"Kita main truth or dare yuk!" Ajakmu penuh semangat.
"Emang masih jaman ya? Jadi cowok kok jadul sih, pantes aja masih jomblo." Ledekku."Ih gapapa, pokoknya semuanya harus dilakuin dan harus jujur ya."
"Terus mainnya gimana?" Tanyaku yang mulai tertarik. Sejujurnya, aku hanya ingin melihatmu terus berbicara kepadaku, hanya itu.
Aku mengamatimu yang sedang menjelaskan cara bermainnya, yang sejujurnya aku sudah mengerti. Aku tersenyum saat kepala botol itu mengarah ke arahku.
"Aku dulu ya? Hm.. aku pilih truth deh." Jawabku.
"Hm, apa ya? Oh gini deh, siapa yang kamu sayang?" Tanyamu, "laki-laki dan selain ayahmu pastinya."
Aku terkekeh. Kamu seakan mengerti isi pikiranku saat ini, "jujur ya? Sebenernya aku sayang kamu, maaf." Aku menunduk. Takut melihat ekspresi yang kamu tunjukkan.
"Hey kenapa minta maaf? Santai aja." Aku melihat ke arahmu, biasa. Tanpa ada mimik yang membuatku takut.
Aku menghela nafas lega. Setidaknya, kamu tidak langsung menunjukkan bahwa kamu ingin menjauhiku. Semoga, itu menjadi pertanda baik untukku.
"Got it!" Teriakmu saat kepala botol itu mengarah kepadaku, lagi. Aku menarik nafas kesal karena aku ingin sekali mengajukkan pertanyaan untukmu.
"Tadi udah truth, berarti sekarang dare ya?" Kamu berfikir sejenak, "tantangan untukmu adalah, ku mohon, jauhi aku. Jangan pernah berharap lagi padaku." Ucapmu dengan nada lirih.
------
Mulai malam ini, aku membenci permainan aneh itu. Dulu, aku berharap bisa menghabiskan waktu bersama denganmu, walau hanya satu hari. Tapi aku lupa, bahwa kesempatan itu sudah terlalu banyak Tuhan berikan untukku.Dan malam ini, Tuhan mengambil kesempatanku. Dan mungkin, akan ada perempuan lain yang menggantikanku.
***********
Hai. Aku kembali:v