BAB 3

183K 1.8K 34
                                    

“Huuuffft…akhirnya kebuka juga liftnya,”  kata sebuah suara cempreng dari rombongan orang yang sudah bernafsu menyerbu masuk ke dalam lift.

“Nggak tau apa kalo kita udah telat banget banget gilaak.” Satu komentar lebay menimpali dengan suara yang agak sedikit lebih halus dari komentar sebelumnya.

“Eh, eh tunggu. Aku mau keluar.”

Hazel yang masih berada di dalam lift langsung melangkah keluar dengan wajah ditundukkan. Tas hitamnya digunakan untuk menutup wajahnya. Perasaannya kacau balau. Dia tahu sebetulnya sudah terlambat untuk menutup wajah, karena toh semua mata di depan lift sudah melihat bahkan sebelum dia bisa mencegah. Rasa malu itu semakin merongrongnya langkah kakinya yang berusaha menjauh dari lift.

Sumpah ! Dia tidak pernah semalu ini sebelumnya ! Tidak untuk sebuah hal yang menjijikkan seperti ini.

Sentuhan jempol Marvin di beberapa bagian kulit wajahnya seperti sedang menggigit-gigit pori-porinya.

This is so scary.

Dan sepertinya belum cukup derita Hazel karena kepergok dan sudah pasti menimbulkan kesan buruk orang terhadapnya, deritanya saat itu masih ditambahkan lagi dengan komentar-komentar di bawah ini. Di sponsori oleh si pemilik suara cempreng yang sumpah mati dia tidak tahu namanya walau sudah pernah melihatnya. Mungkin papasan di kantin atau di mana.

Mana sempat-sempatnya bergosip di depan lift.

“Ya ampun. Gila nggak sih, make out sembarangan? Di lift pula. Yakin tuh nggak bakal kena teguran?”

“Udahlah. Bukan urusan kita, juga.”

“Tapi lo liat kan? Iuuh…mana belepotan lagi.”

“Pagi-pagi udah nafsuan gitu.”

“Eh tapi cowoknya ganteng juga ya? Gue juga mau kali…”

“Husss.”

“Ah lo. Kayak nggak pernah gituan aja.”

“Sst, bukannya dia yang jadi bawahannya Pak Danar? Dan cowoknya kayaknya gue tau deh. Marvin Triatomo. Tau nggak?”

“Err…yeah gue tau. Si player kelas kakap itu. Teman sekantor gue pernah tuh jalan sama dia.”

“Aaah, sumpeh lo? Pantes!”

“Dapet mangsa lagi kan dia. Ckck.”

“Ganteng-ganteng serigala.”

“Palingan abis gituan, tuh cewek didump lagi.”

“Kasian.”

Ting !

Pintu lift menutup lagi. 

Menyisakan Hazel dengan ke dua kuping memerah dan berasap.

I KILL YOU, MARVIIIIIN

                                                                                ***

Untuk beberapa saat, Hazel terdiam. Sambil menghapus make-upnya yang berantakan dengan tissue basah, Hazel mulai berpikir-pikir. Berpikir tindakan paling normal yang bisa dilakukannya sekarang dengan kondisinya yang sedang kacau. Sekacau pikirannya yang sudah pasti gara-gara cowok gila itu.

Oke. Tindakan normal pertama. Tarik napas dalam-dalam. Bernapas seanggun mungkin.

Tindakan normal ke dua. Menyingkirkan semua jejak yang sungguh bikin iuuh ini sampai habis.

Tissue. Ag, untung dia bawa.

“Kar, muka gue udah bersih gak?” tanya Hazel meminta Karina memeriksa wajahnya.

Hazel's Wedding Story (First Sight) SUDAH DIBUKUKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang