"Pertemuan pertama setelah lama tak bersua membuat rasa canggung mendera. Entah ini hanya sebuah rasa atau mungkin memang benar adanya."
♡♡♡
Kafe dengan gaya klasik nan menarik menyambut kedatangan seorang gadis yang tengah berjalan menuju area dalam kafe. Dengan balutan gamis panjang berwarna hijau tosca dan hijab dengan warna senada semakin membuat penampilannya sempurna.
"Sorry gue telat, Ra," ujar Zihan yang langsung duduk di bangku kosong sebelah Zahra.
"Gak papa gue juga baru datang kok," sahut Zahra santai.
"Mau apa loe ngajak gue ketemu?" tanya Zihan to the point.
"Pesen minum atau makan dulu, Han nanti gue kasih tau," selorohnya.
"Oke," sahut Zihan.
Kedua perempuan sebaya itu memesan dua gelas orange juice dan juga satu gelas caffucino latte.
"Caffucino latte buat siapa, Ra?" tanya Zihan bingung. Bukannya mereka hanya berdua?
"Gibran," jawab Zahra.
'Tau ada dia gue gak bakal ke sini,' batinnya menyesal.
"Kenapa, Han kok malah bengong sih?" tanya Zahra.
"Enggak papa kok, Ra," elaknya.
Tak lama pesenan mereka datang bersamaan juga dengan kedatangan Gibran yang bertitel Mr. Lelet. "Dari mana aja sih loe?" todong Zahra setelah Gibran menyeruput secangkir caffucino latte yang dia pesankan.
Gibran hanya tersenyum simpul menanggapi pertanyaan sahabatnya. Tanpa berniat memberikan sebuah alasan ataupun penyangkalan.
"Han loe juga di sini?" tanyanya yang baru saja melihat keberadaan Zihan.
Zihan hanya tersenyum kecut. 'Segitunya banget loe sama gue, Ran. Sampai gak mau banget kayanya gue di sini,' batinnya miris.
"Gue sengaja ngajak kalian berdua ketemuan di sini," jelas Zahra memberitahu. "kemarin gue lupa ngasih ini ke loe berdua," lanjutnya cengengesan lalu memberikan dua buah undangan pada sahabat-sahabatnya.
"Gue udah tau," ujar Zihan setelah melihat undangan tersebut.
"Tau dari mana?" tanya Zahra penasaran.
"Irfan," jawab Zihan lalu meminum orange juice-nya.
"Kok bisa?" Kini Gibran ikut larut dalam obrolan. Menarik.
"Kemarin gue gak sengaja ketemu dia di jalan. Dia nganterin gue ke kantor, ya sepanjang jalan kita saling cerita termasuk masalah reunian," jelas Zihan.
"Pantes loe kemarin gak mau gue anter," seloroh Gibran dingin.
"Kan gue bilang gak sengaja ketemu, Gibran. Dari pada gue pulang jalan kaki mending nebeng dia," sangkal Zihan.
"Kok loe mau? Tapi pas gue yang nawarin loe malah nolak," sela Gibran mengeluarkan uneg-unegnya.
"Bukan gitu, Ran," bela Zihan.
"Terus?" Gibran masih belum puas mendengar penjelasan dari sahabatnya yang terdengar tidak masuk akal.
'Kenapa sih loe, Ran aneh banget?' batinnya bertanya-tanya.
"Jadi ceritanya ada yang cemburu nih," goda Zahra.
Sontak keduanya menggeleng cepat atas ucapan spontan sang sahabat. "Enggaklah. Apaan sih, Ra," sangkal Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Tikung Dia Di Sepertiga Malam || END
Spirituelles[PINDAH KE DREAME] Di saat semua orang berlomba-lomba mengumbar rasa cinta, lain hal dengan Zihan yang lebih memilih untuk menyembunyikannya rapat-rapat. Menjadikan sepertiga malam sebagai gebrakan baru untuk merealisasikan cintanya. Sebagaimana ya...