FLASHBACK

34 12 0
                                    

Revan sudah berjam-jam duduk termenung dibawah pohon rindang di depan rumah sakit tempatnya praktik. Masih jelas diingatannya kejadian 6 tahun yang lalu.

Saat itu dia masih duduk di kelas XII SMA. Wajah yang tampan, tinggi, ramah, sopan, pintar dan perhatian membuat banyak orang suka berteman dengannya baik laki-laki maupun perempuan. Hal itu pulalah yang membuat Nadia selalu nyaman berteman dengannya. Nadia teman Revan mulai kelas VII SMP, cantik, periang, dan sedikit tomboi.

Tak ada satu rahasiapun yang dapat disembunyikan oleh Nadia dari Revan. Cara brpikir Revan yang dewasa membuat teman-temannya selalu curhat padanya.

Dimana ada gula disitu ada semut, di mana ada Revan, di situ ada Nadia. Diskusi selalu satu kelompok, duduk selalu bersebelahan, istirahat hampir selalu bersama. Hanya ke toilet saja yang tidak pernah bersama.

Tanggal 14 Februari 2006 menjadi hari yang tak terlupakan. Di saat semua orang merayakan hari kasih sayang, Revan malah menjadi seorang penipu yang menyedihkan. Saat istirahat, dia ingin memberikan sebungkus cokelat tanda persahabatan kepada Nadia.

Revan melihat Nadia duduk dengan Anggara teman sekelas mereka. Revan mendekati mereka. Alangkah terkejutnya Revan saat mendengar dari kejauhan bahwa Anggara menyatakan cinta pada Nadia.

Revan memang bukan kekasih Nadia. Namun, entah kenapa dia begitu terkejut mendengar pernyataan cinta Anggara. Cokelat yang tadinya ingin diberikan kepada Nadia spontan di buang ke tempat sampah. Ada rasa kecewa yang sangat mendalam yang dia rasakan. Dia berusaha menenangkan diri dan berfikir tenang.

Dia memutuskan pergi ke kantin dan memesan satu gelas teh manis dingin. Dia masih tidak yakin dengan apa yang dia rasakan. Dunia rasanya berputar sangat cepat sehingga dia susah berfikir dengan tenang.

Belum lama di kantin, tiba-tiba dia dikejutkan oleh suara perempuan yang sudah tidak asing ditelinganya. Perempuan yang tidak ingin dia lihat untuk saat itu. Bukan karena benci, tetapi karena dia tidak sanggup memandang wajahnya entah karena apa.

Nadia yang tidak tau apa-apa, duduk di depan Revan. Dia mulai menceritakan apa yang baru dia alami dengan penuh semangat.

"Van, menurutmu Anggara pria yang bagaimana?" Nadia memulai percakapan.

"Kamu tau enggak, tadi dia nyatakan cinta lo sama aku! So sweet... Gimana menurutmu Van?" tanya Nadia.

"Gimana apanya?" Jawab Revan berpura-pura tidak mengerti.

"Gimana bilangnya ya, aku belum kasi jawaban sama Anggara. Soalnya aku masih bingung, aku masih mau konsultasi dulu sama kamu baru aku kasih jawaban ma Anggara. Menurutmu aku cocok nggak ma Anggara?

Revan yang dari tadi asyik memutar-mutar sedotan digelasnya hanya diam.

"Revan, kamu sakit ya?" sepertinya kamu dari tadi tidak mendengarkan ceritaku sedikitpun. Atau ada perkataanku yang menyinggung perasaaanmu?

"Tidak ada, aku dengar ko."

"Terus?"

"Aku hanya sedang berfikir." Revanpun mengangkat wajahnya yang dari tadi hanya menunduk. Diapun memandang wajah Nadia yang sudah tiak sabar mendengar jawaban Revan .

"Nadia..."

"Ya," jawab Nadia tidak sabaran.

"Kamu suka kepada Anggara?

"Mmmmmmmmmmmm, gimana ya. Kalau aku bilang tidak suka, aku bohong. Perempuan mana yang tidak menyukai Anggara. Baik, pintar, tampan, main gitar bisa, piano bisa, main sepak bola keren, apalagi main basket, dan romantis" jawab Nadia bersemangat.

BEST FRIEND,I LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang