Tinggallah kini, jalinan kisah...

40 9 6
                                    

asa

n harap(an); semangat


~•~•~

      Tak perlu waktu lama, segalanya berubah menempuh apa yang seharusnya membuat bahagia. Kamu menemukan bahagiamu, aku pun demikian. Bedanya, kamu menang terlebih dahulu dan aku kalah telak denganmu. Seperti permainan hanya perlu sadar dan merelakan sebab di dalam permainan tidak ada lawan yang sama-sama menang, terkecuali sama-sama kalah dengan saling membantu dan menjadi sekutu hanya untuk beberapa waktu.

      Kian waktu berlalu kedekatan terjalin antara aku dengannya, bukan kamu lagi yang tengah bahagia di sana. Namun, tenang saja masih kusimpan namamu di dalam kalbu. Masih kuingat kamu setiap malam menjelang, bahkan tak sungkan kuberikan doa-doa agar kamu selalu bahagia meski yang membuatmu bahagia bukan diriku.

      Setiap sore hari, terkadang ia datang membawa sejumput kata dan mengajakku pergi entah ke mana. Kutahu tentangnya, namanya tak susah kusebutkan. Sikapnya terbuka, bahkan sempat aku merasa jika aku terbawa perasaan. Pasalnya ia terus bercerita mengenai dirinya.

      Wajahnya memang tak serupawan dirimu di sana, tapi kuharap ia pantas untukku. Memang jika kusebutkan aku adalah bajingan. Membawa seseorang hanya untuk dijadikan pelarian.

      Bahkan kuharap kamu pun demikian. Walau nyatanya tak mudah untuk melupakan, bahkan mencintai pelarian adalah bukti jika aku dan kamu adalah pecundang. Itu yang bisa aku lakukan, selain berharap pada takdir agar menyatukan kita. Aku pun diam-diam berharap agar ia tak membuatku sakit karena harus menelan yang begitu pahit kurasakan.

      Malam itu tepat hari Sabtu tiba, setangkai bunga mawar segar tertera dipegangnya erat-erat. Kulihat tampilannya lebih hebat dari dulu-dulu yang pernah lewat. Senyumnya mengembang hangat. Berbeda denganku yang hanya tersenyum sipu itu pun memikirkan jika kamu yang kini di depanku.

      Tak ada kata-kata romantis terucap darinya, hanya sepenggal kalimat yang membuatku terdiam menerima ajakannya. Katanya untuk menikmati malam yang sunyi untuk kita yang tengah patah hati, lebih baik makan-makan dan bercanda tawa seolah dunia tahu bahwa kita sedang berpura-pura.

      Cukup lama waktu tengah malam tiba, malam minggu di akhir tahun adalah tempat terbaik untuk menikmati pergantian suasana hati. Masih tahun-tahun yang membuatku nyeri dan rindu akan dirimu di sana. Bahkan diam-diam aku berharap kamu pun demikian, memikirkanku di sana.

      Katakan saja aku egois, memikirkan kamu ketika tengah berduaan dengan dia kini. Hujan tak pernah ingin singgah, bahkan sekedar membasahi tanah yang tandus karena ulah mentari pagi hingga sore menjelang.

      Kala itu seseorang meneriaki namanya keras. Bahkan sangat keras kurasa. Aku melirik siapa di sana sekilas. Seorang wanita berlari membuat derap langkah kaki mengiringinya seirama.

      Malam itu masih kuingat kejadian yang di luar dugaan, kulihat wanita itu tiba-tiba saja menamparku dan mengatakan jika aku perebut laki orang. Dia mengatakan sumpah serapahnya, mengatakan jika aku adalah seseorang yang berani merebut laki orang.

      Masih belum kupahami, sebenarnya siapa di sini ‘seseorang yang berani?’.

      Kulihat kembali lelaki di depanku, menahan lengan wanita itu pelan. Mengembuskan napasnya kasar dan berkata lirih, dia memperkenalkan jika kini wanita itu adalah pasangan hidupnya dan tengah mengandung anaknya.

      Kutanyakan maksudnya apa? Dia hanya mengatakan jika dirinya bosan dengan wanita dipelukannya kini. Anehnya, semesta memang tahu cara membuatku pergi jauh dari masalah yang menguras logika untuk berpikir jernih. Saat itu aku meminta maaf, walau aku tak pernah tahu di mana letak kesalahanku hinggap.

      Aku pun mengatakan jika aku dan dia tak pernah ada hubungan apa pun selain teman. Sungguh, perasaanku hancur bersama dengan hujan yang tiba-tiba saja turun. Bau tanah menerbangkan bau asa.

      Kenyataan pahit telah kutelan kembali. Sebatang kara kini berjalan membawa beban-beban yang tak perlu kuceritakan.
Tinggallah kini, jalinan kisah antara aku dan kamu serta pasangan suami istri.

–10 Maret 2018

Kutunggu kamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang