Chapter 1 : Lies

683 59 1
                                    

Kedua mata gadis itu terbuka perlahan. Sebenarnya dia tidak ingat apa yang dia makan dan lakukan kemarin. Dia duduk di atas ranjangnya dan mengucek matanya pelan. Perlahan dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarnya. Ah, benar. Dia ada di kamarnya dan dia seharian mengurung diri di kamarnya kemarin. Dia menghabiskan waktu di kamarnya sendirian dengan membaca buku dan tidur.

Biasanya di akhir minggu seperti kemarin, dia menghabiskan waktu di luar bersama dengan laki-laki. Entah mereka hanya bermain atau benar-benar berkencan, gadis itu tidak peduli. Dia lebih memilih untuk menikmati waktunya di luar karena dia mudah bosan di rumah. Tapi kemarin adalah hari yang berbeda. Sama seperti dua dan tiga minggu yang lalu, dia lebih memilih untuk menghabiskan akhir minggunya di dalam kamarnya sendirian.

Gadis itu menoleh ke arah jam dinding dan bangun dari ranjangnya. Dia harus bersiap untuk masuk ke sekolah hari ini. Setelah selesai bersiap-siap, gadis itu turun ke bawah dan melihat pemandangan yang sama setiap harinya. Sosok ayahnya yang sedang sibuk dengan ponselnya di meja makan dengan segelas kopi. Sosok kakak laki-lakinya yang sedang sibuk mengoles selai kacang di atas roti tawarnya. Dan sosok ibunya yang sedang menuang susu ke gelasnya dan gelas kakak laki-lakinya.

"Yo, bug," kakak laki-lakinya menyapa dengan cengiran. "Kamu terlihat kusut."

"Thanks," gumam gadis itu sambil duduk di kursinya.

"Clara," suara ibunya membuat gadis itu mendongak. Ibunya tersenyum dengan wajah khawatir. "Kamu baik-baik saja? Beberapa minggu ini kamu tidak keluar kamar seharian."

"Sibuk belajar," gumam Clara pelan sambil memakan roti di piringnya.

"Soal universitas pilihanmu," ayahnya meletakkan ponselnya di atas meja dan menyesap kopi hitamnya. "Ayah ingin kamu memikirkan soal kuliah di London."

Clara berhenti mengunyah. "Ayah, aku sudah bilang aku tidak akan pergi ke luar negeri."

"Kenapa?" tanya ibunya bingung.

Clara mengunyah rotinya kembali. "Aku lebih nyaman di sini," memang benar ini adalah salah satu alasan kenapa Clara tidak ingin kuliah di luar negeri. Tapi dia punya alasan lain yang keluarganya tidak ketahui. Masalah ini berkaitan dengan Hans dan Clara yakin, jika dia menyebut soal satu nama laki-laki, ayahnya akan berubah panik.

Clara sering dimarahi oleh ayahnya karena dia pulang larut malam bersama dengan laki-laki di akhir minggu. Karena itu Clara tidak berani bilang kalau alasannya adalah karena Hans ada di sini. Dia tidak ingin pindah ke tempat dimana dia tidak bisa melihat Hans. Clara terdiam sebentar dan menunduk. Apa yang dia lakukan? Bukankah dia sudah memutuskan kalau dia harus pergi dari kehidupan Hans?

Karena sudah sangat jelas laki-laki itu tidak tertarik dengannya seberapa banyak dia berusaha. Tapi Hans terlalu baik. Dia bahkan tidak pernah menolak ketika Clara mengajaknya untuk pergi di akhir minggu. Dia akan datang tepat waktu di depan rumahnya dan mengantarnya sebelum jam menunjukkan pukul sembilan. Karena itu, beberapa bulan ini ayah Clara tidak mengoceh karena dia selalu pulang tepat waktu.

Selama dia pergi dengan Hans, laki-laki itu selalu memperlakukannya dengan lembut dan Clara merasa dihargai. Tapi dia tidak melihat ketertarikan Hans dengan dirinya. Hal yang sampai sekarang masih mengganjal di kepala Clara adalah insiden dimana Hans mendadak menariknya menuju taman belakang sekolah. Hari itu, Hans terlihat sangat marah padanya dan meminta penjelasan padanya apa maksud perkataan Clara yang dia sampaikan pada Ella dan Cecil.

Clara berbohong.

Dia mengatakan kalau dia sudah merasa bosan dengan Hans. Dia mengatakan kalau dia sudah tidak merasa tertarik lagi dengan Hans. Tapi semua itu bohong. Clara bahkan berusaha setengah mati menahan diri agar tidak menangis. Dia menyesal ketika dia memutuskan untuk menatap wajah Hans setelah dia mengatakan semua itu. Wajah Hans terlihat sangat sedih dan terluka. Clara tidak mengerti kenapa Hans mengeluarkan wajah seperti itu saat dia tidak memiliki perasaan apapun pada Clara.

Flawless (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang