Chapter 3

39 2 0
                                    

Suara riuh di sebuah kantin mendadak menjadi hening saat seorang laki-laki tak sengaja menabrak seseorang hingga menyebabkan minuman yang ia bawa tumpah mengenai pakaian orang itu. Tak tahu saja, laki-laki itu sekarang sedang menantang bahaya.

"Kau!"

"Ma-maafkan aku."

Tangannya dengan cepat merebut minuman milik orang lain lalu tanpa ampun menumpahkannya di atas kepala laki-laki yang baru saja mencari masalah dengannya.

"Itu akibatnya kalau kau tidak berhati-hati." cetus Ali dingin.

"Ma-maaf."

"Akan ku maafkan setelah bermain denganku." seringai Ali membuat siapa saja yang melihat bergidik ngeri.

Kim mengalihkan pandangan pada seseorang yang baru saja memasuki kantin. Senyum sinis tercetak jelas di wajah tampannya.

"Ali coba kau lihat arah pintu masuk."

Ali berpaling melihat yang dimaksud oleh Kim. Kedua sudut bibirnya terangkat kembali membentuk seringaian.

"Urusanku denganmu belum selesai." Ancam Ali membuat tubuh laki-laki ber-kacamata itu menegang.

Jay menyimpan jari telunjuk dileher lalu menggerakannya seperti pisau. Kim sendiri hanya tersenyum sinis. Lalu keduanya mengikuti langkah Ali, Luhan yang berniat pergi langsung ditarik oleh Jay. Laki-laki tampan itu mendengus.

"Wah kau bawa bekal? Seperti anak tk saja." Ali tertawa mengejek saat gadis itu berada di hadapannya.

"Jangan ganggu aku. Aku tidak salah apapun."

"Wah kau punya nyali juga, sudah berani melawan?" sahut Jay menatap remeh Prilly.

Luhan yang melihat itu hanya terdiam. Ia paling malas kalau harus ikut-ikutan mem--bully anak kampus. Mata hazel Prilly tanpa sengaja menatap Luhan, ia ingin sekali mengucapkan terima kasih serta memberikan makanan yang sengaja ia buat untuk laki-laki tampan itu.

"Sudah berikan saja padaku!" Ali merebut paksa sekotak makanan berukuran cukup besar milik Prilly.

"Jangan aku mohon!"

Prilly berusaha menggapai kotak makanannya namun Ali sengaja mengangkat tinggi agar gadis itu tidak bisa mencapainya. Tanpa Prilly sadari tubuhnya berjarak dekat dengan Ali. Laki-laki itu mencengkram pergelangan tangan Prilly, menghentikan aksinya. Kali ini Ali tak bisa mengelak mata hazel didepannya, ia terbius hingga tanpa sadar wajahnya mendekat.

"Ali! Oh my dear! What are you doing?"

Teriakan seorang gadis membuat Ali tersentak mendorong Prilly, laki-laki itu melempar tatapan tajam pada seseorang yang membuatnya kaget.

"Apa yang kau lakukan disini?!"

"Hei kau lupa? Aku kesini kan ingin bertemu denganmu." Audrey, gadis blasteran korea-portugis itu melingkarkan tangannya di lengan Ali.

Ali berdecak kesal, ini resiko menjadi aktor yang memainkan sebuah drama. Banyak gadis yang dipasangkan menjadi lawan main dan berakhir dengan mereka yang jatuh ke dalam pesona Ali.

"Sudah kau pergi!" usir Kim pada Prilly.

.
.
.
.
.

Prilly terduduk lemas di taman kampus. Gagal sudah rencananya, padahal ia sampai rela memakai uang gajinya untuk membeli bahan makanan. Tentunya untuk memasak makanan untuk Luhan.

Tiba-tiba seseorang menyodorkan sebuah kantung. Kepala Prilly terangkat melihat siapa orang yang memberikan itu. Mata Prilly membulat mendapati orang yang baru saja ia pikirkan.

Treasure, Throne and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang