MOS KAMPUS

88 5 0
                                    

Aku saat itu tergabung di kepanitiaan MOS atau biasa disebut MABIM di kampusku. Aku mendapat posisi sebagai Koordinator Lapangan bersama 3 rekan lainnya. Hari itu, hari ketiga MABIM. Saat siang salah satu rekan Koorlap ku yang perempuan mengeluh pusing dan pingsan di tengah acara. Namanya Lia (Samaran). Lia dibawa ke ruang kesehatan untuk diberi waktu beristirahat dan memulihkan keadaannya. Namun, entah mengapa perasaanku merasa ada yang berbeda hari itu. tapi karena saat itu banyak yang harus kuurus, akhirnya kuabaikan perasaan tidak enak itu.

Ketika jam istirahat, aku beranjak dari ruang aula untuk melihat keadaan Lia, dan ternyata di ruang medis Lia sedang dikerumuni banyak orang. saat aku coba mendekati, rupanya Lia sedang kesurupan. Lia sedang ditangani oleh salah seorang kakak tingkatku yang bisa disebut Amir (Samaran), Amir memang kabarnya memiliki kemampuan lebih dalam menangani hal semacam ini. Sejujurnya, aku melihat ada sesuatu yang sedang menindih Lia, sesosok bayangan hitam dengan wujud yang seperti asap. Aku hanya bisa melihat bentuk dari belakangnya saja, karena posisi sosok tersebut menghadap Lia seperti memeluk Lia yang sedang terbaring di kasur. Kondisi Lia saat itu menangis histeris, dengan mata melotot, dan berteriak "panas.. sakit..".

Aku yang memang mengalami masalah dengan kemampuanku, memilih untuk keluar ruangan dan kembali ke aula, ya, sebaiknya aku menemani mahasiswa baru saja daripada harus ikut campur ke masalah tersebut. Bukan karena aku tidak ingin membantu, tapi aku belum siap menerima pandangan aneh lagi dari orang-orang yang nantinya melihat atau mengetahui apa yang aku lakukan.

Akhirnya, setelah jam istirahat slesai, acara kembali dilanjutkan. Aku menikmati posisiku sebagai Koorlap, dan, ya, lebih baik aku bersenang-senang di dalam aula daripada harus keluar aula. Karena aku merasa masih ada yang salah dengan suasana kampusku saat itu.

Hingga sekitar pukul 16.00 WIB, sudah waktunya untuk para peserta MABIM pulang, namun kami selaku panitia terpaksa harus menunda jam pulang mereka karena peralatan yang harus mereka gunakan di acara Camping belum datang. Sedangkan, acara Camping tersebut akan diadakan di hari kelima MABIM dan hari keempatnya MABIM diliburkan.

Perasaan tidak enak yang aku rasakan sejak siang, semakin terasa hingga sore ini. Hingga aku memutuskan untuk keluar aula dan menyerahkan acara untuk sementara kepada rekan korlap yang lain. Diluar aula, aku duduk berselonjor di undakan tangga lorong. Dari situ aku bisa melihat salah seorang rekanku yang mengetahui kemampuanku ini menghampiri, dan ia berkata "Dek, jangan ngelamun. Kalau cape istirahat, terus minum. Iitu Lia kesurupan lagi, tadi juga ada panitia lain yang kesurupan, inget, jangan ngelamun". Ya, sebut saja ia Yadi (Samaran).

Namun entah kenapa, mendadak aku merasa kalau pikiranku kosong, dan sulit untuk fokus serta konsentrasi. Padahal aku sudah mencoba memikirkan sesuatu, tapi tetap saja pikiranku seakan kosong. Untuk menghindari hal yang aku takutkan, aku pindah tempat ke sebrang aula dan kembali duduk selonjor di undakan tangga lorong. Mendadak, banyak suara ramai yang aku dengar. Suara teriakan, suara tertawa, suara music dangdut dari aula (mungkin rekanku menyalakan itu karena ia menyadari ada hal aneh yang terjadi di luar aula dan ia mengusahakan agar para mahasiswa baru tidak terganggu karena hal tersebut), lalu ada juga suara teriakan panitia, dan suara lainnya yang seolah semua suara itu ada di dalam kepalaku.

Yah, mungkin kalian sult membayangkan apa yang aku tulis ini, tapi itulah yang saat itu aku rasakan.

Tak lama, salah seorang kaka tingkatku yang lain, yang juga panitia MABIM dan bertanggungjawab di acara ini berlari ke tengah lapangan parkir. Aku melihat ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya, dan menunjuk langit dengan benda tersebut sambil mulutnya berkomat-kamit. Entah apa yang saat itu ia sebutkan. Belum selesai yang dilakukan kaka tingkat yang bisa disebut Yan (Samaran), tiba-tiba datang kakak tingkat lainnya (Edi, samaran) yang berlari kearah Yan dan langsung terjatuh di depan Yan sambil berguling-guling. Saat itu, entah kenapa aku hanya bisa diam menonton, dan tidak bergerak sedikitpun.

Edi, setelah berguling-guling ia tiba-tiba berteriak dan berlari ke pintu aula. Aku yang melihat itu seketika panik, karena takut ia masuk ke dalam aula dan membuat suasana aula menjadi kacau dan takutnya akan terjadi hal yang lebih besar dari ini. Saat hendak berlari, kaki serta badanku tak bisa digerakkan, hingga mataku melihat sosok hitam besar dan memiliki mata berwarna merah sedang berdiri di dipan jalan masuk kamar mandi laki-laki yang letaknya bersebelahan dengan aula.

Setelah melihat sosok tersebut, mendadak semua gelap dan aku mendengar suara seorang laki-laki yang memanggilku.

Saat ku buka mata, aku melihat tubuhku sedang digendong oleh panitia acara laki-laki ke ruang Dosen salahsatu jurusan yang ada di kampusku. Panik? Sangat. Aku baru kali itu mengalami yang bisa disebut orang Astral Projection secara langsung. Yng aku takutkan adalah, bagaimana cara aku kembali ke tubuhku nanti?

Namun rasa panic itu hilang ketika aku melihat sesosok wanita mengenakan pakaian kebaya sedang berdiri tak jauh dariku dan ia sedang melihatku sambil tersenyum. Aku berjalan menghampiri sosok perempuan tersebut, dan saat sudah dekat, aku mendengar ia mengatakan sesuatu.

"tong gararandeng, nu linggih didieu lain bangsa didinya hungkul. Ulah deui nyieun acara nu kieu, kami teu resep" (jangan berisik, yang tinggal disini bukan hanya bangsa kalian saja. Jangan lagi membuat acara seperti ini, kami tidak suka).

Setelah itu mendadak pandanganku kembali gelap, dan saat membuka mata kembali aku berada di sebuah ruangan dan sedang dikelilingi teman-temanku. Bahkan, salah satu temanku ada yang menangis sambil terus menyebut namaku.

Saat masih menyesuaikan diri, dari luar ruangan ada yang membawa seorang perempuan, dan katanya perempuan itu kesurupan. Saat ku lihat mata perempuan itu, aku mengerti, perempuan itu sedang dirasuki oleh sosok perempuan berkebaya tadi.

Akhirnya aku meminta kepada orang-orang yang memegang perempuan itu untuk melepaskannya dan menjamin kalau perempuan yang kesurupan itu akan baik-baik saja. Dan benar, setelah dilepaskan, perempuan itu langsung duduk dengan posisi duduk seorang sinden.

Setelah semua tenang, aku tersenyum pada perempuan itu yang dibalas senyuman. Aman. Aku langsung bertanya pada perempuan itu, apa yang diinginkan dan alasan kenapa mendadak terjadi kesurupan missal di kampusku.

Ternyata, setelah penjelasan panjang lebar, intinya, penunggu di kampusku tidak suka dengan cara beberapa orang yang "sok tahu" saat menghadapi mereka. bahkan, ada beberapa hal yang dilakukan oleh orang tertentu yang malah mengundang kedatangan "mereka" dari luar area kampus.

Jujur, aku tahu siapa. Dan sejak saat itu, semua orang yang ada disitu dan menyaksikan jadi mengetahui kalau aku bisa berinteraksi secara langsung dengan "mereka".

Dan seperti dugaanku, beberapa orang juga jadi memandang aku adalah orang yang "berbeda".

The Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang