"Gimana Hoon ?"
Jihoon menggelengkan kepalanya, menggembungkan pipinya, kemudian meniup poninya yang sedikit basah menutupi keningnya kuat-kuat.
"Tau ah Bang! Bodo amat gue sama dia!"
"Nih..nih..minum dulu.."
Segelas es teh manis yang didorong ke arahnya segera Jihoon tandaskan begitu saja, membuat laki-laki dihadapannya tertawa melihatnya.
"Bang Daniel mah ih, gue lempar tisu nih!" Seru Jihoon segera, "Pokoknya gue enggak mau peduli lagi sama Guanlin, mau dia ngilang kek, kabur kek, enggak peduli!"
Daniel lagi-lagi tertawa melihat temannya dari bayi ini misuh-misuh, "Yakin ?" tambahnya menggoda, sengaja menaik turunkan alisnya.
Jihoon merengut, "Dia—dia tuh kenapa sih ?"
"Mana gue taulah.."
"Yeeeuuuh!" Jihoon memukul lengan Daniel, "Tadi Daehwi bilang Guanlin hari ini tidur mulu pas jam pelajaran, terus kelihatan lemes gitu, pas kapan ada rapat OSIS, Woojin juga bilang kantong mata Guanlin item banget kaya Panda, kemarin sore juga pas gue ke rumahnya nganterin brownies kesukaannya dia, si bibi malah bilang Guanlin enggak pernah makan, kalau sampai rumah langsung ke kamar terus tidur—"
"Khawatir banget ya Hoon ?" Daniel yang sejak tadi menyimak, memotong kalimat Jihoon yang tambah lama nada bicaranya tambah sedih.
"Iyalah, emang lo enggak Bang ?"
"Khawatirlah," Daniel mengangguk kecil, "Tapi kayanya khawatir gue beda deh sama khawatir lo.."
"Huu ? Apaan sih ? Enggak paham ah.."
"Merah tuh Hoon muka lo.."
"Bodo!"
"Galak! Pantes aja Guanlin mah nganggep lo nyokapnya, bukan gebetannya.."
"Bang Daniel ih!!"
Jihoon memukuli lengan Daniel—lagi, sementara yang jadi korban cuma cengengesan, antara udah biasa sama emang enggak ada sakit-sakitnya pukulan ala Jihoon mah, bikin beberapa anak lain yang masih ada di kantin noleh-noleh penasaran dan senyum-senyum maklum ke arah mereka.
"Tapi gue bener kan ?"
"Apanya ?"
"Rasa khawatir lo sekarang ke dia," Daniel mengutarakannya lebih serius kali ini, "gue terlalu kenal lo kali Hoon, bohong juga percuma.."
"Enggak tau.."
"Eiiy.."
"Beneran," Jihoon memainkan jari-jarinya, membuat Daniel tertawa pelan melihat kebiasaan sahabatnya yang tidak berubah jika sedang ada dalam posisi kebingungan itu, "Gue pikir, karena udah jadi kebiasaan aja, udah dari dulu kan ? Sejak dia baru pindah, sebelas ? apa dua belas tahun lalu ? Kaya, dari pertama kali kenalan, dia enggak pernah mau jauh dari gue kan, Bang ? dan ya gue pikir, kita bakal selalu kaya gitu. Dia tuh, bebal banget kan anaknya, mau gue marahin kek, gue sensiin kalo gue PMS, atau gue suruh-suruh seenaknya, juga dia mah iya-iya aja, enggak kaya lo—"
"Yeeee..."
"Jangan motong!"
"Hahaha..ngegas banget, lanjut gih lanjut..."
"Ya gitulah, intinya gue enggak pernah mikir dia yang bakal ngejauh enggak jelas kaya gini dari kita—dari gue," Jihoon memelankan dua kata terakhirnya, "dan..tadinya gue pikir juga ini kaya yang dia lagi bosen aja sama kita, sama rutinitasnya, kaya kadang lo lagi seneng main sama crew dance lo, atau gue lagi mau main sama temen-temen gue yang cewek, tapi masalahnya ini Guanlin kaya ngehindar dari semua yang kenal sama dia, kaya jadi beda banget, kan gue jadi mikir yang aneh-aneh Bang.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Seberapa Pantas || PanWink
Fiksi PenggemarGuanlin yang ingin jadi sekeren Bang Daniel demi bisa jadian sama Kak Jihoon. . . Guanlin Jihoon!GS Daniel Lokal!AU NonBaku . . Reposted from FFN.