Part 5

6 3 0
                                    

Pagi itu langit mendung parah, menyapu jalanan tanah yang kini berubah menjadi becek yang tentunya tak layak di lewati.

Seorang pemuda yang terduduk di ranjang kini terpaku menatap langit yang tak hentinya menangis dari jendelanya.

Dengan tatapan sendu , tangan yang kini menjadi sandaran dagunya ia ketuk-ketukkan bergantian pada wajah tampannya sendiri

ia menghela napas seolah berat," Ah, mereka pasti tidak akan datang"

Bohong,

Kata-kata itu seharusnya bukan 'mereka' tetapi 'dia'.

Tiba-tiba taehyung terlonjak kaget tatkala sebuah tepukan lembut singgah di bahunya,"Alamakjang!", menemukan sesosok mahkluk gembul yang ikut terlonjak kaget sampai terduduk sembari mengisap jempol.

"Astaga, masih bayik tapi sudah mengagetkan orang. Keponakan siapa sebenarnya kau ini?" celotehnya tak jelas, "Kau tau?" Taehyung memasang wajah serius,"Kau sebenarnya dipungut!"

Klise sekali. . .

"Taehyung, aku melahirkannya dengan susah payah kau tau. ."suara seorang wanita itu membuat bahunya bergidik kaget.

Taehyung mendengus, "tenang saja, bik. Aku juga tumbuh kembang sebaik sekarang dengan kata-kata itu," ucapnya bangga

"Kau memang anak pungut, tet" balasanya malas, lalu berjalan mendekat masuk kekamar dan meraih si bocah gembul, sedangkan Taehyung memasang wajah syok sembari memegang dadanya persis seperti ibu-ibu tetangga yang mendengar tetangganya di santet.

Sang wanita menyipitkan matanya,"Menjauhlah dari putraku. Aku tidak mau dia tumbuh sekoplak pamannya," dan berjalan menjauh untuk keluar kamar.

"Ayolah,bik. Menjadi ceria itu bagus—"

Bibi-nya menghentikan langkahnya tanpa menoleh ke arah Taehyung, "Syukurlah kau bisa kembali ceria seperti sekarang. . Kau tidak tau betapa khawatirnya kami saat melihatmu kesini saat itu. ."lalu berjalan pergi, meninggalkan Taehyung yang kini menunduk menatap tangan yang kini di kepalkannya.

.

.

"Jungkookie.. kenapa kau terus-terusan duduk di pintu? Kau bisa terciprat air berlumpur."

Yang disebut namanya menoleh ke asal suara,"Ah, kau ingin mandi hujan kan? Tapi takut sakit? Iya kan? Iya kan?" ucap Nyonya jeon girang yang di balas mata berkedut putranya sendiri.

Sang ayah tentunya tak diam saja melihat putra dan istrinya, dengan sigap ia menyeret istrinya agar menjauh dari pandangan putranya, "Kita sudah tua jadi berhentilah kekanakan dan mengganggu jungkook dengan pertanyaan macam itu."

Sang bunda tersenyum dengan dengusan, "Aku tau," senyumnya semakin hangat,"Aku hanya menggodanya. Aku tau dia duduk disana untuk menunggu hujan reda."

Kepala keluarga jeon menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa? Jungkook suka hujan"

Nyonya jeon tertawa, "entahlah,"ia menumpukan dagu pada tangannya,"Mungkin agar bisa kerumah seseorang"

"Hm? Dia punya janji dengan temannya?" Ujarnya menebak, "Tapi seingatku jungkook tak punya teman dekat"

"Laki-laki memang tak pernah peka. . "

"Hah?"

"Ah, sepertinya hujan akan lama. ." ucap wanita paruh baya itu, "Jadi? Ingin semangkuk indomie?"

Yang ditanya tertawa krispi,"ya, semangkuk berdua"

"Jangan biarkan jungkook tau atau dia akan ngambek", lalu keduanya tertawa renyah bersama.

.

.

Bocah tanggung yang kini masih terduduk di pintu berujar kecil, "Apakah aku harus menerobos hujan? Tapi dengan alasan apa aku kesana? Anak-anak juga mana mungkin datang. . ." Ia menenggelamkan wajah pada kedua lulutnya, "A-ah iya! Akukan tetangganya! Tentu saja bukan hal aneh kalau aku bermain dengan orang yang usianya hampir sama denganku!"

Jungkook menatap keluar, "Ah. Aku bisa-bisa terhisap lumpur dan itu tidak etis. ."Ia lalu mengacak rambutnya kasar, "Aish kenapa desaku kelewat pedalaman sih! Setidaknya buat jalan semen kek!"

Tiba-tiba terdengar suara yang berasal dari kamarnya,"Huh? Suara hp-ku? Tumben ada yang menelpon." Iapun berjalan ke arah kamarnya dan langsung meraih handphonenya yang belum canggih itu(lol), "nomor siapa? Tidak familiar. . jangan-jangan santet? Ada baiknya tidak kuangkat" lalu melempar handphone-nya kasar ke kasur.

"Ada baiknya kuangkat mungkin saja kerabat. ." ia menganggkat telpon dengan ragu-ragu, berusaha mendengar dengan baik di saat derasnya hujan.

"Jungkook-ah"

Dan ia refleks langsung mematikan telponnya.

'itu suara Taehyung' batinnya kaget.

iapun tersadar kembali,"Ah, terus kenapa kumatikan?"

 .                   

.

.

.

Taehyung menatap layar ponselnya, "Bik! Kau yakin ini nomor Jungkook?"

"Ha?"teriaknya

"Ini nomor Jungkook bukan?" balasnya dengan suara lebih keras.

"Kau bilang apa?!"

Taehyung jadi kesal sendiri, "dasar tuli. . "Gumamnya pelan.

"Yak! Jangan kau kira hujan deras aku jadi tidak bisa mendengar apa yang kau katakan!"

Taehyung memukul wajahnya geram, lalu meraih ponselnya dan memutar musik, "Apa salah dan dosaku, sayang~" dengan ujung mata sedikit berair. Sungguh dia sebal kadang-kadang dengan kelakukan keluarganya sendiri.

~

~

Yuhuu apdet lagi w :)))) pdhal kemaren udh gamau lanjut lagi lol. Makasih buat yang baca, komen ataupun vote. Aku benar-benar berterimakasih :")) sekalian jangan lupa hasut yang lain untuk baja juga ea :v (ngelunjak) pye-pye in next chapt~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

dreams, manTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang