1

19 2 0
                                    

"Kringg..."
Jam beker berbunyi mengagetkan shania yang sedang tertidur lelap. Dia langsung terbangun dari tempat tidurnya dan mematikan alarm nya.

Matanya masih sembab,karena tadi malam ia menghabiskan waktu dengan kakak laki-lakinya bernama Zola untuk menonton pertandingan bola favorit mereka dan bermain PS.
.
.
.

Pagi itu terasa sejuk sejak tadi malam di terpa hujan badai. Pelangi muncul dengan indahnya. Dia membuka jendela kamarnya lebar-lebar untuk menghirup udara pagi.

Shania melakukan sedikit peregangan pada otot otot tangannya,menikmati semeliwir sejuknya angin yang berhembus.

Dianggap sudah cukup,Shania langsung mengambil handuk dan mandi Dan memakai seragam Putih abu-abunya. Saat ini dia berusia 16 tahun yang seminggu lagi akan berulang tahun yang ke-17 tahun.

Shania turun kebawah untuk makan bersama keluarganya. Pagi itu terjadi perbincangan hangat antara kedua orang tuanya soal masa kecilnya yang begitu lucu dan nakal.

Di tengah pembicaraan itu,shania memandang lurus ke jendela yang seakan-akan ada sebuah kabut tebal mengajak nya pergi ke sana.

"Shania,kamu kenapa nak?" Tanya ibu.

Shania kaget mendengar ucapan ibu dan meneruskan sarapan nya. Dia bergegas mengambil tas dan pergi ke sekolah bersama ayahnya. Di dalam mobil menuju ke sekolahnya,shania terus merenung melihat jalanan memikirkan kabut tadi.

Shania berfikir bahwa hal itu tidak aneh baginya karena rumahnya yang dekat dengan perbukitan dengan udara yang dingin di pagi hari apalagi setelah hujan tadi malam,pasti karena itu kabut menebal.

"Nia,nanti ayah akan ke luar kota bersama ibu. Nanti kamu dan kaka ayah titipkan di rumah nenek ya"
Ujar ayah ketika sedang menyetir.

"Hmm.. ya udh deh yah,tapi ga lama kan yah?" Tanya shania dengan nada terpaksa dan ragu-ragu.

"Mungkin sebulan untuk mengurus perusahaan ayah di sana."

Dengan rasa kecewa shania terpaksa mengangguk. Dia tidak suka tinggal di rumah neneknya,karena rumahnya kecil dan dia tidak bisa menonton tv dan bermain PS dengan leluasa mendengar suruhan nenek untuk membantunya. Maklum,nenek usianya sudah renta. Jadi dia yang harus membantunya.

Shania semakin kesal memasang muka cemberut sambil melihat ke arah luar.Di tengah perbincangan mereka,tiba tiba ada seorang anak kecil menyebrangi jalan raya di depan mobil ayah nya. Ayahnya langsung mengerem dengan cepat,Shania pun kaget.

"Ya ampun ngagetin ayah aja,untung tidak tertabrak" ujar ayah dengan lega.

Badan Shania terdorong kedepan hampir membentur dasbor depan, karena ayah mengerem terlalu kencang. Shania lega karena anak kecil itu tidak tertabrak,tapi ayah heran kenapa di hutan seperti ini ada anak kecil berkeliaran.

Ayah Shania meneruskan perjalanan dengan kecepatan sedang. Melewati jalanan hutan yang mengerikan. Ya benar,jarak rumah Shania dengan sekolah sangat jauh sehingga harus diantar menggunakan kendaraan.

The Last QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang