"Saya minta maaf" kata Helen dengan merasa ragu.
Helen segera memberikan parcel buah yang dibawa dan Olive melihat parcel tersebut lalu mengambil dan meletakkan di atas meja. Helen merasa bersalah tentang kecelakaan tersebut tetapi satu sisi juga takut karena dituntut. Pukul 13.30. Helen sampai di rumah lalu mama tanya tentang kondisi Erwin dan Helen menceritakan.
"Belum sadar"
"Pokoknya kamu harus menjenguk dia hingga sadar"
"..."
Pukul 18.30. Handphone Helen berbunyi lalu Helen melihat layar handphone dan menerima telepon.
"Martin"
"Hai, bagaimana kondisi dia?"
"Belum sadar. Keadaan dia cukup parah. Gue jadi merasa takut dan bersalah. Salah satu kaki dia patah" kata Helen pelan.
"Kamu harus tenang. Dokter pasti bisa menangani. Jam berapa besok loe kuliah?"
"Pukul 08.00"
"Baiklah Nona" kata Martin dengan tersenyum.
"Kenapa memanggil Nona?"
"Kamu adalah Nonaku. Aku rela menurut semua keinginan kamu"
"Kamu jadi menggunakan 'aku' dan 'kamu'"
"Apa keberatan?"
Helen tersenyum.
"Tidak apa apa. Hanya terkesan aneh"
"Gue tidak mempermasalahkan wajah loe yang buruk terutama sifat loe sempurna" pikir Helen dengan merasa senang.
"Di mana kita bertemu?"
"Di depan gang rumah gue"
"Baiklah Nona" kata Martin dengan tersenyum.
Pukul 22.30. Helen sudah istirahat. Keesokan harinya. Pukul 07.30. Helen saling telepon dengan Martin.
"Nona, di mana arah jalan menuju gang rumah kamu?"
"Di mana posisi kamu?"
Akhirnya Helen memberitahu Martin arah jalan gang rumah. Pukul 07.45. Sebuah mobil berhenti di depan Helen lalu Helen melihat mobil tersebut dan seorang lelaki keluar dari mobil. Helen melihat terus dan mengakhiri telepon. Lelaki tersebut tampan, tinggi, berkulit putih, tubuh tegap dan gentleman. Dia berjalan menghampiri Helen dan Helen merasa penasaran.
"Siapa dia?" pikir Helen.
Dia berdiri di hadapan Helen dan tersenyum.
"Helen"
"Benar dengan saya sendiri" kata Helen dengan merasa heran.
"Gue Martin" kata Martin dengan tersenyum.
Helen merasa tidak percaya dan melihat terus Martin dengan meyakinkan diri sendiri bahwa tidak salah dengar.
"Ayo masuk"
Helen masih terpaku dengan penglihatan yang ada di depannya.
"Sudah hampir waktu. Nanti kamu terlambat"
"..."
Martin membukakan pintu mobil untuk Helen dan justru Helen menghindar lalu Martin tersenyum dan menutup pintu mobil.
"Nona"
"Dia memanggil gue seperti Martin" pikir Helen.
Helen menggeleng.
"Tidak. Gue tetap tidak boleh percaya dia karena wajah Martin tidak seperti dia. Siapa sebenarnya dia? Bagaimana dia bisa tahu tentang gue?" pikir Helen dengan merasa curiga.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Tiny Love
RomanceSebuah kecerobohan yang tidak pernah berharap terjadi bahkan terpikirkan membawa dampak panjang dalam hidup Helen. Helen tidak sengaja menabrak seorang lelaki muda. Terluka parah menyebabkan salah satu kaki patah sehingga harus dipasang gips. Helen...