Seoul, Korea
19:45 PMPrilly merutuki diri sendiri kenapa ia sampai bisa lupa waktu saat di rumah Luna dan pulang kemalaman, untung saja malam ini bukan bagian dia untuk jaga toko. Yah setidaknya ia bersyukur gajinya tidak akan dipotong.
Jadi disini lah Prilly sekarang, berjalan ditempat sepi. Prilly dengar kawasan didaerah sini ada anak berandalan yang suka memalak bahkan tega melukai korbannya. Gadis itu jadi merinding, apalagi ia merasakan seperti ada yang mengikutinya. Ia jadi menyesal karena menolak tawaran Luna untuk mengantarnya.
"Ada nona cantik ternyata."
Celetuk sebuah suara membuat tubuh Prilly menegang seketika. Keringat dingin bercucuran saat matanya menangkap tiga laki-laki berpakaian berandalan ada dihadapannya.
"Kau punya uang berapa? Berikan padaku." sahut seorang laki-laki berambut cepak.
Tanpa banyak bicara Prilly segera memberikan dompet miliknya. Dan dengan cepat laki-laki itu merebut lalu memberikannya pada laki-laki jangkung.
"Lalu bagaimana bos?"
"Lepaskan saja, toh dia tidak memberontak." sahut laki-laki berbadan tinggi sambil membuka isi dompet Prilly.
Prilly menghela nafas lega, lebih baik uangnya diambil daripada ia harus kenapa-kenapa. Namun ucapan laki-laki itu kembali membuatnya menegang.
"Tunggu sebentar." laki-laki itu menelitik tubuh Prilly dari atas hingga bawah. Seketika sebuah senyuman licik tercetak jelas diwajahnya.
"Bawa dia! Aku tak butuh uang itu. Aku hanya ingin nona cantik ini."
.
.
.
.Prilly meronta saat menyadari dirinya dibawa ke sebuah bangunan tua. Badannya dihempas begitu saja membuat dahinya terbentur ujung meja, kepalanya mendadak menjadi pusing bahkan ia tidak bisa menangkap jelas apa yang dibicarakan berandalan itu.
"Kalian tunggu diluar." perintah laki-laki jangkung membuat kedua anak buahnya mendengus seketika.
"Nanti giliran, bos!"
"Hmm." jawabnya terdengar seperti gumaman.
Laki-laki itu perlahan mendekati Prilly dengan tatapan menyalang, seolah siap memangsa buruan didepannya. Tangannya terangkat menyentuh rahang Prilly, menghirup aroma tubuh gadis itu. Belum lama menyentuhnya tiba-tiba ia merasa ada yang menarik dari belakang.
Prilly hanya bisa memejamkan mata, tangisannya sudah keluar semenjak ia ditarik ke tempat ini. Bahkan semenjak laki-laki itu menyentuh rahangnya. Membuat Prilly kembali pusing, ia merasa pandangannya mengabur dan tak lama gelap menghampirinya. Prilly tak sadarkan diri.
.
.
.
."Kau urusi mereka." Ucap seseorang langsung mematikan sambungan sepihak lalu menatap gadis yang ditolongnya sedang diurusi oleh dokter keluarga.
Entahlah, tadi ia sedang berjalan menelusuri pinggiran kota ingin menghilangkan penat yang ia rasakan. Tapi saat melewati bangunan yang sepi ia mendengar teriakan minta tolong. Rasa kemanusiaannya membuat laki-laki itu berlari menghampiri dan menyelamatkan gadis itu. Yang ia tak sangka adalah Prilly, gadis cupu yang menjadi bahan bully di kampus.
"Bagaimana keadaannya?"
"Dia hanya shock dan sepertinya magh gadis itu kambuh. Dia harus menjaga pola makannya, bahaya jika dibiarkan seperti itu. Dan untuk dahinya, sepertinya dia mengalami benturan tapi aku sudah mengobatinya. Ini resep obat yang harus ditebus." ucap dokter bername tag June memberikan secarik kertas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Treasure, Throne and Love
RandomSebuah cerita klasik tentang harta dan tahta yang menduduki segalanya. Mengesampingkan rasa dan mementingkan ego. Namun cinta hadir menjadi penyekat, apa bisa sebuah perasaan murni itu meruntuhkan keegoisan mereka? Ali dan Prilly akan membuktikannya...