Epilog'

31 6 7
                                    


Dianjurkan membaca saat anda menganggur.

Tidak dalam posisi kayang.

Ataupun merangkak di langit-langit.

So, happy reading

.

.

.

.

Siang itu matahari berterik panas, seorang namja menatap langit sembari menyipitkan sedikit matanya lalu berujar,"ah, hari ini cerah."dengan sigap Tangannya di gerakkan membentuk pose hormat untuk melindungi silaunya sang mentari," Demi Tuhan, Kim Taehyung! Berhenti menghitamkan kulitmu yang sudah jelas hitam!" lalu ia berlari kencang menuju sebuah gubuk kecil nyaman yang disambut, terbangan sapu sang nenek.

Sudah hampir kepala tujuh masih saja tenaga macam gal gadot di film terbarunya.

.

.

.

Kim Taehyung namanya, seorang pemuda keling yang terlalu tua untuk disebut remaja namun dengan kelakuan melebihi bocah 5 tahun.

Dengan senyum trapesium *coret* kotaknya yang khas. Pemuda itu memulai harinya, menghabiskan seluruh akhir hayatnya bersama sang nenek tercinta, lalu tamat. Tamat kepalamu.

Kilas balik cerita, Pemuda ini adalah sosok ceria dengan segudang keceriaannya (tentu saja) meneriakkan hari penuh semangat saat menatap layar yang berisikan pengumuman hasil SNMPTN yang keluar saat itu. Senang bukan main, ayolah siapa yang tidak senang saat mengetahui ia lulus seleksi kedokteran negri di universitas yang berada di ibu kota negara indonesia tercinta. Padahal iseng judulnya. Hingga pada akhirnya, Kenyataan menampar dirinya kesudut desa, kebun marijuana. Menyisakkan kerlingan jejak air mata putus asa.

Jujur saja jika ia tak percaya agama, sudah ia demo pula tuhan dengan segala takdirnya. Tapi ya, begitulah. Konon katanya tuhan tidak memberikan ujian melebihi kemampuan umatnya, dan siapa yang berhasil melewatinya, akan mendapatkan 'hadiah' yang luar biasa! Tapi, untuk siapapun di luar sana yang kini sedang berputus asa dengan segala takdirnya.

Ingat satu hal

                                                        "
                        there will always be another way,man

                                                         "

So, never give up!

Karena ada banyak jalan menuju roma kata teman sebangkunya dulu.

Seperti makhluk cungkring ini, dia akhirnya memaknai jalan yang kini ia lalui. 

Tidak mudah memang awalnya. Dengan jalan yang begitu berkrikil, berpasir, berbata, bersemen, wow!kau bisa membuat rumah, bung!

Cukup bercandanya.

Dengan gigi yang tidak rapi, anak-anak itu tersenyum membangkitkan semangatnya. Membuatnya merasakan hangatnya embun mentari .

Lalu dengan senyum yang sama hangatnya pula, ia menangis dalam rangkulan anak-anak berkulit keling itu, dan dengan polosnya, bocah-bocah itu saling menatap tak mengerti satu sama lain.

Maka disinilah semuanya bermulai,

Cerita ini kini bukan hanya tentang mimpiku. Tapi kini menjadi mimpi mereka. Semangat membara yang berapi-api, berusaha mewujudkan impian bersama.

Dengan bermodalkan sehektar kebun marijuana yang ditinggalkan sang kakak, disinilah cerita perbudakan anak di bawah umur di mulai.

--Kumohon jangan tebas aku

dreams, manTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang