KEPERGIAN

17 6 0
                                    

Hari itu, kelas digempakan oleh berita kepindahan Revan yang mendadak. Semua tidak tau alasan kepindahan Revan begitu juga dengan Nadia. Sekarang dia tau kenapa Papa dan mama Revan datang ke sekolah.

"Revan membohongi aku, kenapa dia tidak jujur padaku. Apa salahku padanya sehingga dia pindah tidak memberitahukannya padaku.. Apakah dia tidak menganggap aku sahabatnya?" Nadia menangis di kamar mandi.

Revan, apakah waktu 6 tahun yang kita lalui tidak berarti bagimu? Apa salahku padamu Revan? Kau jahat Van.. sambil menangis terisak-isak. Bel masuk kelas berbunyi, Nadiapun menghapus air matanya dan masuk ke kelas. Saat itu pelajaran Bahasa Indonesia. Ms. Tina membagikan buku PR mereka karena Revan sudah pindah, maka buku Pr nya diberikan kepada Nadia agar Nadia mengantarkannya ke rumah Revan.

Sesudah bel pulang berbunyi Nadia melihat buku PR Revan. Perlahan-lahan dia membuka buku PR Revan dan mulai membaca puisi Revan...

Pria Bodoh
Dia pergi memebawa cinta
Cinta yang baru saja dia sadari
Walau datangnya sudah lama
Namun baru dia menyadari

Kenapa dia tidak menyadari sejak dulu
Kalaulah waktu dapat diputar kembali
Dia lebih memilih menjadi kekasihmu
Dibandingkan menjadi sahabat sejati

Tapi dia tidak tahu kapan dia jatuh cinta
sejak kapan persahabatan itu berubah menjadi cinta
Yang dia tau hanyalah rasa sakit dan kehilangan

Saat sahabatnya menerima cinta pria lain
Disaat hati terbakar cemburu
bibir harus tersenyum bahagia
Apa daya
Dia tidak lebih dari seorang sahabat

Dia memang pria bodoh menurutmu
Sekaligus sahabat yang menyedihkan
Pria itu adalah aku
Yang mencintai sahabatnya
Pria yang memilih pergi membawa cinta dan kekecewaan

Revan

14 Februari 2006

Tanpa disadari, air matanya mengalir deras. Tanpa berpikir panjang dia berlari meninggalkan kelas. Dia tidak peduli dengan air matanya yang terus menetes. "Ternyata kau pergi untuk menghindari aku, kau memang pria bodoh Revan, jangan pergi dulu, tunggu aku," gumannya sambil terus berlari menuju motornya. Dia langsung mengendarai motornya menuju rumah Revan, perlahan-lahan di hapusnya air matanya yang terus membasahi pipinya.

Berselang beberapa menit, dia tiba di rumah Revan, dia melihat rumah Revan sangat sepi. Hanya ada tukang kebun dirumah. Tukang kebun itu berkata bahwa Revan dan orang tuanya pergi ke luar kota tidak tau kemana pastinya. Mendengar itu duduk di depan pintu gerbang rumah Revan dan menangis sejadi-jadinya. Sekarang dia menyadari bahwa ucapan Revan di kantin tidak bercanda melainkan sungguh-sungguh dan yang paling membuat dia sedih bahwa Revan pergi untuk menghindarinya.

"Dasar pria bodoh" makinya pelan.

..............
Next Chapter>> "Bertemu kembali"

BEST FRIEND,I LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang