"No way!"
Clara merapatkan bibirnya ketika mendengar temannya menjerit di depannya. Naomi adalah teman sekelasnya yang selalu duduk di samping Clara. Gadis itu selalu setia menemani Clara sejak awal SMA. Naomi selalu mendengarkan setiap keluh kesah Clara setiap hari. Misalnya seperti hari ini. Clara baru saja menceritakan kejadian yang terjadi akhir minggu kemarin. Kejadian dimana Hans dengan seenaknya 'menyerang' Clara di dalam mobil.
Naomi tampak sangat kaget dengan wajah menahan tawa. Clara hanya bisa mendengus ketika melihat Naomi mulai tertawa lepas. Gadis itu adalah satu-satunya teman Clara sejak awal SMA dan hal yang Clara tidak suka dari dirinya adalah tawa gadis itu yang terlalu keras. Seisi kelas menengok ke arah mereka ketika tawa Naomi meledak begitu saja. Clara meringis dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Sekarang dia merasa sangat malu sudah menceritakan kejadian itu pada Naomi.
Lagipula kenapa Clara diam saja saat Hans melakukannya? Dia tidak percaya kalau dia memejamkan matanya saat Hans menciumnya begitu saja. Laki-laki itu bahkan tidak memberi aba-aba saat akan menciumnya. Apa laki-laki itu masih terbawa budaya di negara asalnya sampai lupa kalau budaya Timur itu berbeda? Meskipun Clara sering berada di dekat laki-laki, tapi kejadian kemarin adalah yang pertama kali untuknya.
Benar. Itu adalah first kiss Clara.
Clara menatap seisi kelas dan bersyukur kalau sekarang mereka sedang jam bebas karena guru mereka tidak masuk. Jika tidak, mungkin guru itu akan menegur Clara dan Naomi sekarang. Atau lebih parah lagi, mungkin dia akan mengusir mereka berdua dari dalam kelas. Clara bergidik ketika mendengar suara bel istirahat berbunyi. Clara bergegas bangkit dari kursinya dan hal itu membuat Naomi mengernyit.
"Kenapa kamu buru-buru sekali?" Naomi menjentikkan jarinya. "Ah, aku tahu! Kamu pasti takut kehabisan soto mie 'kan?"
"Hans akan datang dan masuk seenaknya ke sini!" Clara meringis dan membereskan mejanya. "Aku tidak ingin dia masuk ke kelasku lagi dan membuat semua anak kaget dengan kedatangannya. Lebih baik aku kelu-"
"Hello, sunshine."
Suara itu membuat Clara mematung dan menengok ke arah bingkai pintu kelas yang terbuka. Hans bersandar di bingkai pintu itu dengan seulas senyum tipis tersungging di bibirnya. Clara mendelik ke arah Naomi ketika melihat anak itu sedang menutup mulutnya menahan tawa. Clara mengambil dompetnya dan bergerak keluar dari kelas. Sama sekali mengabaikan Naomi dan seisi kelasnya yang setiap hari mendapat tontonan gratis dari Hans yang selalu datang berkunjung ke kelasnya.
Clara mendesah berat sambil berjalan di samping Hans menuju kantin. "Bisakah kamu berhenti datang ke kelasku saat istirahat? Aku janji aku akan datang ke kantin."
"Kamu sudah menjanjikan itu kemarin," Hans menggumam pelan. "Kamu memang datang ke kantin, tapi kamu tidak duduk bersamaku. Kamu langsung membeli makanan dan pergi keluar dari kantin setelah menyapaku."
Clara memijat pelipisnya pelan. Kepalanya terasa berdenyut. "Itu karena kantin itu terlalu penuh."
"Aku selalu menyediakan kursi kosong di sebelahku," balas Hans dengan sebelah alis terangkat.
Clara mendelik ke arah Hans. Laki-laki itu sedang tersenyum ke arahnya. Sepasang bola mata itu menatap milik Clara dengan tatapan menggoda. Belakangan ini, Clara selalu melihat Hans menatap bola matanya terus-menerus. Clara memang sudah tidak menggunakan kontak lensa sejak Hans menyuruhnya untuk tidak memakainya lagi. Tapi laki-laki itu benar-benar sudah kelewatan menatapnya terus-menerus.
Apa dia sesuka itu dengan bola mata Clara?
"Baiklah," Clara mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Aku akan datang dan duduk di sebelahmu. Puas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flawless (FIN)
Teen Fiction(The Last Story of Sense Trilogy) "Apa yang orang-orang pikirkan pertama kali tentang dirimu adalah segalanya." Itu adalah apa yang Clara Naditya percayai selama ini. Dia bisa berkata begitu dari pengalaman hidupnya sendiri. Ketika dia menjadi dirin...