"Mail pingsan, oy! Dia di UKS sekarang!"
"Kasian banget, deh. Baru hari pertama sekolah udah dihukum kayak gitu."
"Mail berani banget bilang fakta itu ke Bu Murni. Hebat dia!"
Argh! Panas kuping gue. Semuanya bilang Mail, muji-muji Mail. Apa sih hebatnya anak dekil kayak dia. Bayangin kalau tiba-tiba waktu pelajaran matematika ada anak kulitnya hitam, kurus, rambutnya udah kayak kembarannya Mail yang temennya Upin-Ipin itu. Dia perkenalan diri di depan kelas sambil bersikap sok unyu gitu. Menurut gue itu menjijikan!
Belum lagi dia pake ngendus-endus Bu Murni kayak gitu. Dia lebih mirip anjing pelacak daripada temen gue sendiri. Ih, amit-amit juga dia jadi temen gue.
"Eh Mail dateng! Dia udah siuman!" teriak Dito heboh. Dito, dia itu sebenernya ada di pihak siapa, sih? Mail atau gue?
"Lo semua bisa diem nggak, sih? Berisik aja dari tadi!" kata gue kesal.
Dalam sekejap keadaan kelas jadi hening. Murid-murid cewek yang tadinya nempel di jendela sekarang semuanya duduk di kursi masing-masing. Pengaruh gue kuat juga ternyata.
"Nah, kalau gini kan bagus. Lebih tenang," kata gue lebih santai dari sebelumnya.
Brak!
Siapa itu yang dobrak pintu kelas?! Oh, si Anak Baru. Malas gue manggil namanya. Apalagi lihat orangnya di depan gue, bawaannya pengen nonjok itu muka.
"Ngapain lo balik ke sini?!" tanya gue ke dia.
"Kan ini kelas aku, masa aku nggak boleh balik ke sini, sih?" balas si Anak Baru yang makin bikin gue geram. Dia lebih mirip cewek daripada cowok. 1 kata buat dia; banci.
"Siapa bilang ini kelas lo? Lo itu nggak pantes masuk SMA Pladik! Gue bakal bilang sama bokap gue buat ngusir lo dari sekolah ini!" Sumpah gue kesel banget sama ini orang. Sok unyu tahu, nggak.
"Oh, jadi orangtua kamu pemilik sekolah ini? Berarti aku sepupu kamu, dong?"
Apa dia bilang? Sepupu? Bisa-bisanya dia ngaku sepupu gue.
"Gue nggak salah denger? Sepupu? Kalau ngomong itu dipikir dulu! Nggak mungkin gue punya sepupu kayak lo!" kata gue sembari nunjuk dia. Mungkin tingkat khayalannya udah di atas level dewa. Halusinasinya parah banget!
"Iya, kita sepupuan. Kata orangtua aku, kalau ada anak yang ciri-cirinya tinggi, putih, rambut hitam, temperamen, dan cuek tapi dendam kayak kamu, dia sepupu aku. Jadi ya kita memang saudaraan! Kenalin nama aku--" Belum sempat dia selesai bicara gue udah cengkeram kerah seragamnya.
"Denger, ya. Gue nggak ada hubungan darah sama orang kayak lo! Gue nggak suka sama lo! Sama gaya bicara lo! Sama tingkah lo! Gue. Nggak. Suka!"
Kepala gue bener-bener panas sekarang. Semua orang di kelas ngelihatin pertengkaran gue sama si Anak Baru. Enak aja dia tiba-tiba ngaku saudaraan sama gue. Mimpi kali dia! Nggak sudi gue punya saudara kayak dia!
Gue tatap tajam matanya yang bikin mual itu. Dan....
Tes!
Dia nangis. Dasar banci! Digituin aja nangis, gue tonjok tahu rasa lo! Akhirnya karena gue kasian sama dia, gue lepasin cengkeraman gue.
"Denger, ya. Lo mending hengkang dari sekolah ini. Nggak ada yang bakal memperhatiin lo di sini. Dan gue akan terus bully lo!"
Tenang, Bi. Tenang. Kata gue dalam hati.
"Bian, lo apa-apaan, sih?! Kan Mail kasian!" Tiba-tiba Tiara dateng entah dari mana. Kenapa sih semua orang belain anak tengil itu?!
"Suka-suka gue. Sekolah ini punya gue, jadi gue berhak ngelakuin apapun di sini!"
"Sekolah ini punya bokap lo! Jadi yang berhak itu ya Om Fahri, bukan lo!" kata Tiara dan diikuti anggukan temen-temen sekelas.
"Udah, deh. Lo nggak usah ikut campur. Ini urusan gue sama dia!" kata gue sambil nunjuk si Anak Baru.
Datangnya Tiara malah bikin suasana hati gue tambah buruk. Belum lagi semua orang di sini balik natap tajam ke gue. Gue bakal ngusir Tiara juga dari sekolah ini!
"Mail, lo nggak apa-apa kan?" tanya Tiara sok perhatian.
"Eng-enggak apa-apa. Aku cuma t-takut dibentak kayak tadi. Hiks...."
Memang banci itu anak. Cari perhatian lagi sama Tiara. Gue nggak bisa tinggal diam kayak gini lebih lama lagi.
÷÷÷

KAMU SEDANG MEMBACA
BAAM!
HumorBian. Anak orang kaya, putih, tinggi, idaman cewek banget! Mail. Anak orang nggak mampu, pendek, kucel, hitam, dan nggak banget! Tapi anehnya, kedua manusia tak senasib itu malah berteman akrab. Dua sejoli yang memiliki sejuta kisah konyol. Dan keko...