Sesuatu yang Indah - @Chaphine

416 46 38
                                    

Sesuatu yang Indah oleh  Chaphine

Premis dari loluji :

Kamu terperangkap di dalam pelangi dan berusaha meminta tolong kepada siapa pun yang sedang menatap langit. Masalahnya, mendung mulai menyebar lagi dan satu-satunya orang yang menangkap isyaratmu makin menganggap dirinya gila.

Genre: Fantasi

========================================


"Jangan terbuai dengan sesuatu yang indah," nasihat orang tua yang aku abaikan beberapa detik lalu.

Ketika pelangi indah terbentang dibalut cahaya mahatari dengan lembut. Pelangi terindah yang kulihat dengan mata kepala sendiri, tanpa efek apapun yang ditambah aplikasi pengedit untuk mempercantik.

Aku menatapnya intens, lima detik. Terbuai dengan kecantikannya yang memikat. Sepuluh detik, rupa pelangi cantik itu berubah, menjadi tujuh gadis cantik dengan warna berbeda yang berlarian di angkasa. Mereka semua terkekeh saat menyadari diriku menatapnya.

Gadis cantik berambut dan beriris merah yang paling pertama menghampiriku. Ia mengenakan gaun putih indah yang serupa dengan gadis-gadis lainnya.

"Hallo tuan," katanya dengan senyuman ramah.

"Ha-halo." Aku membalas dengan kikuk.

"Habis melewati hari yang berat ya?" Gadis yang tampak lebih tua dariku melayang ke belakang tubuhku. Merapikan penampilanku yang berantakan.

Aku mengangguk.

Jingga turun menghampiriku dengan wajah cemberut. Melayang di depanku, menatap kedua mataku. Kemudian berkata dengan penuh semangat.

"Hey manis. Kau harus jadi miliku!" Tangannya lincah bergerak meraih tubuhku dari merah.

Pipiku panas karena kelakuan Jingga. Ugh.

Kunung melayang turun menghampiriku. Kedua matanya dengan lembut mengamatiku. Setelahnya, telapak tangannya berputar cantik, memunculkan secangkir minuman dengan ajaib.

"Kau pasti haus." Kuning tersenyum, menyodorkan cangkir itu padaku.

Aku meraihnya pelan. Tunggu, ini beracun tidak? Aku menatap riak air yang terbentuk karena getaran tubuhku. Sial.

"Kau takut?" Hijau menarik tubuhku dari jingga dan memelukku dari belakang.

Blush. Sial pipiku panas lagi. Aku meneguk minuman itu tanpa berpikir lagi. Demi meredakan malu.

Hijau tertawa, bibirnya mengecup ringan pipiku. ARGH. Aku menarik tubuhku darinya. Sungguh agresif.

Biru, Nila dan Ungu turun, mereka dalam rupa perempuan kecil yang imut sekali.

"Kakak! Ayo main sama kami!" Mereka bertiga memeluk tubuhku dengan tatapan yang memohon.

Aku tersenyum. Mereka menarik tubuhku dengan semangat naik ke atas.

"He-hey! Aku tidak busa terbang!" kataku.

Mereka semua menatapku, tersenyum ganjil dan berkata. "Kau tidak perlu terbang di dalam pelangi."

"Ap--"

Cahaya putih segera bersinar dari segala arah. Tak lama berselang, cahaya mahari bersinar hangat menghapuskan cahaya putih menyilaukan. Tubuhku transparan, seolah cahaya yang terbiaskan di langit. Terpana dan bingung kuteriakan kepanikanku kepada orang-orang dibawah sana.

"TOLONG AKUU!!" jeritku tak tertahan.

Satu dua orang menoleh ke arah langit, kemudian meminjit kepalanya yang sakit.

"Sialaan kalian gadis-gadis cantik! Keluarkan aku!" Aku menyisir keadaan sekeliling. Tidak ada siapapun. Hanya ada diriku dan pelangi yang mengurungku.

Aku kembali berteriak seraya berjalan turun ke sisi pelangi lain. Satu dua pria menatapku, keningnya berkerut kemudian langsung berlalu pergi begitu saja.

Sialan. Awan mendung itu semakin menyebar. Pelangi ini akan segera menghilang. Jika itu terjadi maka--

"Kakak akan ada di sini! Selamanya!" Ketiga anak kecil itu muncul dengan ganjil kemudian lenyap kembali.

"SIALAN!" Aku mengacak rambut frustasi. Berusaha mencari tepi dari pelangi ini untuk keluar.

Angin dengan semangat meniup awan-awan mendung itu satu-satu. Argh.

"He-hey dik! Tolong kakak!" Aku berteriak pada anak berusia sekitar sepuluh tahun yang sedang bermain sendirian di taman.

Dia tampak terkejut menatapku, namun kemudian mendekat dengan takut-takut.

"Aku bukan orang jahat. Aku terjebak di sini, bisakah kamu menarik tanganku?" Aku mengulurkan tanganku ke arahnya.

Langkah berhenti. Ia menatapku sekali lagi, tangannya dengan gemetar mendekati tanganku.

"Aku akan membelikanmu permen, dik. Tolong aku." Aku tersenyum semanis mungkin demi menyakinkan anak kecil yang lugu.

Dia tampak tersenyum. Tangannya masuk ke dalam pelangi dan sedikit lagi mengenai tanganku.

"GEO! APA YANG KAMU LAKUKAN?!" Sosok wanita yang khawatir muncul menarik anak kecil itu menjauh dari pelangi.

"Di situ ada kakak Minta tolong, Ma." Tangannya menunjuk aku.

"Iya, Bu. Tolong aku," pintaku.

Ugh. Aku tidak tahu berapa sisa waktu yang kumiliki sebelum pelangi ini menghilang dan menarikku bersamanya.

"Tolonglah," ulangku.

Wanita itu menatapku garang kemudian ia berjongkok, mensejajarkan dirinya dengan putranya. "Geo, jangan pernah terbuai dengan sesuatu yang indah, karena segala sesuatu yang indah ialah jebakan yang akan menjeratmu hingga kau menghilang."

Anak kecil bernaa Geo itu memiringkan kepalanya ke kanan. Tidak mengerti. Wanita itu menarik putranya menjauh dariku.

"TIDAK TUNGGU! TOLONG AKU!" jeritku frustasi.

Sialan. Perlahan pelangi ini menghilang bersama aku di dalamnya. Warnanya yang hanya pembiasan cahaya mengabur pelan-pelan.

"Kakak jadi kakak kami! Selamanya!" Tiga gadis imut itu muncul, menubruk tubuhku hingga tak ada lagi warna yang bisa kulihat.

.

.

END

SWAP IDEA  3Where stories live. Discover now