Well hallo guys. After so long ini cerita baru aku. Untuk cast kalian bisa membayangkan siapa saja. Please give me some comment and vote. Hehehe thank you. Support dari kalian sangat berarti. Happy reading yaa
♡♡♡♡
"Kamu mau kan Nak, nikah sama Bino?" Aluna memandang Ibunya yang penuh harap. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Pak Jaya merupakan teman kecil Ibunya. Aluna masih ingat betul ucapannya ketika ia akan wisuda.
"Jadi rencana kamu abis ini apa? Mau lanjut S2 atau kerja?"
"Gak tau deh Ma, Luna belum ada kepikiran mau lanjut kuliah. Mungkin cari kerja atau nikah aja" kala itu pikiran Aluna kacau. Hatinya masih hancur akibat Joni, kekasih yang sangat ia cintai dan banggakan memutuskan untuk meninggalkannya setelah 5 bulan tanpa kabar. Aluna tidak bisa menemui kekasihnya dimanapun dan tiba-tiba muncul hanya untuk mengatakn bahwa ia ingin putus. Ironi, penantiannya sia-sia. Setelah putus yang Aluna tau bahwa mantan kekasihnya sudah menemukan wanita yang selama ini menjadi 'sahabatnya'.
"Kaya punya calon aja mau nikah. Katanya udah putus kemarin. Balikkan lagi?"
"Ya enggak punya. Mana tau kan Papa punya teman yang anaknya yang tampan, tinggi, banyak duit, setia, pokoknya keren deh terus dijodohin sama Luna. Kan lumayan tuh Luna gak perlu cari lagi" ucap Aluna asal. Aluna hanya bercanda. Ia hanya terlalu terbawa dengan Novel Perjodohan yang suka ia baca. Ia bahkan pernah membayangkan betapa serunya jika ia dijodohkan.
Aluna benar-benar merutuki ucapannya hari itu. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa ucapan seperti itu menjadi kenyataannya. Jika ia dijodohkan dengan alasan perjanjian mungkin akan berbeda tapi ia tiba-tiba dilamar oleh pria tua yang ingin menjodohkan anaknya dengan Aluna. Astaga, Aluna memang berniat menikah jika ada yang melamarnya. Ia sudah lelah untuk sekedar mencari pasangan. Tapi ketika hal itu terjadi Aluna menyesal. Ia masih ingin merasakan hidup bebas.
"Tapi Ma, Luna gak kenal sama Bino. Gimana dong?" Cicitnya pelan
"Bino itu baik loh, tampan juga. Kamu percaya sama Mama. Papa kamu aja setuju kok."
Aluna memaki dalam hatinya. Pak Jaya, ayah dari Bino itu masih menatap Aluna dengan senyuman sama seperti istrinya. Wanita yang tampak awet muda itu menatap Aluna penuh harap. Awalnya Aluna kaget kenapa pemilik kampusnya bisa ada di rumahnya. Dan inilah jawabannya. Ia ingin Aluna menikah dengan anak bungsunya, Bino. Pria yang mukanya saja Aluna tidak tahu. Aluna masih tidak habis pikir kenapa bisa ia dipilih Pak Jaya untuk menikahi anaknya yang katanya sudah terlalu lama sendiri.
"Kalo kamu setuju, minggu dengan saya sama istri saya akan datang untuk lamaran resminya."
Ugh..
Aluna ingin pingsan saja. Selama ia kuliah, ia hanya bertemu Pak Jaya pada saat acara kampus saja. Ketika ia menjadi ketua panitia. Mau tak mau ia menjadi bagian dari pembuka acara. Menurut Pak Jaya, Aluna adalah gadis sempurna untuk Bino. Dan tentu Aluna itu memiliki bibit bebet dan bobot yang jelas.
"Aku yakin Luna mau, kemarin mau wisuda aja dia bilang minta cariin calon, ya kan sayang?"
Ibunya benar-benar menyebalkan pikir Aluna. Apa ibunya tidak mengerti waktu itu ia hanya bercanda. Aluna tersenyum simpul dan hanya menganggukkan kepalanya. Ia menerima lamaran itu. Tidak tau apa alasannya, hatinya saat ini sejujurnya mati rasa. Dan lagi pula Aluna tidak tahu bagaimana menolak lamaran ini. Menolak permintaan Ibunya yang penuh harap saja Aluna tidak mampu.
"Kamu yakin sayang? Jawabannya Papa kunci ya".
Aluna sekali lagi memaki dalam hatinya. Bahkan ayahnya saja terlihat mendukung Ibunya. Aluna ingin menolak, alasannya sederhana. Ia baru 21 tahun, baru saja wisuda sati bulan lalu. Jadi menikah sebenarnya tidak ada dalam kamus untuk 3 tahun kedepan, setidaknya seperti itu. Ia masih ingin menikmati masa pengangguran yang memiliki banyak acara
"Mari kita makan malam dulu, nanti baru kita lanjut lagi"
***
"Pa, gak bisa gitu dong. Bino masih 27 tahun. Ngapain sih pakai acara dijodohin. Malu sama zaman, Pa."
Bino memandang Ayahnya frustasi. Ayahnya hanya duduk sambil fokus membaca koran. Di pagi minggu yang harusnya Bino gunakan untuk bersantai setelah bekerja selama 6 hari seminggu menjadi rusak. Ibunua tiba-tiba memintanya fitting baju untuk lamaran bersama gadis yang Bino yakini namanya Aluna.
"Pa, Bino disini lagi ngomong."
"Kamu ngomong sama Papa?"
"Pa, Bino gak mau dinikahkan sama siapa itu Alona Alina siapapun itu"
"Aluna, namanya Aluna" Jaya melipat koran paginya. Ia menyeruput air putih lalu menatap anak bungsunya yang masih kategori nakal. Bagaimana tidak nakal. Kabar bahwa anak bungsunya suka pergi party sepulang kerja dan bermain bersama banyak wanita membuat pria tua itu khawatir. Anak bungsunya terlalu jatuh dalam dunia malam.
"Pokoknya Bino gak mau Pa. Bino bisa cari pasangan sendiri." Tegas Bino.
Jaya menatap putranya merendahkan. Tidak percaya dengan ucapan putranya barusan. Mencari pasangan sendiri? Tidak bisa dipercaya, bisa jadi perempuan yang tidak jelas yang akan Bino bawa. Lagi pula Jaya sudah benar-benar menyukai Aluna. Mulai dari gadis itu masuk kuliah sampai wisuda, gadis itu mencuri perhatian banyak pria, termasuk Jaya yang menginginkan Aluna menjadi putrinya. Putri yang tidak ia miliki.
"Yakin gak mau?"
Bino mengangguk mantap, "Bang Jeje aja bisa cari istri sendiri, masa Bino dijodohin"
" Yaudah, kamu masuk kamar kamu. Bereskan barang-barang kamu. Semua kartu kredit, atm, mobil, kunci apartement letakkan atas meja." Bino menatap Jaya tidak percaya. Apa baru saja Papanya itu mengusirnya semudah itu?
"Pa, apaan sih. Papa ngusir Bino?"
"Pilihan di kamu, Nak. Papa siap memperbaharui KK tanpa ada nama kamu"
Bisa-bisanya pria tua itu berbicara dengan senyum ramahnya seolah apa yang diucapkan barusan hanyalah angin lalu yang tidak perlu didengarkan. Bino menggeram sebal. Ia bangkit tanpa banyak bicara. Mencari Ibunya yang akan membawanya pergi untuk fitting baju lamaran.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Married
RomanceMenerima perjodohan bukan salah satu cara Aluna untuk melampiaskan rasa sakit hatinya akibat diputuskan oleh pria yang ia cintai. Hanya saja ia terlalu lelah untuk sekedar mencari pasangan. Dan ketika orang tuanya menawarkan perjodohan ia menerimany...