Satu jam.
Dua jam.
Tiga jam.
....
Satu hari.
Kemarin aku menunggu kabar darimu. Benar-benar seharian. Ini pertama kalinya aku menunggu kabar dari seseorang sampai sebegitunya. Biasanya aku bahkan tak peduli pada kabar apapun maupun siapapun. Tapi kali ini, aku menunggumu.
Harus sesabar apalagi aku menunggu? Apakah aku harus seperti Cinta yang menunggu Rangga? Aku rasa, aku tidak sekuat itu. Aku bukan Cinta dan kamu bukan Rangga. Aku tidak ingin menangis. Menangis itu lemah menurutku. Dan aku tidak suka dianggap lemah.
Malam ini aku harus tidur tanpa kabar darimu. Tanpa ucapan-ucapan konyol yang biasa kamu kirimkan. Mungkin kamu sedang main mobile legend, fikirku.
------
ting!
"hai."
Aku membaca pesan yang kau kirimkan. Aku tersenyum. Kamu percaya tidak, aku hanya tersenyum? Aku tidak menyangka jika kamu akan kembali mengirimiku pesan. Aku benar-benar tidak menyangka setelah sekian lama kamu pergi, akhirnya kamu kembali mengirimu pesan.
Aku menutup ponselku. Menatap lelakiku yang sedari tadi sedang menggerutu karena pekerjaannya masih saja mengganggu jadwal kencan kami. Sebenarnya aku tidak masalah dengan hal itu, tapi dia yang bersikukuh untuk tidak diganggu saat kami berkencan.
....
Aku berterima kasih kepadamu. Karena kepergianmu mendatangkan laki-laki yang menerima segala kekuranganku secara fisik. Aku harap, kamu juga akan menemukannya perempuan pilihanmu. Atau mungkin kamu sudah menemukannya?