44. After The Wedding

13.5K 1.1K 71
                                    

Happy reading.. dan jangan lupa vomentnya.

***


Pernikahan Dhafin dan Kela telah usai beberapa jam yang lalu. Kini tinggal keluarga terdekat saja yang masih berada di kediaman keluarga Dhafin.

"Mikirin apa sayang?" tangan Dhafin tiba-tiba melingkari pinggang Kela hingga ke perut. Kamar Dhafin menjadi kamar pengantin mereka. Kini dua sejoli itu sedang berada di dalam kamar mandi setelah pamit untuk membersihkan diri.

Kela menggeliat, "apa ini saatnya?" diam-diam ia berpikir.

Dhafin menghela napasnya dengan berat, "ditanya kok malah tambah melamun," ucapnya.

Kela menatap bayangan dirinya dan Dhafin pada cermin. Dhafin terlihat lelah, begitupun dirinya. Tapi melihat gelagat Dhafin yang seperti ini, Kela yakin Dhafin akan segera meminta jatahnya sebagai suami dan Kela wajib memberikan itu. Ia jadi menggigit bibir dalamnya. Jujur saja, Kela masih sedikit takut membayangkan hal itu.

"Kel," panggil Dhafin. Ia mencium bahu Kela yang masih tertutup oleh kaos longgar milik Dhafin sendiri.

"Boleh ya?" tanyanya.

Kela tahu ini adalah saatnya. Meskipun Kela belum merasa dirinya benar-benar siap tapi ia tak mungkin menolak Dhafin. Dengan setengah yakin Kela menganggukan kepalanya, hal itu membuat Dhafin bernapas lega. Ia mulai membalikan tubuh Kela. Menatap mata sang jelita. Lalu perlahan ia mulai mendekatkan kepalanya. Kela menghitung dalam hati, tinggal sedikit lagi bibir Dhafin menyentuh bibirnya namun sayang seribu kali sayang. Pintu kamar mereka diketuk dengan kencang dari luar. Mau tidak mau Dhafin menghentikan aksinya itu. Diam-diam Kela menghela napasnya dengan lega. Ia meraba dadanya, di dalam sana jantungnya tengah berdebar tanpa jeda.

"Kalau jeda sama dengan berhenti dodol! Mati dong gue," ucapnya dalam hati. ia jadi terkekeh sendiri karena ulahnya itu.

"Arghh ngapain sih, Li?" Kela mengernyitkan dahinya saat mendengar suara teriakan Dhafin. Posisi mereka yang tadinya di dalam kamar mandi memang tidak memungkinkan dirinya untuk melihat apa yang sedang terjadi. Kela memutuskan keluar dari sana untuk mengetahui apa yang membuat Dhafin berteriak frustasi.

Kela semakin kebingungan saat melihat Lili sesegukan. Ia mendekat, "kenapa Li?" tanyanya.

Lili yang berada dalam pelukan Gerald melepaskan dirinya dan langsung memeluk Kela. Ia terisak di sana lalu berkata, "gue pengen tidur sama lo Kel, tapi Dhafin larang-larang gue," adunya. Sontak saja Kela merasa Lili adalah penyelamatnya malam ini. Ya, meskipun Kela juga kasihan melihat muka Dhafin yang sudah kacau karena malam pertama mereka terancam gagal.

Kela menatap satu persatu kearah Ibu mertuanya, Mama kandungnya dan juga mama Lili. Ia bertanya lewat mata. "Lili kayaknya ngidam pengen tidur bareng kamu, Kel." Jawab Mamanya. Kela mengangguk tanda mengerti. Ia juga menggerakan mulutnya membentuk huruf 'O'.

"Nggak! Kela harus tidur sama gue. Gerald, lo urus dong istri lo ini!" teramat jelas Dhafin sedang kesal. Sebelah tangan Kela mengelus pelan lengan Dhafin. Ia mengerti Dhafin sangat ingin tidur bersamanya malam ini. Secara, ini adalah kali pertama bagi mereka tapi melihat kondisi Lili yang seperti ini, Kela juga tidak tega dengannya.

Dhafin menatap Mamanya, berharap mendapatkan pertolongan dari wanita itu. "Ma, ini nggak seriuskan? Gimana nasib calon cucu Mama kalau malam pertama aja udah gagal gini," ucapnya lesu. Sedangkan Alena hanya menggeleng pasrah. Ia juga merasa tidak tega melihat Lili yang sudah menangis sejak tadi.

Lili menatap Kela dengan tatapan memohon. "Anak gue mau tidur sama lo, Kel. Ini bukan kemauan gue, please.." lirihnya.

Dhafin berdecak kesal. Ingin sekali ia menarik Kela ke dalam kamar, lalu menguncinya tanpa memperdulikan teriakan Lili, tapi masalahnya Dhafin juga tidak tega melihat Lili yang ngidam pengen tidur bersama Kela. Astaga! Kenapa harus malam ini juga sih?

Wedding Cake (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang