Hujan merupakan nikmat yang Tuhan berikan kepada makhluk hidup yang ada di bumi. Setiap tetesan air hujan membuat sebagaian orang menjadi lebih segar dan bahagia. Tak terkecuali, gadis cantik berumur tujuh belas tahun yang sedang menari di bawah ribuan tetes air hujan di halaman belakang rumahnya, ia tersenyum bahagia menikmati air hujan yang mengguyur tubuh mungilnya. Setelah hujan sedikit reda, gadis itu memasuki rumahnya untuk berganti pakaian.
Sehabis mengganti pakaian, gadis cantik yang biasa disapa Fahira itu duduk di kursi tamu rumahnya sambil sesekali menyesap secangkir cokelat hangat yang ia buat sendiri. Pandangannya beralih ketika melihat kedatangan Dinda, adik kandungnya yang berumur enam belas tahun. Raut wajah Dinda selalu kesal ketika hujan turun, berbanding terbalik dengan diri Fahira.
"Dari tadi hujan mulu." Dinda menggerutu sambil memasang wajah cemberutnya. Fahira tersenyum kecil mendengar gerutu adiknya. "Sampai kapan kamu akan bersifat kesal ketika hujan turun?" Fahira menanyai Dinda dengan lembut. "Kakak tahu kan kalau Papa sama Mama itu meninggal gara-gara hujan." Nada Dinda meninggi ketika mengatakan kata hujan.
Flashback on
Setahun lalu, Papa Doni dan Mama Mita dalam perjalanan menuju rumah mereka. Di tengah perjalanan, hujan lebat mengguyur jalanan kota. Tiba-tiba rem mobil Papa Doni dan Mama Mita blong lalu mobil mereka oleng ke kanan dan menabrak pohon besar di tepi jalan dengan kencang.
Di rumah, Fahira mendapat telpon dari Rumah Sakit Amanah. Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Papa Doni dan Mama Mita kecelakaan dan sedang dalam penanganan dokter. Fahira merasakan tubuhnya lemas mendengar berita tersebut. Dia langsung mengajak Dinda untuk pergi ke rumah sakit.
Sesampainya di sana,Fahira dan Dinda bergegas ke ruang IGD, tempat Papa Doni dan Mama Mita sedang dalam penanganan dokter. Mereka berdo'a kepada Tuhan supaya orang tua mereka selamat. 'Ckrek'. Dokter yang menangani Papa Doni dan Mama Mita keluar dari ruang IGD.
"Bagaimana keadaan orang tua saya, dok?" Fahira bertanya kepada dokter Agung dengan air mata yang membasahi kedua pipinya. "Kami sudah berusaha sekuat kami. Namun,Tuhan menginginkan mereka meninggalkan dunia ini." Begitu kata dokter Agung. Dinda yang mendengar perkataan dokter Agung langsung berlari memasuki ruang IGD dengan air mata yang mengalir dari dua matanya.
Dinda memeluk jasad orang tuanya secara bergantian. Rahang Dinda mengeras menahan amarah. "Ini semua gara-gara hujan. Andai saja tidak hujan pasti Papa sama Mama nggak bakalan ninggalin kita, Kak." Dinda berucap dengan penuh amarah.
Flashback off
Lamunan Fahira buyar ketika mendengar kata pelangi yang diucapkan oleh Dinda. Fahira tahu bahwa Dinda lebih menyukai pelangi daripada hujan. Namun, Fahira ingin Dinda juga menyukai hujan yang merupakan anugerah dari Tuhan. Dia tidak ingin melihat Dinda terus menerus menyalahkan hujan sebagai penyebab kematian orang tua mereka.
***
Keesokan harinya, pukul sembilan pagi, Fahira sengaja mengajak Dinda untuk berjalan-jalan di sekitar kompleks rumah mereka. Dinda menerima ajakan kakaknya dengan senang hati. Setetes air hujan mengenai kepala Dinda, ia langsung menengadahkan tangannya untuk memastikan hujan atau tidak. Tik, setetes air hujan jatuh di atas tangan Dinda, sontak Dinda langsung berlari mencari pohon besar sebagai tempat berteduh. Sedangkan Fahira masih berada di tempat menikmati ribuan tetes air hujan yang siap membasahi tubuh mungilnya.
Fahira langsung berjalan ke arah Dinda yang berada di bawah pohon. "Ayo, Dind, kita hujan-hujanan." Fahira berkata sedikit keras karena bunyi air hujan yang turun. Dinda menggeleng kuat, menolak ajakan Fahira. Tanpa pikir panjang, Fahira langsung menarik lengan Dinda untuk menikmati air hujan yang membasahi tubuhnya. Kedua ujung bibir Dinda tertarik ke atas,membentuk sebuah sebuah senyuman bahagia di bawah air hujan. Fahira yang melihat Dinda tersenyum, merasa bahagia,ini yang Fahira inginkan. Dia ingin Dinda tersenyum ketika hujan turun.
Setelah selesai, Fahira dan Dinda langsung pulang ke rumah untuk mengganti pakaian. Satu jan kemudian, Fahira dan Dinda duduk di kursi teras rumah sambil meminum cokelat hangat buatan Fahira. Mereka berdua sedang menikmati indahnya pelangi yang menghiasi langit biru. "Setiap air mata kesedihan pasti akan datang satu senyuman yang akan menggantikan air mata itu. Begitu pula, hujan yang akan mendatangkan pelangi sebagai penggantinya." Fahira berucap lembut kepada Dinda dan membuat Dinda tersenyum. "Hujan bukan sebab orang tua kita meninggal, namun hujan merupakan anugerah yang Tuhan berikan kepada setiap makhluknya." Fahira berucap lagi. Dinda memeluk tubuh kakaknya dengan penuh kasih sayang. Benar, apa yang dikatakan Fahira kepadanya. Hujan adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada setiap makhluknya dan pelangi adalah pengiring keindahan hujan.
The End
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Yang Tersampaikan [Kumpulan Cerpen]
Short StoryRasa Yang Tersampaikan berisi tentang kumpulan cerpen dengan judul : 1. Antara Hujan dan Pelangi 2. Hijrah Cinta 3. Menunggu Kepastian Cinta 4. Hijrah Cinta (versi lain) Dan tunggu judul cerpen yang lain...