Kopi Hitam Negeri Thailand

328 26 2
                                    

Swa dee kha… swa dee kha… kha…khaa”(lirik lagu Thailand)
Lagu - lagu Thailand  yang mengalun, membuatku terbangun. Selama 180 menit aku mengudara bersama mimpi yang akan menjadi nyata, dan saat ini jarum tepat menunjukkan pukul dua.
“Alhamdulillah” tarik nafas dalam, lalu memastikan barang tak ada yang tertinggal.
“Nay hayu” ajak dosenku yang duduk dikursi nomor 59. Mereka menuju pintu keluar, aku ikut dibelakang dengan banyak bawaan.
“Sorry.. its yours” tegur pramugari memberikan pasporku yang terjatuh.
“Oh you! So thanks” jawabku singkat karena rombongan hampir tak terlihat.
“Be careful” lanjut pramugari itu samar. Iya! Pramugari yang sama, saat aku menitip surat padanya. Tak sempat membalas, aku langsung bergegas.
Ternyata tidak hanya imigrasi Soekarno Hatta yang mengantri, Bangkok pun sama, bahkan melebihi. Mereka berbaris, aku mengikuti.
“Nay isi dulu ini” kata kak May, mahasiswa asal Malang. Memang, sebelum keluar, ada data yang wajib di tuliskan, seperti halnya biodata yang harus dicocokkan.
“Your passport please” kata bapak petugas imigrasi. “This is my passport” menyodorkan paspor dengan kantuk yang tak terhankan. “Ekhm, this is from someone special? Sindirnya. “Perdon me?” aku terkejut. “This letter” sambungnya lalu menujukkan sebuah kertas. “Oh My God! Sorry” langsung ku raih surat aneh itu, dan memerah mukaku karena menahan malu. “Okay, enjoy in Thailand swa dee kha” sambut bapak itu sambil tersenyum. Bagaimana bisa surat itu terbawa, rasanya tertinggal di meja, kebetulan yang tak biasa.
***
Mereka keluar, aku juga. “Tinggal ambil bagasi ya” kata kak Gio mahasiswa asal Manado. Tak sebentar memang, koperku belum juga datang, akhirnya mereka duduk, aku juga ikut.
“Nay itu punyamu” kata dosenku. Sebuah koper mini dengan berat 15 kg melintas dihadapan, tapi seperti ada perubahan, janggal dalam pandangan.
“Eh apa ini?” aku heran, dibagian koper depan, ada sebungkus kopi hitam.
“Wah siapa tu yang buat? Kata kak Lois dan kak Santa mahasiswa asal Medan.
“Pasti penggemar nya si Nay” ledek kak Ilyas mahasiswa asal Madura.
Aku malu, diam membisu, tapi tunggu “Jangan tanya gula, gak akan ada, sudah pasti kalah manis sama yang nerima” tulisan singkat dibungkus kopi bagian belakang. Untuk sebuah sandiwara, siapa dalangnya. Teka-teki yang begitu memaksa otak, untuk bekerja lebih keras.
“Eh itu ada kertas yang jatuh nay” kata kak Sofi asal Medan. “Ini kopi hitam, biar kamu paham, kalau aku tak bisa tergantikan. Untuk Naya, aku akan setia,” isi kertas berwarna hijau gelap. “Ih” hatiku bertanya-tanya, siapa.
Semua koper sudah keluar, tibalah saatnya menghirup udara Negeri Thailand, yang sangat aku dambakan. “Hemmmmmmm” aku menarik nafas panjang. Tak jauh berbeda dengan Jakarta begitula Bangkok, Thailand. Masih dini hari kulirik jam, namun kemacetan sudah terlihat di jalan seberang.
“SWA DEE KHA” (selamat datang dalam Bahasa Indonesia) sambut Meuk, mahasiswa Phrachomklao College of Nursing (PCK) Thailand, sambil mengalungkan cenderamata. “swa dee kha” semua menjawab. Mobil telah datang, kurang lebih 2 jam, perjalanan dari bandara menuju asrama.
***
Tulisan besar dalam tugu itu menandakan, bahwa kita berada dikota Petchaburi Thailand. 1 menit kemudian sampailah kita di asrama. Ada kesan pertama saat mata membuka “Wonderful place”.. Bersih dan tertata rapih, begitulah setelah diamati. Kemegahan tidak perlu dipertanyakan, sudah pasti semuanya luas membentang, begitupun halaman dan taman indah dipandang.
Ternyata asrama dipisah, kita semua naik ke lantai 5, kecuali kak Ilyas. “This is your Room Naya Iriani Yanto. Okay?” kata Ajarn (dosen dalam Bahasa Indonesia) terlihat akrab. Iya, aku dan ajarn sebelumnya pernah bertemu di Indonesia, saat beliau ada acara, aku yang menjemputnya.
“Thanks ajarn” aku memeluknya, sebagai ungkap rindu yang telah lama. “Assalamualaikum” lirihku sambil membuka pintu, sudah ada dua mahasiswa yang menunggu. Mbak Lintang dan Mbak Hijri mahasiswa asal Purwokerto.
“Waalaikumussalam, Nay yah? Salam kenal” mereka senyum lebar, aku ikut juga.
“Naya Iriani Yanto No 3” setiap sudut terhias, angka 3 yang sangat khas. Meja, lemari, semuanya berisi tulisan indah, inggris bercampur Thailand yang sangat aku suka. Dan saat membuka loker meja, taraaaaa… banyak sekali cemilan khas Thailand didalamnya, tak tertinggal ucapan selamat datang kreasi mahasiswa sebagai bentuk penyambutan, sungguh aku terkesima.
Tak terasa, alarm ku telah berbunyi menandakan pukul 06.00 pagi, seperti di Indonesia, tak berbeda, waktunya sama. Petchaburi berseri, mentari meyapa pagi, awan gelap pamit untuk pergi. Aku memulai hari ini dengan senyuman, berharap banyak ilmu yang ku dapatkan, merangkai kenangan, yang tak akan terlupakan, di Petchaburi Thailand.
***
“Welcome to PCK Thailand” kata Ajarn memimpin pembukaan di ruang rapat.
Sekitar 30 menit kita saling memperkenalkan diri “Swa dee kha, My name is Naya Iriani Yanto, I am 1st grade from Budi Luhur Institute of Health Sciences” kataku berkenalan. “Are you 1st grade?” tanya Ajarn. “Yes, I am” jawabku tersenyum. Iya, aku adalah satu-satunya mahasiswa pertukaran pelajar dari tingkat dan semester 1, mungkin mereka bertanya-tanya, bagaimana bisa, aku tegaskan ini sudah menjadi kuasaNya. Setelah perkenalan dengan unsur pimpinan PCK, waktunya kita bertatap dengan aktifis mahasiswa, seperti halnya BEM di Indonesia.
“Selamat pagi. Nama saya Jane” kata salah satu aktifis mahasiswa dengan menggunakan bahasa Indonesia. Rasanya berbeda, sangat bangga, menjadi warga negara Indonesia. Jane namanya dia adalah sekretaris BEM, juru bicara saat presiden absen. Cukup lama kita semua berbincang tak sengaja slide power point yang ditanyangkan menghilang dan sebuh foto terpampang dilayar. Aku tatap dalam, sepertinya pernah berpapasan, sosok tegap masih melekat diingatan. Iya! Pee! Turis gagah dalam tragedi memalukan dibandara. Iya! Teman Yudho yang kemarin ikut pertukaran prajurit ke Indonesia. Pee! Iya!
“oh sorry” kata Jane.
Aku sejenak memikirkan, apakah Pee sosok terkenal di Thailand , sampai gambarnya dijadikan tampilan layar. Emm, baiknya aku tanyakan. Tapi, sudahlah tak ada kepentingan. Setelah berdiskusi, kita berbaris, mengambil posisi, dengan juru kamera kak Ardhi (mahasiswa asal Purwokerto). Dan saat semua berkata cheese, abadilah satu kenangan manis, bersama para aktifis.
***
081222444*** panggilan masuk melalui akun whatsapp setelah aku menelfon mamah
“siapa ya? unknown gini?” tidak terdaftar, tidak familiar, kataku sebelum menjawab.
“Iya, siapa ini?” aku menjawab, terlihat koneksi tidak bersahabat.
“Gimana di Thailand? Ndak ada kabar” sapanya begitu bersemangat.
“Ya ampun, kamu sudah berapa kali ganti? Aku bahagia disini ” kataku sambil tahan ketawa.
“Iyo, maaf maklum….” Jelasnya.
“..maklum banyak yang harus dihubungi toh? Emmmm” kataku memotong penjelasannya.
“Nahloh, kenapa? Kok yo sensi? ledeknya sambil tertawa. “Ehh…. Eng..g… “ aku gugup.
“Kamu ga akan bahagia, gaada aku disana..” katanya lagi. “Apaan sih” aku malu.
“Eh nay ada komandan, saya pamit dulu yo, sampai bertemu malam ini…”
“Di..” jawabku antusias.
“…..di dalam mimpi..hahaha” dia tertawa. “Emmmmmmmmmm” aku kesal.
“Mimpi yang akan menjadi nyata. Oke. Dahh” katanya terakhir.
Tuuutt…tuttt… dan selalu berakhir setragis ini, terimakasih telah mengabari. Iya begitulah Yudho, datang kemudian menghilang, pergi lalu kembali.
Petchaburi hari ini cerah, ceritanya membuat bahagia, berkenalan dengan seluruh civitas akademika, berbagi kisah tentang Indonesia dan tentunya dua panggilan yang membuatku berbunga. Sampai jumpa, di episode Thailand berikutnya…..
***
Yudho yang hadir di sore hari melalui whatsapp membuat nay bertanya-tanya, lalu, siapa penulis surat di Pesawat? siapa pengirim kopi hitam yang menyeramkan? Siapa Pee sebenarnya ? Apakah Jane dan Pee saling kenal? Yukkk, vote and comment yaaaa, 500 reader~ yuk, nanti penulis lanjutkan gimana serunya kisah di Thailand.

THAILANDKU TAHUN 2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang