#15

1.2K 184 25
                                    

Jihoon saat ini berada di rumah sakit. Dia datang untuk mendapatkan resep dokter.

"Lagi? Obat pereda nyeri itu tidak akan mampu membuat mu bertahan Jihoon-ssi."

Dokter bername tag Shin Ryujin itu menggeleng frustrasi. Pasien di depan nya ini sangat keras kepala.

"Tidak apa-apa dokter Shin. Yang ku inginkan hanya bertahan sebentar lagi. Aku tau tubuh ku sudah mulai mencapai batasan nya."

"Lalu kenapa kau tidak mau menjalani kemoterapi? Kau bisa bertahan dengan itu. Jihoon-ssi, ada banyak orang yang mencoba untuk bertahan dan melawan kanker yang mereka derita. Kau tidak boleh menyerah begini. Bahkan aku tau kau terkesan membiarkan saja penyakit itu menggerogoti tubuh mu."

Jihoon tersenyum lembut pada dokter Shin yang sudah banyak membantu nya selama ini.

"Aku tidak ingin bertahan hidup dengan terus bergantung pada obat-obatan. Aku tidak ingin menghabiskan waktu ku untuk terus mendekam di rumah sakit untuk menjalani serangkaian pengobatan yang membuat ku mungkin tidak bisa menikmati hidup ku. Aku tau ada banyak orang di luar sana yang berjuang untuk sembuh. Tapi aku punya pemikiran lain untuk hidup ku sendiri."

Dokter Shin masih setia mendengarkan perkataan Jihoon. Dia tau Jihoon anak yang kuat. Dia tau Jihoon tidak mungkin tidak memiliki alasan untuk semua tindakan nya. Maka yang bisa dia lakukan sekarang adalah mendengarkan keluh kesah Jihoon.

"Aku rasa petualangan hidup ku sudah cukup. Aku sudah pernah merasakan apa yang kebanyakan orang rasakan. Rasa kehilangan, penderitaan, hujatan, dicintai dan mencintai. Siklus nya akan selalu sama."

Dokter Shin hanya bisa menghela nafas pasrah. Dia kemudian memperhatikan lagi wajah Jihoon. Ada sesuatu yang berbeda di sana.

"Apa kau sungguh tidak punya alasan untuk bertahan? Wajahmu terlihat lebih hidup di banding biasa nya. Sesuatu yang membahagiakan pasti terjadi. Jadi, tidak bisakah kau bertahan untuk alasan itu?." bujuk dokter Shin.

"Tidak." final Jihoon.

Dokter Shin akhir nya pasrah dan mulai menuliskan resep obat yang harus di tebus Jihoon walau sebenarnya itu tidak terlalu membantu sama sekali.

"Aku sudah menaikan dosis nya. Kau bisa menebus nya di apotek."

Dokter Shin mengulurkan kertas tersebut yang langsung di ambil Jihoon. Jihoon membungkukan badan nya dan bergumam terima kasih.

"Jihoon-ssi."

Jihoon membalikan badan nya saat dokter Shin kembali memanggil nya.

"Bolehkah aku tau apa yang membuat mu bahagia?"

Jihoon mengulas senyum simpul.

"Seseorang. Aku memang tidak ingin bertahan tapi setidak nya aku ingin membuat satu orang bisa bertahan dan mencoba untuk menggapai mimpi nya. Aku memang bukan pemberi contoh yang baik atau pun motivasi yang baik sehingga bisa membantu banyak orang lain di luaran sana untuk bertahan hidup. Tapi setidak nya aku membantu satu orang untuk berjalan di jalan yang di ingin kan nya."

"Siapa?"

"Dia yang memberi ku mawar ungu."

Dan dengan itu Jihoon berjalan keluar dari ruangan dokter Shin. Meninggalkan dokter Shin dengan satu pertanyaan di fikiran nya.

"Kalau dia mencintai mu, kenapa tidak memberi mawar merah? Kenapa mawar ungu? Apa masing-masing dari kalian tidak ingin merusak ikatan yang saat ini terjalin?."

.

.

Jinyoung tersenyum puas saat ini. Di perhatikannya lagi partitur yang saat ini di genggam nya. Ada serentetan notasi balok yang tersusun rapi di sana.

Beautiful {B. Jinyoung x P. Jihoon}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang