Sepasang mata mengerjap beberapa kali dan terbuka sempurna, tangan kekarnya terangkat saat merasakan pusing dikepala. Dia meringis tapi tak berlangsung lama ketika dirinya menyadari dia berada ditempat asing.
Perhatiannya teralih pada sosok tubuh yang berada dalam dekapan laki-laki itu. Ali mengernyit, berusaha mengingat apa saja yang terjadi. Tapi nihil, dia tidak bisa mengingatnya.
Penasaran. Tangan Ali menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah gadis itu. Tubuhnya tersentak saat mengenali siapa gadis dalam dekapannya.
"Cupu?!"
Merasa terusik dengan teriakan Ali, akhirnya gadis itu terbangun dan terlonjak kaget menyadari posisinya yang berada diatas dada kekar milik Ali.
"A-Ali."
"Apa yang kau lakukan padaku?!"
"Aku hanya menolongmu."
Ali berdecih lalu mengambil posisi duduk, mata hitamnya menelusuri kamar milik Prilly. Satu yang terlintas dalam benaknya, sempit! Tapi sangat rapih dan nyaman. Kepala Ali menggeleng, bisa-bisanya ia berpikiran tak penting.
"Rupanya kau cari kesempatan. Ingin mendapat bayaran dengan menjebakku lalu mengaku hamil agar aku bertanggung jawab, begitu?"
Prilly mendelik tak terima, "Maaf tuan, tadi malam kau pingsan dan terpaksa aku membawamu kesini! Aku tidak semurahan seperti yang kau sebut tadi!"
Ali mengangkat bahu acuh, dia beranjak dari kasur lalu merapikan pakaiannya serta mengambil ponsel dan kunci mobil yang berada di meja kecil.
"Mau itu benar atau tidak pun, aku tetap tidak akan bertanggung jawab."
Hati Prilly merasa teriris mendengar pernyataan laki-laki itu yang secara tak langsung mengatakan mau Prilly perempuan tidak baik atau baik pun tidak ada gunanya untuk Ali. Hei! Dimana rasa terima kasihnya? Apa seperti ini cara orang kaya? Menyakiti orang miskin seperti dirinya.
Ali menghentikan langkahnya lalu memutar tubuh menghadap Prilly. Mata elangnya menyipit membuat gadis itu diam tak berkutik.
"Jangan beritahu apa saja yang kita lakukan semalam!"
Prilly meringis mendengar nada tegas sarat akan ancaman itu. Dia hanya mampu mengangguk. Ali tersenyum miring, kemudian menarik langkah kaki meninggalkan bangunan goshitel di siang hari.
Gadis itu merenung, menyesal kah setelah memilih menolong laki-laki tak berperasaan itu?
"Hahhh!"
Brakk.
Belum lama, Prilly dikejutkan dengan kedatangan Ali yang membuka pintu kamar dan menutupnya dengan sangat keras.
"Ada apa?"
"Sialan! Bisa-bisanya aku lupa dengan penyamaranku." Gerutu laki-laki itu, menghiraukan pertanyaan Prilly.
Prilly mengangguk paham, rupanya status Ali sebagai aktor terkenal memang mudah dikenali hampir semua orang. Dia menduga sepertinya seluruh penghuni goshitel menangkap basah Ali yang saat ini berada dilingkungan umum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Treasure, Throne and Love
RandomSebuah cerita klasik tentang harta dan tahta yang menduduki segalanya. Mengesampingkan rasa dan mementingkan ego. Namun cinta hadir menjadi penyekat, apa bisa sebuah perasaan murni itu meruntuhkan keegoisan mereka? Ali dan Prilly akan membuktikannya...