At Last

31 6 7
                                    

Aku tersenyum saat kamu mengajakku bertemu di tempat biasa. Kupikir kita akan menjadi asing setelah hampir lima tahun tidak bertemu, ternyata aku salah. Kamu tetaplah dirimu yang mudah mencairkan suasana. Kamu tetaplah dirimu yang bisa membuat orang lain jatuh cinta, walau hanya dengan kata-kata. Aku ingat saat kamu bilang kalimat ini, “Aku pernah baca atau dengar ya? Ah aku lupa. Pokoknya point penting yang aku dapet itu kita boleh bermimpi, tetapi tidak boleh hidup dalam mimpi. Itu artinya, kamu harus bermimpi setinggi apapun, tetapi kamu pun harus berusaha untuk menggapainya. Jangan cuma berkhayal ya!” ucapmu saat itu sambil tertawa.

Dari situlah aku berusaha keras agar bisa sukses. Aku berharap, kesuksesanku dapat menarikmu ke sisiku. Lima tahun aku hidup merantau dan kini aku kembali, setelah kamu memintaku untuk kembali. Hampir dua jam aku duduk disini mendengarkan kamu berbicara, dan mungkin ini saatnya aku berbicara.

“Ta, aku mau ngomong.” Ucapku dengan nada serius.

Kamu menatap mataku. Sial, hanya dengan ditatapmu pun aku grogi bukan main. Aku berdeham untuk menyamarkan rasa grogiku. Kamu tertawa, “Rileks aja.”

“Aku sayang kamu. Nikah yuk.” Hilang semua kata-kata indah yang sudah kucontek dari browser tadi pagi. Aku menggaruk kepalaku, gugup.

Kamu tersenyum. Aku pun tersenyum. Aku menganggap semuanya akan baik-baik saja.

----------

Dan aku baru sadar, bahwa ajakanku dapat menghancurkan segalanya. Kamu benar, kita boleh bermimpi tapi jangan hidup dalam mimpi. Mungkin, aku terlalu berkhayal menjadikanmu pendampingku.

**********

    Dariku yang panik karena sesuatu:')
Regards,

My WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang