Malam Musyawarah Besar

50 3 0
                                    

Cerita lainnya, ini terjadi di tahun 2014 perkiraan bulan April.

Waktu itu aku jadi panitia Mubes di kampus untuk organisasi Himpunan jurusan. Persiapan acaranya berlangsung malam sebelum acara dilaksanakan. Hari itu, aku lupa hari apa, aku dan beberapa rekan mempersiapkan ruangan yang akan digunakan untuk Mubes esok hari.

Kita mulai persiapan acara sehabis maghrib. Selain beres-beres kursi, kita juga menata ruangan agar ruangan bisa digunakan dengan nyaman. Saat itu, kami sadar kalau kami lupa mengambil sofa yang disimpan di ruang prodi jurusan kami, hingga ketua pelaksana meminta tolong pada Aldo (samaran) untuk mengambil sofa di ruang prodi. Aldo pun pergi. Tapi tak lama kemudian, bahkan belum 2 menit, Aldo sudah kembali dengan wajah pucat. Salah seorang temanku bertanya mengenai sofa yang ternyata tidak Aldo bawa. Aldo hanya menggeleng dan ijin membeli minun karena haus. Akhirnya temanku yang lain yang bernama Tiara berinisiatif untuk pergi mengambil sofa atau minimal sekedar memastikan sofa nya ada atau tidak. Dan sama seperti Aldo, Tiara pun pergi tak lama dan kembali ke ruangan dengan ekspresi aneh. Tiara minta ijin ikut Aldo dengan alasan haus juga.

Ketua pelaksana acara akhirnya meminta tolong padaku untuk mengambil sofa tersebut. Akhirnya dengan berat hati aku menurut. Karena kalau tidak dikerjakan persiapan akan semakin lama beresnya. Saat itu, waktu sudah menunjukan pukul 19.30 WIB. Perlu diketahui, jalan dari ruangan menuju ruang prodi jurusanku itu melewati 3 kelas yg berada di ujung, dan untuk menuju ruang prodinya lebih cepat melalui jalan memotong lewat gang kecil yang hanya cukup untuk 2 orang dan menembus ke laboratorium lama, prodi jurusan lain dan baru sampai di prodi jurusanku.

Akhirnya aku jalan dengan santai melewati gang kecil tersebut, suasana malam itu memang menyeramkan. Sosok-sosok penunggu kampusku pun terkadang terlihat namun hanya sekilas sekilas. Pada saat sampai di ujung gang dan hendak melewati prodi jurusan lain, tiba-tiba muncul sosok makhluk halus yang paling aku takuti sejak dulu. Dari semua jenis makhluk halus, makhluk ini lah yang paling aku takuti.

Sosok seorang wanita dengan tinggi kurang lebih setinggi pintu, pakaiannya berwarna merah kusuh, rambut yg mencapai mata kakinya, mukanya entahlah karena blur, mulutnya yang seolah robek hingga ujung-ujung mulutnya seperti mencapai telinga dan menganga lebar dengan dagu yang panjang mencapai bagian lutut makhluk tersebut, an matanya berwarna merah. Makhluk tersebut mengeluarkan suara "aahhh... aahhh".

Aku yang melihat sosok tersebut hanya bisa diam. Bahkan mengedip pun sangat sulit. Napasku berat. Kakiku tak bisa aku gunakan untuk berlari. Jangankan berlari, untuk berjalan saja rasanya tak sanggup.

Entah berapa lama aku mematung, hingga rasanya aku ingin menangis. Dalam hati hanya bisa berdoa. Hingga akhirnya aku bisa mengucapkan istigfar dengan mulutku, dan saat itu juga aku bisa bernafas dan berlari. Aku berlari sekencang mungkin kembali ke ruangan acara.

Sampai di ruangan, ketua pelaksana nenanyakan sofanya. Aku hanya bisa mengatakan ruang prodinya terkunci. Setelah itu aku pun menyarankan agar kita pulang dan melanjutkan persiapan besok laginya, karena memang hanya sofa dan infocus yang belum terpasang.

¢¢¢

Keesokan harinya, aku bertanya pada Aldo dan tiara, rupanya mereka juga mengalami hal seram namun berbeda. Aldo melihat sosok laki-laki tinggi bermuka pucat dengan tangan yang sangat panjang dan mukanya menempel di jendela prodi jurusan lain yang sejalan dengan ruang prodi jurusanku. Sedangkan Tiara melihat sosok 3 wanita di dalam ruang kelas paling pojok sebelum gang kecil, namun 3 sosok tersebut hanya ada bagian tubuh dari pinggang ke atas saja dan ketiganya melayang di dalam kelas.

Ternyata, malam itu, banyak makhluk halus yang ingin ikut meramaikan acara persiapan musyawarah besar jurusan kami. Akungnya, hal tersebut membuat Tiara trauma bahkan hingga ia memutuskan menjadi mahasiswi pasif, yang kerjanya hanya kuliah pulang kuliah pulang..

P.s : sejak kuranglebih 2 tahun lalu, jalan menuju gang kecil tersebut ditutup di beton, dangedung yang tadinya prodi jurusan kami dan jurusan lainnya sekarang sudah tidakdigunakan dan dibiarkan kosong bahkan bila dilihat dari lantai 2 kampus kami,lokasi tersebut sudah dipenuhi tanaman rambat, hingga membuatnya terlihatsangat menyeramkan. Segala akses memasuki daerah tersebut ditutup dan dibeton,hingga kini gedung tersebut masih ada dan dipasang tanda"DIKONTRAKAN".Z14i4 

The Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang