Part 2 - Meet

90 6 0
                                    

Alhamdulillah udah part 2 aja hehe. Sebenarnya aku tu malas ngetik tapi idenya jalan terus. Biar aku semangat jangan lupa vote dan komen ya hehehe. Happy reading (p.s : maaf typo bertebaran hehehe)

♡♡♡♡

Bino benar-benar tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini. Tadi pagi ia dipaksa mengikuti keinginan Ayahnya yang mengejutkan dan ancaman yang tidak Bino sukai. Lalu siang ini Bino dikejutkan dengan calon istrinya. 15 menit lalu ketika Bino masuk ke dalam butik, ia mengira bahwa Aluna adalah wanita berumur yang tidak jauh darinya, mungkin berbeda 1 atau 2 tahun. Wanita dengan dress hitam yang ditunjuk oleh Ibu Aluna, Sinta. Tapi sayangnya Bino salah. Wanita yang ditunjuk oleh Sinta adalah gadis di sebelah wanita dress hitam.

"Shit" umpat Bino pelan. Dia benar-benar tidak memiliki informasi apapun mengenai Aluna. Bahkan umurnya saja Bino tidak tahu. Bino menduga dari penampilan dan wajah Aluna, gadis itu baru saja lulus SMA. Bino merasa seperti pedofil.

Bino dan Aluna duduk diam bersebelahan. Tidak berusaha mencari model pakaian ataupun bahan seperti yang dilakukan Renata dan Sinta. Sekedar menyapan pun tidak dilakukan oleh mereka berdua

Aluna masih sedikit kaget mendapati calon suaminya sangat tampan mengingat Aluna tidak pernah melihat foto Bino meskipun Bino terkenal sebagai anak bungsu pemilik AL Group. Atau bisa dibilang anak dari pemilik kampusnya. Aluna bukan tipe orang yang selalu tau akan berita terkini. Dirinya sibuk dengan dunianya sendiri.

"Luna sayang, sini cobain dulu baju yang ini" Luna tersenyum kaku. Dirinya tidak nyaman dengan situasi ini. Aluna tidak percaya perkataannya  menjadi boomerang bagi dirinya.

"Kamu juga Bino"

Bino, pria itu dengan malas mengikuti kata Ibunya. Jika saja bisa ia ingin kabur saja ke Kutub Utara jika harus dinikahkan seperti ini. Apa kata teman-temannya jika dia dijodohkan dengan gadis yang tidak ia kenal dan masih belia. Bino ingin saja memarahi gadis itu, kenapa gadis itu bisa-bisanya menerima perjodohan ini. Tapi bisa sajakan gadis itu diancam seperti dirinya.

"Nah kan bagus, mereka cocok banget."

Bino mendengus sebal. Tidak bisa dihindari bahwa memang banyak dari pengunjung butik yang melihat mereka dengan tatapan kagum. Apalagi Aluna tampil indah dengan balutan gaun hitam dengan sentuhan nuasan batik dibagian bawah gaunnya yang membuat kulit putih pucatnya menjadi tampak cerah.

"Ma, Luna gak suka, dadanya terlalu rendah." bisik Aluna pelan, masih bisa di dengar oleh Bino.

Bino melirik kearah yang dimaksud Aluna. Memang benar. Potongan dadanya terlalu rendah tapi sangat cantik, apalagi dada itu mem.... Bino mengutuk dirinya. Pikiran kotor memenuhi otak Bino.

"Aku setuju sama Aluna."

Renata mengerlingkan matanya, "Iya, gak usah takut ah." ledeknya.

Bino jelas mengerti pikiran Ibunya. Jelas dia takut, maksudnya Aluna masih 17 tahun pikir Bino. Mana ada anak remaja menggunakan gaun seperti itu untuk acara lamaran. Yang benar saja. Gaun yang tadi akhirnya dipesan dengan beberapa rombakan, tentu saja pada bagian dada menjadi perhatian utama. Bino tidak ingin otaknya menjadi cabul. Seorang Albino Fahlevy, 27 tahun memikirkan hal kotor tentang gadis berusia 17 tahun. Tidak boleh terjadi.

Hampir satu jam setelah melakukan pengukuran baju untuk Bino dan Aluna, kini Bino semakin jengkel. Ibunya memaksa dirinya mengantar Aluna pulang.

"Kamu antar Aluna pulang, kalau mau jalan dulu ya gak papa sih. Mama juga masih ada urusan. Dah anak Mama yang ganteng."

"Eengg, Kak Bino, aku naik taksi aja gak papa kok."

"Masuk.", Aluna memutar matanya malas.

"Kita singgah makan dulu gimana? Aku gak sempat sarapan tadi."

Suddenly MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang