Don't Go : 07

2.3K 317 33
                                    

Pernahkah dalam satu hari saja kalian berfikir tentang sesuatu yang tidak mungkin terjadi?Jangan sebut pemikiran ini sebuah hal konyol seperti satu tikus kecil yang mampu melahap satu ekor ular sanca.Jelas itu sangat tidak mungkin dan terkesan mustahil.

Tapi hal ini berhubungan tentang kepergian Jimin yang kembali lagi setelah satu minggu lebih pamit untuk urusan pekerjaan.Sebetulnya hal itu jelas tidak begitu aneh.Tapi,jika di fikir menurut akal dan logika tidak mungkin Jimin bisa kembali dengan sebegitu cepatnya.

Dia bukan seseorang yang memiliki ilmu untuk berpindah-pindah tempat,Seperti orang-orang yang memiliki kemampuan di luar keahlian seorang manusia.Dan Jimin juga bukan pesulap.Dulu dia sempat berkata pada Seulgi bahwa perjalanan untuk sampai ke tempatnya bertugas bisa menghabiskan waktu satu hari penuh jika mengendarai mobil.Berarti jika dihitung berdasarkan hari dia bertugas,Dia hanya bekerja selama enam hari dan dua harinya adalah sisa perjalananannya untuk pergi dan pulang.

Hal itu sangat tidak mungkin!

Bukannya merasa tidak senang.Seulgi senang bukan main jika Jimin dapat pulang lebih cepat.Tapi jika hanya menghabiskan waktu enam hari hal itu sangat aneh.

Seulgi bahkan mampu mengingat jika selama ini Jimin paling cepat pulang sekitar dua bulan dan paling lama sampai lima bulan.Tapi ini hanya menghabiskan waktu enam hari dia bertugas dan diizinkan pulang.Mengejutkan.

Kedua tangan Seulgi berusaha menopang dagunya.Matanya fokus menatap beberapa tanaman yang berada di sekitar halaman rumahnya.Cangkir teh yang berada di hadapannya hanya seperti sebuah pajangan.Tak ada niat untuk menyentuhnya.

Duduk diam dan menatap.Hanya itu yang dia lakukan sedari tadi.

Tak ada niat menghampiri Jimin Yang kini tengah menanam beberapa tanaman yang Seulgi tidak ketahui sama sekali jenis tumbuhan apa yang Jimin tanam.

"Seulgi! Kemarilah."Teriakan itu terdengar cukup melengking di telinganya.

Dalam hitungan detik Seulgi mencoba tersenyum menyambut panggilan Jimin.Kedua tungkainya melangkah mendekatinya.Salah satu sudut bibirnya ia biarkan tetap melengkung ke atas.

"Masih belum selesai?Mau kubantu?" Tawar Seulgi sembari mengambil beberapa bibit tanaman yang berada di dalam plastik.

Dengan senang hati Jimin mengangguk."Tentu."

Mereka menghabiskan hampir lebih dari tiga jam hanya untuk menanam tanaman yang Seulgi tidak ketahui sama sekali jenis tanaman apa yang Jimin tanam.

"Ini bibit apa?"

Sekejap Jimin terkekeh."Akhirnya kau penasaran juga."Jawabnya di sertai senyuman tipis.

Seulgi mencoba mengulum senyumnya.Berusaha terlihat tidak terlalu perduli."Paling tanaman buah."Tebaknya asal.

Mendengar jawaban yang salah Jimin lantas menggeleng."Coba tebak lagi."Matanya masih fokus menatap Seulgi yang kini tengah berfikir.

Wajahnya terlihat cukup serius mau tidak mau Jimin jadi gemas sendiri melihat wajah istrinya yang kini tengah menatap fokus sebuah bibit kecil.

"Ini tanaman...bunga matahari?" Ujar Seulgi setengah tidak yakin.

"Jawabanmu tepat."Mendengar dugaannya yang tidak salah membuat Seulgi merekahkan senyumnya."Aku memang cukup hebat dalam hal menebak."Ujarnya percaya diri.

"Percaya diri sekali sih."Jimin yang gemas akhirnya menempelkan pupuk yang harusnya dia tanam ke pipi tembam Seulgi.

"JIMIN!Kau tahu pupuk ini terbuat dari apa?"Suara Seulgi cukup tinggi namun dengan santainya Jimin menjawab."Kotoran hewan kan?."

"Menyebalkan!"Gerutunya.

"Eitss...Jangan marah-marah seperti itu.Mau tahu tidak mengapa aku ingin menanam bunga matahari?"Tanya Jimin sembari mengelap bekas sisa pupuk yang masih menempel sebagian di wajah Seulgi dengan kain kecil yang tadi sempat dia bawa.

Lantas Seulgi menggeleng. "Memangnya untuk apa?"Kali ini terselip nada serius yang terlontar dari bibir Seulgi.

"Untukmu."

Seulgi mendongak menatap Jimin yang kini tengah menatapnya.

"Kenapa untukku."

Jimin diam sesaat.Namun dia menyelipkan senyuman yang tak dapat Seulgi mengerti.

"Hanya ingin."

"Memangnya tidak ada alasan."Ujarnya memastikan.

"Alasan selalu menjadi hal awal sebelum seseorang melakukan tindakan Seulgi.Dan tentu aku punya alasan."

Kini Seulgi yang diam.Ada sebuah nada kesedihan yang menerjang indra pendengarannya dan hal itu juga yang membuat Seulgi bertanya-tanya dalam hatinya.Apa Jimin memiliki masalah yang Seulgi tidak ketahui?Atau memang Seulgi yang salah mendengar.

Sebab dugaan itu datang begitu saja.

"Apa alasannya."

"Jika saat aku pergi nanti kau merindukanku.Kau dan anakku nanti akan selalu mengingatku jika melihat bunga matahari ini."

Setelah itu Jimin tersenyum dan membalikan posisi tubuhnya membelakangi Seulgi.

Pernyataan itu sangat menggantung.Tapi,Seulgi mencoba mengerti mengingat Jimin yang selalu merisaukan pekerjaan yang kepulangannya tidak dapat dipastikan.

"Percayalah Kau adalah satu-satunya Pria terbaik yang akan menjadi Ayah dari anakku nanti Jimin."Ujar Seulgi sembari menyenderkan kepalanya kepunggung Jimin yang kini masih membelakanginya.

"Aku adalah Pria beruntung yang berhasil membuatmu mencintaiku Seulgi."






TBC.

***

Apakah ada yg udah bisa nebak jalan cerita Don't Go ini?

Percayalah gue adalah salah satu author yang paling males ngerevisi cerita.Jadi maaf banget kalo ada kesalahan penulisan dalam cerita ini.

Tunggu next Chapnya Gaess...Jangan bosen nunggu ff abal ini yaa...

Sertai Vote+Komen setelah membaca...



Don't  Go. [SeulMin] End√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang