Prolog

95 9 1
                                    

"Kalau kamu jadi aku, kamu bakal kayak gini juga apa engga?"

Arel mengacak rambut Bi, ia tersenyum. Menatap gelapnya bola mata perempuan di depannya lalu beralih memperhatikan senja yang sedang bersiap untuk pulang.

"Aku ya aku, kamu ya kamu, tapi kalau dulu aku udah sama kamu, kamu yang sekarang ga akan sama dengan kamu yang sekarang."

"Aku ga ngerti, please deh otak aku ga setinggi itu buat ngerti omongan kamu!"

"Aku ga ingin kamu mengerti, Bi. Aku ingin kamu disini."

Arel tertawa, Bi mencebik, senja pun pulang, dan yang tersisa hanya gurat oranye diatas kanvas berwarna ungu kebiruan.

Bi berdiri, merapikan pakaiannya, menarik lengan Arel. "Ayo pulang,"

"Tunggu satu bintang muncul ya, Bi. Please," mohon Arel.

"Ga, Rel. Ayo pulang."

"Bintang Allicaesara, please."

"Rel, please deh."

"Nama kamu Bintang tapi kamu ga suka bintang, gimana sih?"

Bintang melepas genggamannya di lengan Arel, "Ya sudah, aku pulang sendiri."

Saat Bintang berbalik, Arel menahan lengannya dan mengucapkan satu kalimat yang membuat Bintang yakin, kalau dia, Fachrel Ardhafa, adalah lelaki yang Tuhan siapkan untuknya.

Astrophobia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang