Cerita Manis di Hari Kamis

182 13 5
                                    

Putar ke kiri e
Nona manis putarlah ke kiri
Ke kiri, ke kiri, ke kiri dan ke kiri, ke kiri, ke kiri, ke kiri manise
Sekarang kanan e
Nona manis putarlah ke kanan
Ke kanan, ke kanan, ke kanan dank e kanan, ke kanan, ke kanan, ke kanan manise
(Lirik lagu GeMu Fa Mire)

Sore ini langit Phetchaburi begitu mempesona. Tumpukkan awan seakan ikut merasa bahagia. Matahari yang mulai terbenam pun tampak ceria. Menemani kebersamaan kita
"Nay, Indonesian song it's good. I like" kata Jane tertawa sambil menirukan gerak tarian GeMu Fa Mire yang di pimpin oleh kak Sofi.
"Hehe yes. Thanks" jawabku yang juga mengikuti senam sore itu.
Semua orang menebar senyuman. Nampak tak memiliki beban, menikmati indahnya kehidupan. Aku sejenak diam. Merenungi banyaknya nikmat dari Tuhan (Allah SWT).
"Nay are you thirsty?" kata Jane menawarkanku sebotol air mineral.
"Oh I am not" balasku. Sore ini menahan dahaga, bukan sengaja tapi aku puasa.
Aku dan Jane duduk bersama, bertukar kisah karena beberapa hari tak berjumpa.
"Nay...." Kata Jane tiba-tiba.
"Yes. What happened?"
"This is a letter for you"
"From?"
"You can read" kata Jane memberiku sebuah surat misterius.
Jane menyuruh untuk membaca. Aku buka. Dan benar saja.

Hi Nay, good evening. I hope you are always happy. I am Jay, Are you free tomorrow? I want to meet you in the morning and we are going to special place in Thailand. I am sure you like it. See you....

"Jay?" tanyaku memastikan.
"Yes, Jay" kata Jane.
"Can you to describe about Jay?"
"Emm. Jay is a moslem student in our college, he always join in Islamic event, he is so cleaver and ever get a predicate "1 st Best Student PCK" one year ago. He is one of idol in PCK student"
"Maa syaa Allah"
"What?'
"No problem hehe.. And then?"
"Emmm, he is best guitaris and romantic. So perfect!" lanjut Jane begitu semangat.
"Ahhhh... do you love him?" aku menggodanya.
"No I don't. I have a boy friend"
"Really?"
"Yes!. Jay love a moslem women. Like you!" ledek Jane kepadaku.
"Not me...." Tak sengaja aku berteriak.
"Hehe, I think that." Jane tertawa. Aku juga.
Tak sengaja aku mengingat beberapa kejadian. Dan sepertinya harus aku tanyakan kepada Jane. Kisah pria gagah di bandara dan yang ada dilayar notebooknya. Apa Jane memiliki hubungan lebih dari pertemanan dengannya.
"Jane, I want ask you"
"yes, I will answer"
"First day, when you introduce yourself with us, your notebook is error and I see the background like a man. Is he your boyfriend?
"Emm.. yeah I remember it. Why?"
"No, I just want......." kataku belum selesai.
"Hallo. oh yeah dear... sorry nay I must go on" terburu-buru sambil mengkat panggilan masuk di handphone nya.
Jane pergi. Membawa banyak teka-teki, yang belum bisa aku pecahi. Baiklah aku sendiri. Dan memilih bergabung dengan yang lain.
***
Keseruan semakin terasa. Ketika kita semua foto bersama dengan lebih dari sepuluh gaya. Okelah. Sore ini bahagia.
"Volly yuk" kata kak ardhi mengajakku dan yang lain.
"Emm.. ga deh. Aku mau duduk aja jadi supporter alay gitu haha"
"Ah bilang aja males huh" lanjut kak ardhi.
Aku duduk sendiri. Disisi kanan lapangan voli. Teriak menyemangati. Sampai suara tak terdengar lagi. Aku bersin, batuk dan.....
"For you.." seseorang mengulurkan air mineral dari arah belakang.
Aku berbalik arah. Jay ada disana.
"You..." aku terkejut sambil tak kuat menahan batuk.
"Drink it...." Katannya lalu duduk disampingku.
Aku tertunduk. Berusaha menghentikan batuk. Dan aku tak menerima. Karena puasa.
"Are you okay, Nay" tanyanya dengan raut khawatir.
"Yes no problem. Thank you so much"
"Yes" kata Jay.
Aku kembali menatap ke arah lapangan. Berusaha mengalihkan perhatian.
"Nay...." Jay memanggilku
"Semangat kak Ilyas!" aku tak menghiraukannya.
"Nay, can you join me?" ajak Jay.
"What" aku terkejut.
"Hurry up" tegas Jay dengan nada lembut.
Aku dan Jay berdiri. Berjalan menikmati udara sore hari. Dan dalam dua jam luasnya kampus PCK telah aku kelilingi. Jay memang sosok yang baik. Selalu menceritakan hal hal positif dan membawa nilai agamis. Cukup romantis tapi.....
"Do you know about story of Fatimah and Ali?"
"Yes. Why?"
"Nothing hehe" katanya mengisyaratkan sesuatu sambil tersenyum.
Aku suka Jay, tapi tidak lebih. Aku salut, tapi sekali lagi, untuk urusan hati sudah aku kunci. Aku memang seorang perempuan, yang juga bisa luluh karena sebuah perhatian. Tapi untuk sebuah perasaan dan ketulusan, aku telah putuskan satu nama orang yang selalu ku sebut dalam bait sepertiga malam. Untuk yang jauh dari pandangan, aku harap doa-doa itu secepatnya tekabulkan.
"Jay sorry, i must back to dormitory" kataku kepada Jay.
"I will take you"
"No, I can be alone"
"Okay. This is for you" Jay memberiku sekotak soya. Seperti tak ada pilihan, selain menerima.
"Thanks. Oh yeah tomorrow I will join with you" aku melambaikan tangan, berjalan dan menghilang.
"Take care" katanya terlihat sangat ceria.
Hari ini sungguh luar biasa. Membagi kisah bersama mahasiswa hebat di negeri gajah. Dan semuanya pasti memiliki hikmah. Alhamdulillah. Aku menaiki lift dari lantai dasar menuju kamar. Saat pintu membuka, aku masuk dan...
"Are you Naya?" kata petugas asrama yang sering aku lihat.
"Yes. Can I help you?" kataku padanya.
"No. this is for you? Memberiku sebuah kresek hitam.
"Bye..." Pintu lift telah terbuka dan dia keluar.
Aneh. Rasanya setiap hari selalu begini. Ada saja cerita misteri. Aku melangkahkan kaki menuju kamar dan sendiri. Aku penasaran, siapa lagi yang memberiku bingkisan, banyak cerita belum terungkapkan. Membingungkan.
Kring... kring... dering handphone saat aku berniat membuka kresek itu.
"Iya, Naya Iriani disini" kataku menyapa panggilan dari nomor kode +62 tanpa nama.
"Oke. SBY disini. Bu Ani, besok temani rapat di Istana negara yo"
"Hah" aku bingung.
"Bu Ani Yudhoyono toh?" katanya.
"Tunggu.." aku seperti mengenali suara itu.
"Gak mau nunggu. Maunya bertemu"
"Ih yudho! Kamu ya? hehe"
"Aku. Yudho? Bukan." Sanggahnya.
"Bohong!"
"Gaboleh bohong. Dosa. Nanti masuk neraka"
"serius ih" aku mulai kesal.
"Oke. Mau besok atau lusa. Nanti aku bawa keluarga"
"Ih kamu..." aku tertawa.
"Aku. Iya rindu. Kamu harus tau." Katanya nada tegas sedikit melemah.
"Suka bercanda deh?"
"Sukanya kamu. Gimana?"
"Apanya?"
"Nay... nay udah yah, ada panggilan komandan. Dah......"
Tuttttttt... panggilan kembali terputus. Dan tak salah lagi dialah Yudho, sosok yang hanya satu dibumi ini, tidak lagi diproduksi. Berbeda. Langka. Itulah dia. Hari ini ada, besok menghilang. Kemarin membuatku tertawa, lusa membuatku bertanya-tanya. Sudah. Biarlah. Sekarang aku ingat untuk membuka kresek hitam. Dilapisi beberapa kertas koran, ternyata isinya mie instan, dan terselip sebuah pesan.

Ini mie instan buat makan setelah adzan. Di masak sebentar langsung matang. Beda sama perasaan. Bertahun-tahun disimpan akan semakin sayang. Ini bukan gombalan, tapi tulus dari lubuk hati terdalam. Jaga kesehatan, Jangan pergi keluar. Besok Thailand hujan.

Dan lagi, semua kisah anti mainstream yang terjadi membuatku semakin bertanya siapa dalangnya, Thailandku semakin penuh misteri, tapi tak apa aku sangat menyukai. Sampai bertemu besok pagi!

THAILANDKU TAHUN 2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang