019

918 73 0
                                    

"Kumohon, pergi lewat jendela Yoon." Tambahku terdengar panik dan memohon. Ia menatapku dengan iris kaku.

"Aku tidak akan pergi" sahutnya dingin.
"Memangnya kenapa kalau itu Jungkook? Itu lebih baik, jika ia tidak terima ' ia bisa kembali kerumah nya bukan?"

Aku benar benar ingin menampar sosok pemuda tampan yang ada di depanku sekarang "aku sedang tidak bercanda Yoon, cepat sembunyi" perintahku lirih sembari ku dorong paksa tubuhnya untuk masuk ke dalam kolong ranjangku.

*Ceklek*

"Hye" Jungkook muncul dari balik pintu dengan muka bantalnya dan terdengar suara sedikit serak, berjalan gontai kearahku. Ah imut, wajah bantal di sertai tampang inosen gigi kelincinya yang sedikit maju proposi wajah yang sangat berbanding terbalik dengan tubuhnya, tapi aku harus menepis jauh-jauh fakta itu, nyatanya ia tidak lebih dari seorang pria menyebalkan yang selalu menggangguku sejak dulu.

"Kenapa?" Balasku seadanya mencoba menutupi kepanikanku dengan berlagak se natural mungkin.

"Aku lapar" seru Jungkook yang tepat sudah ada di depan tubuhku, aku pikir sudah membuat ia bangun karna ketahuan, lega rasanya, kelinci rakus ini hanya lapar.

"Masak saja ramyun di dapur, kenapa kemari?" Jawabku asal. Sambil mendorong tubuhnya yang besar agar segera keluar dari kamarku.

"Tidak mau, temani aku beli nasi goreng" oke aku menyerah, tentu kalah kuat dengan badanya yang besar, seberapa kuat tenaga yang ku buang untuk mendorong tubuh si kelinci besar ini 'nyatanya usahaku tidak ada hasilnya ia tidak bergeming sama sekali.

"Wah kau keren sekali Jeon, kau pikir ini jam berapa?" Tukasku seakan itu adalah sebuah bualan yang ia lontarkan.

Pria tampan nan imut seperti kelinci besar dengan postur tubuh seperti atlet, dualisem yang sangat sempurna. tubuhnya tinggi- aku bukan sok tahu, tapi memang dia sangat tinggi, jika berjalan berdampingan tubuhku hanya mencapai dadanya, ia yang terlampau tinggi atau aku yang sangan pendek? Aku juga tak habis fikir apa yang bocah itu makan hingga bisa tumbuh se pesat ini.

Tak usah di ceritakan banyak-banyak badebah tak penting ini, intinya ia parasit. gemar menggodaku sejak kecil bahkan hingga sekarang masih saja, tidak ingat umur— menyebalkan, dan sekarang aku harus satu atap dengan si Jeon ini, orang gila mana yang tengah malam mencari nasi goreng? Benar, si Jeon bodoh.

Dengan wajah kelewat insosen tanpa dosa mengajak malam-malam begini keluar rumah, terpaksa harus merasakan dinginnya malam yang menggrogoti hingga ke tulang yang sangat menggangu di tubuh kurusku.

Di sepanjang prejalanan aku hanya mendecak sebal karna nemang dari dulu si Jeon ini pemaksa, ia harus terpenuhi apa yang ingin ia capai, kontrol diatas segalanya.

"Kau tadi bicara dengan siapa?" tukas Jungkook yang membuatku panik.

"Apanya?" jawabku sesantai mungkin.

"Aku bertanya padamu"

"mungkin kau salah dengar" tukasku mengelak.

"besok mau jalan-jalan?" tanya nya.

"tidak, aku mau sendiri" angguk Jungkook mengerti.

Setelah menemani Jungkook menemukan makanannya, aku kembali lagi ke kamar mengecek ke segala penjuru memastikan bahwa Yoongi sudah tidak ada disini lagi, perasaan lega juga bercampur kecewa mendecak di dada.

"selamat malam, tidurlah- semoga kita tidak bertemu lagi Yoon"





TBC


 

COLD √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang