Bagian 1 - Born To Beat

36.3K 4.3K 1.2K
                                    

Bagian 1 - Born To Beat

Markhyuck! Johnchan as family! Johten! Jaeyong! Ilyoung! And etc.

Genre : Family, Romance, Drama!

Disc: Cerita murni milik saya! Hanya pinjam nama untuk kepentingan cerita!

Warning: YAOI AREA! MPREG! HOMOPHOBIC JANGAN SEKALI-KALI MENDEKAT!

Happy Reading❤

         Kelahirannya sangat dinantikan. Sepanjang perjalanan saat mengandungnya sangat disambut dengan suka cita. Tak menyangka akan jadi seperti ini. Sebuah ucapan selamat tak terdengar. Jeritan dan isakan menjadi latar. Tak ada yang menyangka ini akan terjadi.

Kematian.

Kelahirannya menyebabkan kematian ibunya. Bukan salahnya. Sama sekali bukan salahnya.

Sambutan suka cita tidak mereka lakukan. Yang bisa dilakukan hanya berdo'a agar semua yang ditinggalkan tanpa terkecuali bayi merah yang kini dalam ruang incubator yang hangat. Ruang yang akan menghangatkannya. Ruangan yang menjadi tempat beristirahatnya sekarang.

"Kau kecil sekali."

Ucapan itu keluar dari lelaki jangkung yang kini berjongkok di depan ruang incubator yang terdapat anaknya di dalam. Isakan tak terdengar, hanya airmata yang mewakili bagaimana sedih hatinya. Ditinggalkan istri tercinta karena melahirkan buah hati yang nantinya akan menjadi semangat hidupnya.

Johnny tidak pernah menyangka ini akan terjadi padanya. Melihat istrinya terjatuh dikamar mandi bermandikan darah dengan keadaan tidak sadarkan diri. Berakhir dengan anak mereka yang terlahir sebelum waktunya. Johnny merasa dunia tidak lagi berputar kala melihat bagaimana wajah pucat istrinya ditutupi kain putih setelah operasi berlangsung.

Johnny merasa kiamat kala melihat istrinya—Ten—terbujur dingin setelah melakukan operasi kelahiran anak mereka yang pertama. Hari kelahiran yang selalu diharapkan penuh suka cita berakhir duka atas kematian istrinya. Johnny merasa tumbang ketika melakukan upacara penghormatan yang dilakukan beberapa waktu lalu. Istrinya telah dikremasi.

Puk!

Sebuah tepukan dipundaknya membuatnya menoleh dengan airmata yang masih mengalir. Dilihatnya seorang sahabatnya dengan suaminya tersenyum tulus untuknya. Johnny mengerti banyak kesedihan dalam senyum itu. Senyum Taeyong yang biasanya terlihat anggun kini terlihat redup. Mata bulat seperti boneka itu terlihat sembab karena terlalu banyak menangis.

"Siapa namanya? Dia cantik sekali." Suaranya terdengar parau, matanya berkaca-kaca namun masih mencoba tersenyum kearah sahabatnya yang jelas lebih merasakan hancur daripada dirinya.

"Kami merencakan nama Haechan. Dia laki-laki, aku tak peduli. Namanya adalah Seo Haechan."

Haechan

Haechan

Haechan

Nama yang mereka—Johnny dan Ten—rencakan untuk anak mereka jika yang terlahir adalah perempuan. Mereka tidak pernah menyangka kalau anak mereka adalah laki-laki. Tidak ada persiapan nama, Johnny hanya ingin menuruti keinginan Ten untuk memberi nama anak mereka dengan nama Haechan.

"Itu bagus. Kau harus kuat untuknya. Kami akan selalu disisimu, membantumu. Jangan pernah sungkan padaku." Ucap Taeyong mengelus pundak Johnny yang kini bergetar dalam tangisnya.

Johnny tidak kuat sebenarnya. Kenyataan Ten meninggalkannya membuat segalanya berkecamuk dikepala dan bunuh diri sempat terlintas dikepalanya. Johnny bisa saja mengakhiri hidupnya saat ini juga. Tapi... melihat bagaimana bayi mereka terlahir dengan selamat. Membuat setitik harapan muncul dari dalam hatinya. Sempat terfikir untuk mengakhiri semuanya dan menitipkan anak mereka pada Taeyong—sahabatnya—tapi fikiran itu ditepis jauh-jauh kala memikirkan bagaimana ke depannya saat ia benar-benar meninggalkannya.

My Dearest FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang