part 2

19 6 3
                                    


Setelah apa yang terjadi kemarin, Jungkook jadi malas untuk kembali lagi ke rumah nenek Kim.

Dia tidak tau apa kata-katanya menyakiti sang pemuda yang lebih tua dua tahun darinya itu.

Jungkook semakin membulatkan tubuhnya yang tengah memeluk guling, jujur saja kemarin adalah hari yang menyenangkan. Bisa mengajar anak-anak dan melihat canda tawa mereka, ditambah lagi senyuman senior kim yang ia berani bersumpah adalah pemuda tertampan yang pernah ia lihat.

Tidak,tidak.

Ia bukan seorang gay, ia masih straight dan ia yakin akan hal itu. Buktinya kemarin ia berpacaran dengan park sewon noona, senior cantik di sekolahnya. Walau pada akhirnya ia dikhianati karena ia di anggap terlalu polos dan kekanak-kanakan,

"aku bahkan lebih berotot dari selingkuhannya,"gumamnya sembari meremas pelan bahunya,

"Jungkook-ah,"Sesi melamunnya berakhir saat suara berat mengiang di kepalanya,

"Astagfirullah," jungkook reflek terkaget hingga terdengar keras bunyi dentuman antara kepalanya dan head board yang terbuat dari besi.

Dengan wajah khawatir sebuah tangan besar langsung sigap mengusap belakang kepalanya,"Kau tidak apa,kook? Kenapa kau sampai sekaget itu? Demi tuhan, kau melamun? Bagaimana kalau kesambet?"

Jungkook ingin bersumpah serapah namun ia tahan karena selalu mengingat perkataan ibunya untuk tidak berkata kotor.

Sial, kenapa telinganya memanas.

Dengan cepat jungkook menepis tangan Taehyung yang sebelumnya hinggap di kepalanya itu,"a-aku tidak apa-apa, hyung"

"ah, baiklah,"Taehyung mengangguk paham,"Kenapa kau belum datang kerumah? Aku menunggumu dari tadi"

Entah kenapa telinga jungkook semakin memanas,"Aku baru selesai membereskan rumah! Aku akan mandi dulu,"bergegas ia bangkit menarik handuk yang tergeletak di kursi belajarnya,"Kau pulanglah,hyung. A-aku akan kesana secepatnya"

Lalu suara dentuman pintu terdengar keras.

Perlahan tangan Taehyung bergerak menutupi setengah wajahnya,

'bangsat,wajah memerahnya tadi manis sekali'

Iapun bangkit dan berjalan pulang. Mencegahnya untuk mengintip sang pemuda kelinci di bawah umur. Kriminal tentu saja, makanya ia pulang.

.

.

.

.

.

.

.

Keheningan siang itu dipecah oleh suara manis Jeon jungkook yang memasuki rumah nenek Kim,"Selamat siang- "


Tatapannya terfokus pada pemuda yang kini sedang menggendong bocah kecil dengan pipi kelewat padat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tatapannya terfokus pada pemuda yang kini sedang menggendong bocah kecil dengan pipi kelewat padat.

Dengan kompak, keduanya menatap Jungkook yg tengah berdiri.

"Ah, kau sudah datang,kook?" Dengan cengir yang kelewat lebar,"Kenalkan keponakanku," lalu ia mencubit gemas pipi gempal bocah itu,"tampan, bukan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah, kau sudah datang,kook?" Dengan cengir yang kelewat lebar,"Kenalkan keponakanku," lalu ia mencubit gemas pipi gempal bocah itu,"tampan, bukan?"

Kalau boleh jujur Jungkook ingin menjawab pemuda yang tengah memomong bayi itu lebih tampan.

"Ah, Kau pasti berpikir kalau aku lebih tampan,kan?"

Demi suara acar yang berdecit di krusty krab, pede sekali makhluk satu ini walau memang benar.

"Aku berani bersumpah atas nama jamban di belakang rumah kalau kau itu tidak tampan,hyung"

"Ew. Jorok sekali sumpahmu,kook"

"Persetan"

"Wow, kau baru saja menyumpah? Bagaimana kalau kuberitau ibumu?"

"Maka akan kupastikan kepalamu kuberikan sebagai hiasan rumah tuan Min, hyung"

"Tidak buruk,"Taehyung mengusap-ngusap dagunya,"Tuan Min itu kaya. Dan juga kudengar mereka punya anak yang umurnya tidak jauh berbeda dariku"

"Kau matrealistis sekali, hyung"

"Kau juga kalau diberikan segepok uang tidak akan menolak."

Jungkook menghela napas,"Ngomong-ngomong soal Yoongi hyung. Dia sedang berkuliah di Jakarta jadi kau tidak akan bertemu dengannya sekarang-"

"Siapa Yoongi hyung?"

Urat disudut mata Jungkook berdenyut,"Memang siapa yang kita bahas tadi, hah?"

"Aku berani bertaruh, hyung. Kau menjadi Ranking 1 karena beruntung atau anak-anak dikelasmu kelewat idiot"

"memang siapa yang bilang kalau aku ranking 1?"Tanya Taehyung heran

"Nenekmu, hyung. Setiap hari ia terus membicarakan dan membanggakanmu sampai tetangga ingin melempar batako ke kepalanya," sedikit berbisik,"sayang dia sudah tua.."

"Wah, kau pasti membicarakan nenek orang lain,bung!" Pemuda Cungkring tertawa terbahak-bahak,"Yang kutau, nenekku itu adalah manusia yang selalu melempar sapu kearahku sambil menatap dengan tajam seolah memaksaku belajar terbang padahal ia tau aku seorang muggle"

Jungkook menaikkan satu alisnya,"Apa yang kau bicarakan, hyung? Aku tidak mengerti"

"Ayolah, apa kau tidak pernah menonton Harry potter?"

"Kau pikir dimana aku menontonnya?"

"Mereka sudah menayangkannya di tv berulang kali,Kook!"

"Kau pikir berapa orang di desa ini yang memiliki Tv,Hah!? Ngajak berantem?"

Bocah yang sedari tadi di gendong hanya menyesap jempolnya sembari bergantian menatap dua manusia yang tengah membacot.

dreams, manTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang