1. Escape Or Came

620 282 369
                                    

aku tak akan pernah bosan
jika itu berkaitan dengan dirimu.

°•♡•°

Kang Daniel.

Jika dulu aku tak mengetahui namanya, sekarang aku mengetahuinya.

Daniel adalah orang yang paling kusuka sampai kapan pun. Aku tidak pernah menyesal untuk mengikutinya ke mana pun ia pergi.

Apa itu berarti aku seorang stalker? Entahlah. Aku hanya mengikutinya saat malam hari. Karena hanya waktu itulah aku mempunyai waktu dan waktu itu juga Daniel selalu melewati jalan itu.

Semenjak adegan bertabrakan itu, aku memang mengikutinya saat dulu ataupun sekarang. Tapi, aku masih bingung, kenapa aku bisa masuk ke masa lalu? Apa ini hanya mimpi? Halusinasi? Dunia apa ini? Entahlah, sekarang aku hanya ingin mengikutinya.

Aku ingat, hampir seminggu aku kembali di dunia masa lalu. Aku menyebutnya 'dunia masa lalu' karena tempat ini dan suasana ini sangat persis seperti sepuluh tahun yang lalu.

Sebenarnya, aku tidak ingin mengganggu privasi-nya. Hanya saja, aku ingin terus melihat wajahnya. Aku terlalu takut untuk menampakkan diriku ke hadapannya. Yah, alasannya pasti karena penampilan.

Tap. Tap. Tap.

Suara langkah kaki itu menyadarkanku dari lamunan. Aku mengintip orang itu dari balik pohon. Memang menakutkan, tapi aku tidak percaya dengan yang namanya hantu.

Gotcha!

Saat orang yang kutunggu sudah jauh melewatiku. Aku mulai berjalan mengendap-endap agar tak ketahuan. Seperti halnya yang kulakukan dulu. Bukankah ingatanku cukup kuat?

"Ekhem," dehemnya yang mengagetkanku. Aku bersembunyi di samping rumah.

"Aigoo-ya, lucu sekali," ujar Daniel yang membuatku penasaran.

Aku membenarkan kacamataku dan mengintipnya untuk mengetahui dia sedang apa.

Ternyata dia sedang bermain bersama kucing. Dia mengeluarkan sesuatu dari hoodie-nya. Sesuatu yang biasa disebut dengan makanan kucing.

"Makan yang banyak," ucapnya sambil mengusap bulu-bulu kucing itu.

Aku penasaran, mengapa Daniel tidak membawa kucing-kucing itu ke rumahnya? Padahal bisa saja dia memelihara kucing itu.

Dan mengapa aku sangat bodoh tidak pernah menanyakan pertanyaan ini kepadanya?

Tap. Tap. Tap.

Aku mendongakkan kepalaku saat mendengar langkah kaki. Itu langkah kaki Daniel yang kembali berjalan dan aku kembali mengikutinya.

Aku melihat postur tubuhnya dari belakang. Tingginya yang kira-kira 180 cm. Pundaknya yang lebar. Dan, ugh. Dari belakang saja dia terlihat sangat tampan dan juga, err- seksi?

Tanpa kusadari, aku sudah mengikutinya sampai di taman. Entah taman apa, aku lupa namanya, tapi aku ingat jalannya.

Daniel duduk di kursi taman, membelakangiku. Dan bila kulihat benar-benar. Dia sedang membaca buku? Sejak kapan dia membawa buku? Apa minus di mataku bertambah?

Aku mengecek arlojiku. Aku terkejut. Ini sudah jam 23.46 KST. Bagaimana bisa aku tidak ingat waktu? Aku juga harus sekolah karena umurku masih 16 tahun. Sungguh anak di bawah umur yang masih berkeliaran di saat jam segini.

Aku ingin pulang tapi aku masih ingin melihat Daniel walaupun dari belakang dan juga, jauh. Mungkin aku harus pulang.

"Kau!" ucap seorang laki-laki yang membuat tubuhku tegap seketika. Aku membalikkan tubuhku dan kembali menghadap Daniel.

"Kau yang di sana! Berhentilah mengikutiku dan tunjukkan dirimu! Aku tidak takut!" lanjutnya dengan suara nyaring yang kelamaan makin memelan.

Aku melihat ke sekelilingnya, bahkan ke belakangku. Tapi, tidak ada orang.

Apa yang dia maksud adalah aku?

Tunggu, aku telah melupakan bagian ini. Daniel memang memanggilku. Apa yang harus kulakukan? Apa aku harus berlari? Atau mendatanginya sama halnya yang kulakukan dulu?

Daniel membalikkan tubuhnya dan menatapku lekat seolah-olah dia menyuruhku ke sana untuk mendatanginya.

"Kalau kau tidak ke sini, aku yang ke sana!" titah lelaki itu yang membuatku panik.

Aku meremas ujung bajuku sambil menggelengkan kepala pelan. "Andwae!"

 "Andwae!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
choco cone | kang danielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang