Sebelum ia hendak berbicara, salah satu dari perempuan itu menarik lengan baju Alissa, bersujud di kakinya. Dengan wajah putus asanya yang pucat fasih.
“Kumohon, bantu kami.. Dia masih level 4, ia sangat cengeng dan.. manja, tapi dia sangatlah baik, ia selalu berusaha lebih keras dari orang lain. Ta-tapi kalau begini terus.. dia.. laki laki itu.. ia.. ia akan..”
Suaranya bergetar. Tak lama, ia pun mulai menangis tersedu sedu. Ia sangatlah peduli pada laki laki itu, namun ia tidak punya kekuatan lebih untuk menyelamatkannya, ia membutuhkan orang lain untuk meminjamkan kekuatan padanya.
“Apa kau gila ? Aku tidak mau masuk lagi kesana-“
Alissa menatap matanya tajam.
“Tidak ada yang menginginkanmu disana !” Lalu matanya membuat kontak dengan perempuan satunya.
“Biar aku saja yang masuk, kalian tetaplah disini. Lantai ?”
“Lantai 24, tolong, disana ada pintu tersembunyi”
Alissa mengangguk pelan lalu menatap mata perempuan egois itu, “Jangan menjauhkan dirimu dari orang lain, karena tidak semua orang memiliki pemikiran yang sama.”
Perempuan itu terlihat kebingungan mencerna kata kata yang di ucapkan Alissa, sementara ia sendiri sudah masuk ke cave.
Di sisi lain, Alissa pun heran dengan apa yang di ucapkannya.
Lihatlah siapa yang berbicara.
Saat pikirannya melantur memikirkan hal lain, ia sadar bahwa ada yang aneh dengan pintu tersembunyi di lantai 24. Memang benar lantai 24 termasuk middle class, tapi entahlah.. rasanya berbeda.
Pintu berbentuk batu itu perlahan terbuka. Dan di sana, ia melihat seseorang sedang bertarung sengit melawan satu monster. Tapi monster itu bukan middle. Monster prism class.
Alissa terkesan melihat gaya bertarungnya. Elegan tapi tidak lemah. Seolah ia sudah tahu bahwa ia akan memenagkan pertarungan itu. Sampai akhirnya ia benar benar berhasil mengalahkannya, ia sempat terkejut melihat Alissa yang sedari tadi memandanginya. Tapi ia mengalihkan pandangannya dan berjalan melalui Alissa. Ia tahu kalau laki laki itu ingin secepatnya melarikan diri dari sana.
“Level berapa ? Sepertinya kamu dapat *jewel bagus.”
Ia berhenti dan menoleh, “Nggak kok, level 5.” Sembari membalasnya dengan senyuman, ia melanjutkan niat awalnya untuk melarikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
World Beside Reality
FantasiAlissa Priscilia, seorang gadis SMA yang memiliki 2 kehidupan yang berlawanan. Satu sisi di takdirkan dengan kehidupan suram yang berada di bawah rata rata mayoritas. Di sisi lainnya, sosok gadis sempurna yang merupakan salah satu peringkat atas. Su...