Pain 2

17.2K 830 15
                                    

Hari ternyata cepat berlalu. Sally kini harus kembali bekerja. Bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga keluarga yang besar.

Sally menghirup nafasnya sejenak sembari mengecup kening adiknya sekilas.

"Dek. Kakak pergi kerja dulu, ya? Nanti malam kakak datang lagi. Cepat sembuh, sayang" ucapnya kembali mengecup kening adiknya sekali lagi.

Sally menatap adiknya itu sesaat sebelum keluar. Ia melangkahkan kakinya dengan pelan. Sembari mengingat kembali rencananya.

Ia harus bisa mengatakannya kepada majikannya. Meskipun kelak dirinya akan terus menjadi pembantu dirumah itu. Setidaknya biaya adiknya bisa sedikit ia ringankan.

Ya... Sally harus memohon kepada majikannya itu.

Sally menyetop sebuah angkutan umum yang lewat. Lalu setelahnya ia masuk dan duduk didalam nya dengan masih memikirkan seribu cara yang ampuh untuk memohon pinjaman kepada majikannya itu.

Disisi yang berbeda. James menatap kepergian Sally dengan datar. James tahu kemana Sally akan pergi. Kemana lagi jika bukan ke rumahnya. Sally kan pembantunya. Pembantu yang sialnya mendapat banyak kasih sayang dari ibunya. Oh astaga! James benci jika harus mengingatnya.

James melihat kearah arlojinya. Ia harus pulang sekarang. Sebelum Sally mencoba untuk merogoh kembali ibunya.

Ya!! James tahu apa yang akan Sally lalukan setelah ini. Mengingat biaya operasi adiknya sangat mahal dan terlebih Sally hanya bekerja di rumahnya. Tidak menutup kemungkinan jika Sally nekat untuk meminta pinjaman kepada ibunya. Dan James bukan orang yang mudah jika harus menyangkut tentang ibunya dan uang.

Ibunya No 1. Uang No 2. Jika Sally meminjam kepada ibunya. Sudah pasti rencananya untuk membuat ibunya bahagia tidak akan berjalan dengan lancar.

Ibunya itu teramat sangat menyukai Sally. Ia sudah lelah untuk mengatakan kepada James bahwa Sally adalah wanita yang tepat untuk ia peristrikan. Hingga suatu ketika ibunya jatuh sakit bahkan sampai harus di rawat di rumah sakit. James benar-benar kacau melihatnya. Hingga akhirnya James tahu bahwa ibunya ingin ia segera menikah. Dan hanya boleh menikah dengan Sally saja.

Penuturan seperti apa yang ibunya itu lakukan? Ah! Tapi apa pun itu. James akan melakukannya.

***

Sesampainya dirumah James langsung menuju ke kamar ibunya. Ia membuka pintu itu. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat Sally sedang berlutut di depan kaki ibunya sambil menangis.

"Apa-apaan ini!?" Teriaknya memasuki kamar ibunya. Sally dan ibunya terkejut melihag kedatangan James.

"S-saya mohon... hanya keluarga ini yang bisa saya harapkan saat ini. Nyonya..." ucap Sally kembali memegang kaki ibu James tanpa menoleh sedikit pun kearah James yang sudah marah.

"Saya hanya punya adik saya saja. dia adalah hidup saya, nyonya. Dia adalah harapan saya satu-satunya. dan sekarang dia harus merenggang nyawanya di rumah sakit. Saya-" ucapan Sally terhenti karena cekalan tangan James yang tiba-tiba.

"James! Apa yang kamu lakukan? Lepaskan Sally! Kita harus mem-"

"Tenanglah ibu. Aku yang akan mengurusnya" James mengentikan ucapan ibunya dan kembali menatap kearah Sally.

"Dan kau... ikut aku sekarang" ucapnya sembari menarik Sally keluar dari kamar ibunya.

"James!" Teriak ibunya menghentikan anaknya itu. Tapi terlambat, karena James sudah lebih dulu keluar dan menyeret paksa Sally entah kemana.

"Tu-tuan" ucap Sally mencoba melepaskan tangannya dari genggaman majikannya ini. Dirinya sudah letih akibat mengejar langkah panjang tuannya ini. Ia bukanlah wanita yang tinggi. Posturnya sangat pendek. Mungkin hanya sebatas lengan James saja. Jadi, Sally merasa langkah James ini sangatlah melelahkan jika harus diimbangi dengan wanita pendek seperti dirinya.

Love In Pain (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang