00 1 00

900 90 5
                                    




"Kenapa sih semua orang ngefans banget sama Bang Daniel ?"

Jihoon noleh, memastikan orang yang baru saja membuka mulutnya dan duduk disebelahnya memang berniat berbicara dan bertanya padanya.

"Umm..karena dia keren.."

"Itu aja ?"

"Enggak sih," Jihoon mengalihkan tatapannya kembali ke arah Daniel yang saat ini sedang menunjukkan aksi B-boynya di tengah lapangan, "Ya lo lihat aja, bisa di bilang dia jago semua hal, basket iya, ngedance apalagi, udah gitu kan lo tahu sendiri Bang Daniel orangnya ramah sama siapa aja, dia tuh definisi dari kalimat, nikmat Tuhan manalagi yang kau dustakan, jadi ya siapa yang enggak ngefans iyakan ?"

"Termasuk lo kak ?"

"Ya bohong sih kalau gue bilang enggak, haha.." Jihoon tertawa kecil, "lagian kan Bang Daniel mah emang cowok sejuta umat, susah buat enggak disukain.."

"Oh."

"Dih gitu doang.."

"Ya terus apa ?" Laki-laki yang masih berseragam basket kebanggaannya itu, meraih ransel yang tadi ia letakkan begitu saja di lantai sambil berdiri, "Gue balik duluan ya Kak.."

"Lhoh, enggak nungguin gue sama Bang Daniel ?"

"Gue bawa motor kan hari ini.."

"Ih iya, gue lupa. Ya udah, jangan mampir-mampir lo, langsung balik rumah, baik-baik tuh bawa motornya, inget belum punya SIM.."

"Berisik.."

"Yee," Jihoon mengerucutkan bibirnya tanpa sadar, "jangan lupa makan lo, badan keatas doang, enggak ada isinya sama sekali, ke rumah gue atau Bang Daniel kalau Tante belum masak.."

"Kak, sumpah deh, tawaran gue buat jadiin lo nyokap gue masih ada, mau aja ya ?"

"Kurang ajar!"

"Abisan, haha, udahlah gue balik ya, bilangin sama Bang Daniel, byee Kak Jihoon yang enggak tumbuh ke atas tapi kesamping!"

Teriak laki-laki itu sambil segera berlari menjauh sambil menunjukkan gummy-smilenya yang khas, yang tentu saja langsung disusul balasan teriakkan lain dari Jihoon.

"IH GUANLIN MAH NYEBELIN BANGET!!"

*

*

Guanlin mengintip dari balik tirai jendelanya, melihat jelas bagaimana Jihoon tertawa keras dan tampak bahagia melihat Daniel meliukkan badannya, bagaimana keduanya asik bermain dengan kucing-kucing Daniel yang Guanlin sendiri lupa jumlahnya ada berapa, bagaimana Daniel mengelitiki tubuh Jihoon, sampai-sampai perempuan bersweater Pink itu pipinya bersemu sewarna dengan pakaiannya.

Dan, untuk pertama kalinya Guanlin merasa tidak ingin menganggu, merasa tidak bisa mengganggu. Meski selama ini, memang itulah yang selalu ia lakukan. Mengganggu Daniel dan Jihoon, dimanapun, kapanpun.

Guanlin yang belasan tahun lalu pindah kemari, kemudian segera saja menjadi pengikut Jihoon, tetangga manis depan rumahnya, yang sayangnya sudah sepaket dengan Daniel, duo sejak di perut Ibu keduanya, tentunya jauh sebelum Guanlin hadir.

Toh Guanlin tidak pernah peduli, bahkan meski dulu beberapa anak komplek selalu menjulukkinya pengganggu, atau anak bawang, atau bahkan "anaknya" Daniel dan Jihoon, karena well—memang ia selalu kebagian peran tersebut setiap mereka main anak-anakkan.

Lagipula Jihoon memang dari kecil si peduli yang kelewat cerewet, kaya Ibu-ibu pada umumnya, calon makmum hidup idaman, dan Daniel, nah—Ibu Komplek mana yang enggak berharap anak gadisnya bakal di imam-in sama si murah ketawa yang hobi buka baju kalo lagi nyuci mobil di minggu pagi, bikin khilaf.

Namun akhir-akhir ini, Guanlin, entah gimana, punya perasaan aneh itu, berasa ada kupu-kupu yang menuhin perutnya kalau dia lagi sama Jihoon, dan hawa bisa berubah panas banget kalau tiba-tiba Daniel muncul.

Atau mungkin lebih tepatnya, setelah selama ini ia selalu menjadikan Daniel sebagai panutannya, akhir-akhir ini, ia sangat ingin menjadi lebih daripada itu.

Tiba-tiba saja ia tidak ingin jadi Guanlin yang dikenal sebagai "adik"-nya Daniel, atau Guanlin si calon penerus Daniel sebagai Kapten Basket, atau Guanlin si "The Next Daniel" yang selama ini ramai-ramai orang bicarakan di sekolah mereka.

Ia ingin dilihat sebagai Guanlin saja.

Atau jika itu permintaan yang banyak.

Ia ingin Jihoon melihatnya sebagai Guanlin saja.

Cukup.

Ting!

Malas-malasan, Guanlin melirik hapenya yang tergeletak di atas kasur.

Bang Daniel:

Lin ?
Dimana ?
Kok kamar lo gelap ?
Udah pulang belom sih ?
Ngelayap ya lo ???

Kak Jihoon:

Pasti ngeluyur ya!
Kan gue udah bilang langsung pulang!!

Bang Daniel:

Jihoon katanya ngambek sama lo wk
Sini gih rumah gue

Guanlin segera merubah mode hapenya menjadi silent, terlalu pusing dengan suara notif yang masuk beruntun, ia membalikkan layar hapenya menghadap kasur, menutupinya dengan bantal, kemudian segera menidurinya. Berusaha memejamkan matanya, meski ia tahu, ngantuk masih jauh dari dirinya saat ini, seperti jodoh mungkin, mungkin.

TBC

Hi!!
Ini repost sih dari acc ku di ffn hehe in case disini ada yang pernah baca cerita ini
Voment nya dong ya yaa yaaa ? Hehe
Ciao~

Seberapa Pantas || PanWinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang