Pers Kampus ( Part 1 )

38 4 0
                                    


Saat itu aku masih mahasiswi tingkat 1 yang diwajibkan mengikuti Organisasi Kampus. Dan salah satu organisasi yang kupilih adalah Pers Kampus. Tentu seperti organisasi lainnya, organisasi Pers Kampus ini adalah organisasi yang memiliki banyak tahapan bagi para calon anggota agar bisa menjadi anggota resmi.

Kurang lebih satu bulan sudah aku mengikuti segala tahapan yang diadakan oleh panitia hingga tiba di tahap terakhir dari "seleksi anggota" ini.

Tahap terakhir yang diadakan oleh panitia adalah camping di salah satu bumi perkemahan di luar Kota Bandung, di daerah timur. Kegiatan yang diadakan hari Sabtu – Minggu ini dimulai pukul 07.00 WIB. Para peserta berkumpul di Kampus dan diangkut oleh kendaraan Angkutan Umum menuju lokasi perkemahan. Kurang lebih satu jam perjalanan, akhirnya kami sampai di lokasi perkemahan tersebut. Hmm tidak terlalu jauh dari rumahku, pikirku.

Seluruh peserta diturunkan di sebuah bangunan kosong, awalnya kupikir gedung itu adalah lokasi acaranya. Ternyata tebakanku salah. Kami semua masih harus berjalan lagi ke lokasi sebenarnya. Sebuah tanang lapang, dengan pemandangan yang lumayan bagus menjadi lokasi acara kami.

Setiba di lokasi sebenarnya, kami diminta untuk membangun tenda dan membereskan barang-barang terlebih dahulu. Terdapat 4 tenda untuk peserta kalau aku tidak salah ingat. Satu buah tenda untuk anak laki-laki, dan tiga buah tenda untuk anak perempuan.

Acara siang itu tidak terlalu padat, hanya beres-beres sekitar tenda dan saling mengobrol antar peserta dan panitia, semacam sharing begitu lah. Tak terasa waktu berlalu, sudah waktunya Sholat Maghrib. Kami semua diarahkan ke sebuah bangunan di seberang lahan camping kami. Rupanya itu mushola dan kamar mandi. Syukurlah, setidaknya dekat dengan akses air.

Saat hendak berjalan menuju kamar mandi yang terletak di bagian belakang bangunan tersebut, aku mendengar ada suara yang memanggilku. Namun saat aku menoleh kea rah suara tersebut, aku hanya melihat barisan pohon-pohon besar yang daunnya bergerak tertiup angin. Ah hanya perasaan.

Sebenarnya aku heran, karena dari saat aku datang hingga saat ini, aku belum melihat satupun sosok yang biasanya selalu saja aku lihat meski aku berada di tempat yang ramai sekalipun. Ini lahan terbuka kan? Seharusnya banyak sosok yang bisa kulihat, tapi kenapa sekarang tidak?

Aku sebenarnya bukan ingin melihat mereka karena memang ingin, tapi ketika aku tidak melihat sesuatu yang biasanya aku lihat, wajar kan aku merasa ada yang janggal?

Akhirnya tiba giliranku untuk masuk kamar mandi setelah mengantri lumayan lama, yak arena kamar mandi yang tersedia hanya dua buah dan digunakan oleh seluruh peserta dan panitia. Saat aku keluar dari kamar mandi dan membuka pintu, Astagfirullah, ada sesosok kepala yang sedang melihatku dari balik punggung temanku yang sedang mengantri di kamar mandi yang kugunakan. Sosok kepala itu terlalu menyeramkan.

Lidahnya yang merah, kecil dan bercabang pada ujungnya seperti lidah ular menjulur menjilati telinga temanku, matanya yang besar tertuju langsung padaku. Aku hanya bisa menunduk dan segera meninggalkan tempat tersebut dan bergabung dengan yang lain yang akan melaksanakan sholat maghrib.

Selesai melaksankan sholat maghrib yang dilanjut renungan dan sholat isya, kami semua kembali ke lokasi acara. Aku memang berjalan belakangan, karena aku melihat mulai banyak makhluk yang mendekat kea rah kami. Aku berusaha mencari Amir, kalian masih ingat Amir kan? Ia sempat kubahas di cerita MOS Kampus. Kebetulan Amir adalah salah satu senior di Organisasi ini. Aku mencari Amir karena aku ingin menyampaikan padanya kalau peserta harus diamankan.

Sayangnya aku tak bisa menemukan Amir dimana. Ya sudahlah, mungkin ia sudah di lapangan.

Sesampainya di lapangan, para panitia sudah menyuruh semua peserta untuk mengelilingi api unggun yang sudah disiapkan namun belum dinyalakan. Aku yang datang terlambat segera berlari dan bergabung dengan kelompokku. Di kelompokku ada tiga laki-laki dan 5 perempuan. Sesampainya di barisan kelompokku, aku hanya melihat empat rekanku, kurang Andri, Rian dan Zani. Dimana Andri (Samaran), Rian (Samaran) dan Zani (Samaran) ya, pikirku.

Selang beberapa menit, aku melihat banyak sosok yang mendekat ke arah kami, dari berbagai arah ! Susah kujelaskan bagaimana wujud mereka, namun mereka bermacam-macam. Mereka datang seolah ada sesuatu yang menarik mereka mendekat.

Belum juga pikiranku selesai memikirkan sosok-sosok itu, ketua Organisasi ku menyalakan api unggun, menggunakan bensin! Jelas saja, api langsung menyambar ke arah kelompokku karena memang lokasi kelompokku adalah arah angin berhembus. Seketika aku panik dan bangun dari tempatku duduk, untungnya tidak ada yang terluka karena insiden api tadi.

Setelah itu, mendadak aku merasa ada sosok yang memaksa masuk ke dalam tubuhku. Rasanya berat, tapi panas, dan penuh bisikan-bisikan aneh. Sebisa mungkin aku menahan dan berlari menghampiri Amir dan menceritakan yang aku rasakan. Amir memberitahu pacarnya Indi dan rekannya Rahma tentang apa yang aku ceritakan. Ya, Indi dan Rahma tahu tentang kelebihan (atau kekurangan?) yang aku miliki.

Karena hal yang aku rasa tadi, aku dipisahkan dari kelompokku dan disimpan di tenda terpisah, entah kenapa. Yang jelas saat itu aku lemas, dan aku ditemani oleh Rahma. Amir diluar sibuk membaca doa didepan tenda.

Hingga akhirnya semua serasa semakin gelap dan aku tak ingat apa-apa lagi.    


Bersambung...

The Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang