Beranak sungai deraian air mata
Terkurung dinding terjal tak berpenghuni
Ketika sempit menghimpit dada, ketika amarah membuncah jiwa
Wahai sang Empunya malam, kuledakkan segala asa dan rasa ini, buraian rasa kecewa yang tak berujung keadilan.Dan disinilah aku memandang
pada tebing terjal antara bibir yang tak menyapa.
Ada asa terselip lemah, dikerasnya bebatuan.
Berharap sebuah kisah yang tertinggal tak lagi membuat bilur- bilur tajam mengiris jiwa.@Edna Haya Kirana
Mojokerto, 3.03.18 10:52 PM
*Untuk sahabat tersayangku, senyumanmu lebih berharga daripada kilauan airmata. Kuharap senyum itu abadi terukir Indah dibibir dan cemerlang menghias pipi Serta menyentuh matamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BISIKAN KALBU
RandomSekumpulan bait-bait yang tercipta karena BISIKAN KALBU, dengan disaksikan oleh semesta, kuabadikan di sini. ...... @2018 Edna Haya Kirana