Rindu...
Kini bunga kuncup yang ku tunggu,
Sudah lama mekar, ia cantik seperti bayangan.
Namun, cantiknya itu sekarang mulai memudar, ia menlayu dengan seiring waktu, satu persatu kelopaknya jatuh menghampiri tanah.
Seolah ia memberi tahu bahwa ia tidak bisa bertahan lama.
Tetapi bagaimana denganmu Rindu??
Bunga itu sudah hampir punah, tetapi dirimu belum juga menghilang, kau semakin luas, semakin tinggi, bahkan semakin membesar.
Apa yang harus aku lakukan denganmu rindu??
Apakah kau tidak bisa seperti bunga itu??
Cantik, indah, namun tak abadi.
Kau bisa singgah, untuk sekedar bersilaturahmi dengan hati yang masih ada untukmu.
Setelah itu kau bisa pergi bukan?
Terbang kemana pun engkau mau!
Beritahukan kepada pemilikmu bahwa kau sudah singgah, dan rinduku ini masih untuknya.
Namun bagaimana sekarang?
Kau membetah, bersemanyam, tanpa tau jalan untuk keluar.
Bagaimana??
Bunga itu sudah benar2 musnah.
Tapi kau masih betah.
Apa yang harus aku lakukan?
Haruskah aku menunggu bunga yang sedang kuncup lainnya kembali mekar.
Melalaikan diri dengan merawatnya, berharap dengan itu aku bisa sejenak melupakan rindu.
Bagaimana?? Haruskah??Ahhhh
Yang benar saja.
Aku harus kembali merawat kuncup bunga itu sampai mekar,.
Biarkan aku merawatnya dengan baik, menyiramnya setiap hari dengan air bening permata, memupuknya dengan air mutiara, memagarinya dengan intan bercahaya
Biarkan aku menunggunya mekar!!
Biarkan aku melalaikan diri.
Mungkin dengan begitu rindu akan merasa lelah, karena terus di abaikan,.
Sampai dia memilih pergi...
KAMU SEDANG MEMBACA
Celengan Rindu
PoetryKadang suatu hal tak dapat lagi terucap... Melainkan tergores dengan pena yang mengalun indah di atas sehelai kertas.. Kata demi kata mulai tersusun mewakili isi hati. Menggambarkan rasa senang, sedih, sakit, kecewa, putus asa. Bahkan ketika kita be...