Setelah makan malam, Ming bergegas ke kediamannya. Dalam perjalanan Ming berusaha menimbang-nimbang untuk memberitahukan kepada Ayah dan Ibunya tentang masalah yang membuatnya gelisah akhir-akhir ini.
Ming berhenti di tengah perjalanannya, ia langsung berbalik arah dan hal itu membuat rombongannya pun mengikutinya dari belakang walaupun tadi mereka harus bertabrakan karna Ming yang berhenti secara mendadak.
Ming bergegas menuju pavilium naga, ia ingin segera bertemu kedua orang tuanya dan menceritakan semuanya. Ia lelah terus dihantui perasaan hampa dan kosong, padahal selama ini ia baik-baik saja sebelumnya.
Ming tiba di pavilium naga, ia bergegas masuk dan melewati beberapa koridor sebelum ia sampai pada pintu kediaman Ibu dan Ayahnya.
Langkan Ming semakin melambat saat menyadari beberapa kasim dan dayang yang mengambil jarak lumayan jauh dari pintu utama, salah satu alisnya terangkat saat ia melihat hanya dayang Hou dan kasim Ryeon yang berjaga di depan pintu. Biasanya semua dayang dan kasim yang lain menemani dayang Hou dan kasim Ryeon berjaga di depan pintu, tapi kali ini mengapa hanya mereka berdua? Jika hanya mereka berdua itu berarti ayah dan ibunya sedang ~~
"Ahk!"
Tubuh Ming menegang, seketika ia merasa membeku di tempatnya kini berpijak. Tidak usah di telusuri kegiatan apa yang ayah dan ibunya lakukan di dalam, Ming sudah cukup besar untuk mengetahui hal itu. Pantas saja hanya danyang Hou dan kasim Ryeon yang berjaga, ternyata ayah dan ibunya tengah.. yah begitulah.
Ming berbalik dan terkejut dengan kedatangan adik bungsunya dengan raut wajah kesalnya, Ming tau adiknya Xiu kesal dilihat dari perubahan warna kulitnya yang merah dengan tangan mengepal.
Coba Ming tebak apa yang selalu membuat Xiu kesal? Ah Ming lupa, hanya satu orang yang mampu membuat gadis manis seperti Xiu kesal, siapa lagi kalau bukan tunangannya.
Xiu sejak lahir telah terikat benang merah dengan Dewa Api dari kerajaan Api yang merupakan salah satu kerajaan di bawah kekaisaran kerajaan alam dewa. Sang agung telah mengikat mereka entah karna alasan apa? Padahal Ming tahu adiknya Xiu sangat membenci Dewa Api.
Ming menangkap lengan Xiu saat hendak melaluinya, Xiu menatap Ming dengan tatapan membunuh.
"Jangan halangi jalanku, kakak!" Geram Xiu
"Untuk saat ini, kau tidak boleh menemui ayah dan ibu" kata Ming dingin
"Mengapa tidak boleh?" Tanya Xiu kesal
"Kau nanti juga akan tahu, setelah kau menikah" balas Ming
"Kakak jangan memberiku penjelasan yang bertele-tele, langsung pada intinya saja. Aku tak sepintar dirimu" kata Xiu mengendus kesal
"Pulanglah ke kediamanmu, nanti juga kau tau" sahut Ming
Xiu berbalik dan hendak pulang dengan kaki yang di hentak kesal "Kakak Ming sangat menyebalkan" gerutu Xiu yang masih mampu di dengar oleh Ming.
* * * * *
Ming menatap bulan purnama yang bersinar terang menghiasi malam, setiap malam bulan purnama datang! Rambut Ming akan selalu berubah menjadi perak bak rembulan yang tengah bersinar.
Rambut Ming berubah warna dari hitam keperak itu karna ada hubungannya dengan penyakitnya sewaktu kecil yang hampir saja merenggut nyawanya, saat Ming sakit parah.. Yue dan Giok harus mencarikannya tanaman langkah yang bernama 'Bunga Bulan'. Bunga bulan merupakan tanaman langka yang hanya akan tumbuh saat gerhana bulan sempurna, setelah ia meminum ramuan dari bunga bulan tersebut Ming memang dinyatakan sembuh total hanya saja setelah mengosumsi bunga bulan tersebut rambutnya yang berwarna hitam berubah warna menjadi perak setiap kali bulan purnama.
Rambut Ming akan menyerap energi cahaya bulan yang membuatnya semakin kuat. Rahasia tersebut hanya kedua orang tua Ming, kedua saudara kembarnya serta dayang Hou, kasim Ryeon dan kasim Seo yang tahu akan hal itu.
Tiba-tiba suara gesekan di atas pohon ceri di samping kediaman Ming membuat Ming memincingkan matanya waspada, selama bulan purnama Ming selalu menyuruh para pelayan baik para dayang maupun kasim menjauh dari paviliumnya untuk sementara dan itu sudah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Lalu siapa yang berada di atas pohon dan mengganggu ritualnya?
"Siapa di sana?"
Hening tidak ada jawaban!
Seorang gadis berpakaian seperti para dayang lainnya mulai gelisah di atas pohon ceri tersebut, ia tak bermaksud mengintip kegiatan putra mahkota Ming.
Ia berada di atas pohon ceri tersebut karna di perintah oleh dayang seniornya mengambil layang-layang yang tersangkut di pohon ceri di samping pavilium putra mahkota Ming, hal yang membuatnya terkejut dan syok sehingga membuat keributan adalah saat ia melihat warna rambut Ming yang berubah menjadi putih ke abu-abuan atau bisa di bilang berubah menjadi warna perak dan bercahaya terang seakan menyerap semua energi cahaya bulan di balik jendela besar yang ada di samping pavilium.
Tubuh dayang tersebut bergetar hebat saat Ming melangkah semakin dekat menuju tempatnya bersembunyi kini, karna panik ia terpeleset dari dahan pohon besar dan membuatnya jatuh dengan pantat montoknya yang lebih dulu mencium tanah.
"Aw!"
Ming menatap gadis yang jatuh di hadapannya dengan rasa terkejut, setelah itu ia mengubah raut wajahnya menjadi sedingin es.
"APA YANG KAU LAKUKAN DI KEDIAMANKU?!" Tanya Ming dingin
.
.
.
.
.
.
.^ * * * * * ^
TBC
Koreksi bila ada typo :V thory malas edit 😅😅🔫
Intinya See You In Next Chapter 😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Tender Love (Squel MFX #1 - END)
FantasíaDibuat : 12 Maret 2018 Dipublishkan : 13 Maret 2018 END : 22 April 2018 . . . Serial 3 Xian Ai Yue Squel MFX (Ming-Feng-Xiu) #1 * Sikap dinginnya menurun dari ayahnya, pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya sangat cocok menggambarkan sifat,sika...