[2] Mail - Makasih, Kawan-Kawan!

15 3 0
                                    

"Hai!" sapaku ke siswa lain yang lagi lewat di sekitar lapangan. Dan dia balas hai juga ke aku. Ah, senangnya.

Ternyata sekolah di sini enak juga. Aku pikir guru-guru di sini galak semua, ternyata cuma Bu Murni doang. Ada rumor juga, katanya anak-anak di sini songong semua. Tapi itu nggak bener. Ada sih satu anak di kelas yang sejak aku perkenalan diri dia ngeliatin aku serius banget. Nggak tahu kenapa. Apa aku salah bicara, ya?

"Permisi, Dik. Ruang guru di mana, ya?" tanya seseorang tiba-tiba dari belakangku. Ya ampun ngagetin aja. Aku berbalik badan dan ada mas-mas yang mukanya putih, rambutnya coklat, potongannya kayak oppa-oppa korea. Ya ampun aku melting.

"Dik," panggil mas-mas itu lagi. Aku seketika kembali dari dunia khayal setelah membayangkan yang ada di depan sekarang itu Oppa Chanyeol.

"Oh, masnya lurus aja, terus belok kiri, lalu ada pertigaan masnya belok kiri lagi. Ngerti, kan?" jelasku sembari menunjukkan jalan dengan media tangan.

"Oh, ngerti, Dik. Makasih."

Sebelum kujawab mas-masnya langsung pergi. Yah, pupus sudah harapanku menanyakan nomor whatsappnya.

"Mail, kenapa berhenti?! Cepat lari lagi!" teriak Bu Murni tiba-tiba dari balik jeruji yang membatasi lapangann dengan koridor sekolah.

"Eh, iya, Bu. Tadi istirahat bentar aja, kan capek. Belum lagi keringat-keringat yang tercipta di sekujur tubuhku yang membuatku gatal-gatal karena kuman dan jamur dapat berkembang di sana," jelasku pada Bu Murni yang kelihatannya semakin jengkel. Bukannya ucapanku bener kan? Atau Bu Murni yang nggak ngerti, ya?

"Nggak perlu istirahat! Sekarang kamu lari atau hukuman kamu Ibu tambah!" tawar Bu Murni yang bikin aku pilih opsi pertama. Lari keliling lapangan 10 kali tanpa istirahat. Oke, nggak masalah! Karena aku udah lari 3 kali jadi kurang 7 kali lagi. Semangat!

Dengan semangat menggebu ala Rock Lee, aku mulai lari mengelilingi lapangan kembali. Sisa tenagaku masih lumayan banyak, jadi aku pasti bisa!

6 putaran lagi!

Ayo, semangat! Bu Murni masih di koridor, lagi. Ya ampun, nggak capek Bu memperhatikan aku daritadi?

5 putaran lagi!

Kurang setengah! Ayo, lebih semangat!

4 putaran lagi!

Oh, nggak kerasa beneran. Ugh, tapi lutut aku rasanya kayak mau lemes. Ya ampun, jangan-jangan sendi-sendi aku mulai bertransformasi menjadi jelly?!

3 putaran lagi....

Aku ... capek ... banget. Nggak kuat.

2 putaran lagi....

Tolong ... aku.

1 putaran la--

Bruk!

Kok semuanya pada bergoyang, sih. Lagi ada dangdutan, ya? Tapi kepala aku rasanya nyut-nyutan. Aduh, ini sakit banget. Kayaknya aku bakal pingsan habis ini.

"Mail!"
"Anak Baru!"
"Eh, Mail jatuh!"
"Itu pingsan, bego!"
"Oh, iya. Itu maksud gue!"

Nggak salah denger, kan? Mereka peduli sama aku! Nggak salah aku milih SMA Pladik buat jadi sekolah keduaku. Makasih, kawan-kawanku. Muach. Oke, aku pingsan beneran. Dadah!

Dan semuanya pun menggelap....

÷÷÷

BAAM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang