Bab 20

127K 1.4K 30
                                    

Tetap ditunggu tanggapannya yaa... btw author memang sengaja upload ceritanya sekali langsung beberapa part coz gak bisa sering-sering online. Ini juga cuma di hotspot coz pake modem gak bisa. So, doakan saja bisa cepat diupdate ceritanya. I'll try to finish this story as soon as i can. But i need help. Ya, kritik dan saran kalian. supaya cerbung ini bisa lebih baik and growing up. You can added my Facebook Leonna Amorette Ferdinand, so bisa nanya2 lewat situ aja, atau terserah deh kalo mau nanya2 juga langsung di kolom komentar. yuk dadah bay bay :*                                                                       

                                                                        Bab 20

Apa yang dilakukan Hazel dengan pisau dan telunjuknya? Memotongnya seperti memotong sayuran?

Marvin mendapati Hazel sedang melamun dan tanpa sadar memotong jarinya sendiri. Marvin tidak akan bisa memaafkan dirinya kalau dialah yang menjadi penyebab kecelakaan di dapur itu.

“Hazel. Kamu nggak papa, Sayang? Tante ambilkan kotak P3K ya?”

Sebelum Tante Elva berlari meninggalkan dapur, Marvin sudah terlebih dulu masuk dan membawa serta sebuah kotak P3K. Dia meletakkannya di atas meja pantry. Hazel yang sepertinya sudah tahu apa yang dilakukannya, memilih mundur.

“Aku bisa sendiri.” Hazel menarik kotak P3K itu dengan tangan gemetar sementara tangannya yang terluka berdenyut-denyut menyakitkan. Oh lupakan tiga hari yang tersisa ini. Dia tidak akan bisa membuat rancangan dengan tangannya  yang seperti ini. Dan bagaimana reaksi orang-orang jika dia pulang dari bulan madu dengan tangan dibalut perban?

“Gue bisa bantu. Dan gue nggak mau ngabisin waktu berdebat sama lo soal ini,” geram Marvin. “Kemarikan tangan lo. And how you can be so stupid like this?”

Hazel tidak tahu mana yang lebih menyakitkan. Nyeri di lukanya atau bentakan Marvin yang merenggut tissue dari tangannya. Dia berusaha berdiri, menegakkan wajah. Melawan keinginannya untuk menangis dan menampar Marvin.

“Gue udah bilang kalo gue bisa sendiri.” Hazel masih ngotot untuk tidak mau disentuh.

“Ya, ya dan lo bisa ngelakuin semuanya sendiri. Take it!”

Marvin setengah membanting kotak P3K di atas meja, meninju dinding sebelum keluar dari dapur. Tante Elva menatapnya pergi dengan mulut menganga.

“Tante nggak pernah liat Marvin semarah itu.” Tante Elva mengeluarkan perban dan obat merah dari dalam kotak dan membantu Hazel dengan membasahi kapas dengan obat merah.

Hazel memilih diam tanpa mengangkat wajahnya.

“Maafin Marvin ya? Tante juga nggak tau kenapa dia jadi kayak monster begitu.” Tante Elva kemudian melingkarkan perban di sekeliling luka di jari telunjuk kanan Hazel. “Lukanya lumayan dalam, Hazel. Kamu jadi nggak bisa gambar untuk sementara.”

“Iya. Aku ceroboh banget.” Hazel menangkap getaran dalam suaranya.

Duh. Jangan nangis. Jangan nangis.

“Tante aku ke kamar mandi dulu ya?”

Dan di situlah Hazel sekarang. menangis tersedu-sedu.

                                                                                ***

Makan malam berlalu dengan hambar. Marvin berusaha membuat suasana menjadi ramai dengan topik yang lucu, tapi dia mendapati Tante Elva dan Hazel lebih banyak diam. Tante Elva bahkan sudah beberapa kali menunjukkan tatapan tajamnya kepada Marvin. Hanya nenek Callista yang terlihat antusias, satu-satunya orang yang tidak melihat kejadian di dapur. Syukurlah, karena nenek orangnya cukup sensitif. Dan Hazel. Marvin tidak tahu ekspresi apa yang sedang ditunjukkan Hazel padanya. Marah atau sedih?

Hazel's Wedding Story (First Sight) SUDAH DIBUKUKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang